Menanti Jawaban Aidil (Part II)



29 November 2012
KEESOKAN HARINYA...

"Aidil, boleh tunggu sbentar, Nak!!?"
Pintaku pada si empunya jeweran, kaku. Dia menganggukan kepala seraya berucap "Yah, Pak!" tanpa menoleh padaku.

Gerombolan bocah serba unik di kelas ini telah menghilang satu persatu ditelan dinding kelas antik yang usai ku "obrak-abrik". Hanya aku dan Aidil sekarang menghuni kelas. Aku masih penasaran dengan misteri wajah yang disuguhkannya untukku siang kemarin. Kaki kuarahkan ke meja guru, tanganku sibuk dengan kertas-kertas dan buku yang sudah antre untuk disusun dalam tas. Ujung mataku melihat Aidil mengekorku dibelakang.

"Aidil, kesukaannya apa?"
kukeluarkan jurus basa-basiku. Dia tersenyum manis, semanis kulit hitam yang dimilikinya.

"Sepak bola!"
suaranya lantang dibarengi senyum tanpa menatapku.

"Jagoannya sapa hayoo!?"

"Messi"


"Ohh Lionel Andrés Messi itu yah! yang lahir di Rosario, 24 Juni 1987 itu kan!? Dia seorang pemain sepak bola Argentina yang saat ini bermain untuk FC Barcelona dan merupakan kapten tim nasional sepak bola Argentina, bermain sebagai penyerang, betul kan???"
ilmu bolaku keluar juga (dikit doank ^_^b).

Dia mengiyakan. Lalu, kutanya dimana dia tinggal, disebutkannya salah satu daerah di Kecamatan Remang ini (aku lupa namanya apa, B-) ).

“Yes… Tak ada pemberontakan, semua pertanyaanku dijawab lancar. Ini artinya kuberhasil memikat hatinya tanpa hambatan.” girang hatiku.

Nah, saatnya pertanyaan soal jeweran Kemarin? ,Oops tunggu dulu. Baiknya kupakai "pertanyaan perantara".

"Kalo Aidil pulang dan pergi kesekolah sama siapa?"

Mendengar pertanyaan yang kuajukan. Tiba-tiba dia diam. Aku pun turut diam. Ulah kami membuat ruangan ikut-ikutan diam. Kusangka dia diam sebab pertanyaan yang kuberikan. Namun tidak!, matanya mengarah pada jendela dekat pintu kelas. Tatapannya lama berhenti disana. Ku loncatkan pula bola mata yang kupunya kearah yang sama. Sosok tubuh berkerudung berdiri tanpa ekspresi. Aliran darahku tak stabil.

"Aduh Aidil! Knapa belum pulang?"
suara wanita itu setengah berteriak.

"Maaf Pak, anak ini memang N***l”
terang bu guru (yang menghadiahkan jeweran sama Aidil) tanpa kupinta. Dia melangkah menuju kami.

Oh god, pupus sudah inginku dengan jawaban Aidil" gerutuku dihati. Aidil berlalu pergi meninggalkan kelas mendengar lengkingan gurunya. Sedang aku menanti jawaban itu. Tak enak bila kutanya langsung pada gurunya tentang jeweran di telinga kiri Aidil. Sebab "Dia" sendiri yang menjewer... :p

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.