Aidil Menjawab (Part III)
30 November 2012
Jum’at. HARI KETIGA Observasi kelas…
“Mana kelompok pemenang cepat-tepat kemarin?”
Pertanyaan pembuka untuk siswa kelas empat. Di penghujung jam pelajaran yang kuajar sehari sebelumnya, aku telah berjanji akan menyerahkan hadiah bagi pemenang kuis. Ku persiapkan bingkisan yang tidak seberapa jumlahnya. Beberapa ancungan tangan membumbung keangkasa. Itulah tangan-tangan siswa pemenang dari kelompok III. Ku anugrahkan. Kujabat tangan Adelia; si cantik, si ketua kelompok. “tepuk keren” mengikuti prosesi acara bagi-bagi hadiah pagi itu.
“Ketua kelasnya mana???” tanyaku berniat untuk membagikan hadiah selanjutnya.
Beberapa murid memberikan keterangan bahwa Dafa, ketua kelas tidak hadir. Reflek, bola mataku menyapu seisi kelas, kutatap wajah-wajah suci dari para siswa yang hadir. Untuk melancarkan visi dan misiku yang belum terealisasi. Kujatuhkan pilihanku pada Aidil. Ku persilahkan Aidil ke depan kelas menerima hadiah untuk teman-temannya. Dengan gayanya sendiri yang memiliki isyarat tertentu, Aidil memohon agar aku menunduk setelah hadiah tergolek mesra ditangannya. Kukabulkan. Lalu telingaku dibisiki suaranya,
“Hmmm… Maaf Pak, aku dijewer sama bu guru sebab kubuat mainan kertas ini. Kubuat ini karena aku tidak suka pelajarannya kemarin. Bosan…” tutur Aidil sambil menunjukkan mainan kertas. Senyum khasnya ikut mengiringi tangan dengan mainan kertas yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyian terancung kearahku.
Tuturnya tentang alasan kenapa dia dijewer dan berdiri di depan kelas. Dia juga mengaku bahwa baru kali itu dia berbuat hal demikian. Terakhir sesaat sebelum aku beranjak pergi sebab Sahabatku-Ahmad mau mengajar kelas itu, aku dibuat haru. Aidil (juga teman-temannya) memberikan secarik kertas. Di kertasnya Aidil tertulis,
“Nama Aidil
Cita-cita pemain bola
Belajar degan baba sagat senang”
Aduhai Aidil... Haruku, Mataku berkaca-kaca.
Leave a Comment