Sabtu, 27 September 2014

Wuihhh... Ice Cream Yummy!

Siswa At-Taubah Berekperimen sama Ice Cream
Hmm... Lamak Bana!


Siapa yang suka ice cream? Wah pastinya tidak ada kan, hampir setiap orang suka ice cream *bahasa kerennya eskrim J.

Tapi sobat sains terkadang kalau kita makan eskrim yang kita beli di luar, belum tentu terjamin kebersihan dan bahan2nya. Nah, kali ini teman kita dari At-Taubah hendak share proyek sains membuat eskrim buatan sendiri, sobat bisa menamakannya sesuai keinginan masing-masing.

Ready? baiklah kita akan mulai segera cara membuat es krim, sobat siap… 
1…2…3… ice cream i`m comiiiiiing…. !

Alat dan Bahan :
·         2 cangkir susu cair rasa apa saja (atau susu bubuk/kental yang sudah dicairkan)
·         1 kantong plastik klep berukuran kecil
·         ¼ cangkir gula pasir
·         2 sendok teh cokelat cair atau vanili
·         4 cangkir es batu
·         ½ cangkir garam
·         1 kantong plastik klep berukuran besar
·         Isolasi
Bila bahan – bahannya sudah siap semua, yuk ikuti tahapan bawah ini….
1.     Tuangkan susu ke dalam plastik klep kecil dan tambahkan gula.
2.    Tambahkan cokelat cair, dan tutup plastik dengan rapat.
3.    Remaslah kantong plastik dengan tanganmu untuk mencampur bahan-bahannya. Pastikan semuanya tercampur rata.
4.    Masukkan 2 cangkir es dan ¼ cangkir garam ke dalam kantong besar, kemudian tambahkan lagi 2 cangkir es dan ¼ cangkir garam. Masukkan kantong kecil ke dalam kantong besar, benamkan ke dalam es hingga sebagian dari plastik tertutup es
5.    Tutup dan segellah kantong besar, dan mulailah mengocok ke depan dan belakang, ke atas dan bawah. Teruslah mengocok selama sekitar 15 menit.
6.    Setelah 15 menit, buka kantong dan ice cream pun segera dapat dinikmat.

Nyam… nyam… Yummy!

Wah, bagaimana rasanya? Enak kan es krim buatan sendiri, pastinya Tidak kalah kan, sama es krim yang biasa kamu makan? bagaimana kalau sobat buka toko eskrim sendiri, pastinya seru bukan… Tapi ingat ya, jangan terlalu banyak makan es krim, karena sesuatu yang berlebihan itu, tentu tidak bagus untuk diri kita alias dapat mengganggu kesehatan. Oke?

Oh iya sebagai catatan ketika me-mix-kan plastik biasanya es akan mencair hal ini akan menyebabkan suhu tidak menjadi terlalu dingin, oleh karena itu ketika air sudah mulai banyak, buang segera airnya dan tambahkan esbatu dan garamnya.. lakukan terus hingga waktu 15 menit selesai.

Dan supaya lebih menarik, sobat bisa menambahkan campuran rasa apa saja yang sobat inginkan, tapi hati – hati ya, terlalu banyak campuran akan menyebabkan eksrim berasa aneh… dan mungkin bisa membahayakan kantong sobat eh maksudnya perut sobat.

Bagaimana percobaan sobat sains kali ini, seru bukan.. nantikan petualang seru selanjutnya hanya di Fun With Scince. salam sains…

Tengkra Inspirator Sains4kidz.wordpress.com

Kamis, 25 September 2014

Sulap Fisika : Memanaskan Air Dalam Gelas Plastik



Memanaskan air dalam gelas plastik!?
Bukannya akan meleleh tuh gelas plastik? 
tetapi ternyata nggak meleleh tuh.
Kenapa ya?
Mau tau bingit ye
Nah hal ini dapat dijelaskan secara fisika, menteman kita dari SDIT At-Taubah hendak berbagi sebuah percobaan sederhana berikut.
Yuk kita siapin dulu Alat dan bahan na :
1.     Air mineral
2.    Gelas plastic
3.    Korek api

Are you ready? Go
Dengan alat dan bahan yang tersedia, kita panaskan.
Tetapi selama pemanasan, air tidak boleh dipindahkan dari gelas plastik tsb.
Begini Konsep fisika na.
Pada saat kita memanaskan langsung gelas berisi air mineral (seperti memasak dengan panci). Kalor mengalir dari sumber panas melintasi permukaan gelas dan diteruskan ke air. Namun, bukannya gelas meleleh karena panas yang ditimbulkan, justru air yang ada malah menjadi panas.
Lalu kenapa hal ini terjadi?
Dalam kasus gelas plastik kosong, panas yang diberikan akan langsung melelehkanya jika suhunya melebihi ambang tiitk leleh plastik. Namun ketika dalam gelas diisi air, kalor yang seharusnya melelehkan plastik dihantarkan.
Kalor dihantarkan oleh permukaan gelas ke air, dan kalor ini dimanfaatkan untuk memanaskan air. Karena kalor jenis air tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan sampai suhu yang mampu melelehkan plastik cukup lama, akibatnya gelas plastik lebih tahan lama tanpa meleleh.
Hebat bukan? 
Itulah praktik hari ini. Sila dicoba pula di dapur singmasing.
Dadaaaaaaa.....

Tq Hafidz Rizki, inspirator Ud

Ngambil Koin Dalam Air Tanpa Basah



Bagaimana kita bisa mengambil koin dari sebuah/ piring penuh air tanpa meluapkan air tersebut atau tanpa jari menjadi basah?
Ayoo ngacungin tangan siapa yang bisa?? 
Satu lagi percobaan yang ingin di bagi Siswa SDIT At-Taubah.
Simak ye, ini ada Bahan-bahan yang diperlukan: sebuah piring, air, sebuah gelas, sebuah koin, selembar kertas ato lilin, dan korek api.
Trus, Apa yang harus dilakukan???
Sabar pren... ini ta jelasin
1. Tuangkan air ke piring dan masukkan koin di dalamnya.
2. Masukkan kertas yang telah diremas ke dalam gelas, kemudian bakarlah dan letakkan gelas tersebut secara terbalik di piring
Apa yang terjadi??
air akan naik ke dalam gelas dan meninggalkan koin dalam piring.
Mengapa Demikian??
jika kertas terbakar, karbon dan oksigen di udara bergabung membentuk karbondioksida. Tekanan gas dalam gelas akan jatuh, terus mengembang selama tahap pembakaran dan menyusut selama tahap pendinginan. Tekanan yang berkurang membuat air naik ke dalam gelas.
Begitu.... keren khan? Fun science 
Sila dicoba en.... ampe jumpa dg praktik science. Berikut na. Dadaaaaaaa...tengkra
Hafidz Azikri, inspirator Uda

Generasi Zaid Bin Tsabit, Sahabat Nabi



Mencoba mengenali siswa lewat goresan tinta yang diukirnya. Pedekate gitu, sekalian menjalankan pembelajaran tematik. Matematika dan bahasa indonesia.

Sekali mengayuh, dua tiga pulau terlampaui.

Meskipun sebagian besar kecerdasan siswa kinestetik. Butuh tenaga ekstra merebut hatinya. Tapi, menyoal tulisan karyanya, patutlah diancungi jempol. Kudapati, janin-janin penulis generasi baru di kelas ini. Kelas Zaid Bin Tsabit, sekretaris pribadi Rasulullah.

Semangat Dan...

I Love You Waveboard

Bercengkrama sama Waveboard


“Jadi tak kita latihan, Pak? Kapan?”
Sebuah pesan nongol di layar handphone. Dari Raldi, siswaku. Otak langsung ingat janji yang terucap siang kemarin. Secepat kilat langsung loncat, mencampakkan selimut hangat di pembaringan. Niat hati hendak istirahat lagi usai subuh batal.
“Pagi ini. Jam tujuh. Di lapangan Basket. Bapak bersiap dulu ya.”
Jemari saling berpacu mengetik huruf. Klik. Pesan terkirim. Buru-buru kutuju kamar mandi, membasuh muka. Setelan olahraga terpasang memeluk badan. Langkah sigap mengarah lapangan basket, tempat yang dijanjikan.
          Kemarin, aku melatih siswa persiapan upacara bendera yang akan digelar senin besok. Menjelang dhuhur gladi resik usai. Bersama rekan guru, sejenak kubuang penat. Melahap makanan ringan yang tersedia di kantor. Saat gigi molar dan premolar lahapnya mengunyah, bola mata tak sengaja beradu melihat anak-anak di lapangan basket sedang meluncur kesana kemari. Memikat hati.
Kudekati. Permainan skateboard-kah ini? Hati berkata. Ah, bukan. Ini bukan skateboard. Aku kenal Skateboard, memiliki satu papan dan empat ban. Tapi benda ini  memiliki dua papan dan dua ban.
“Kalian lagi surfing ya?!” tanyaku dibarengi tawa terpaksa. Sontak anak-anak yang tengah nikmatnya bermain berhenti. Menatapku. Mereka terkikik bak kuda di pacuan. Tapi bukan mengejek.
“Bukan, Pak. Bukan Surfing” lelaki berbadan bongsor menjawab sembari bersiap meluncur mengitari lapangan.
“Skateboard?” hampir tak terdengar.
“Bukan juga. Ini waveboard namanya. Bapak mau main?” anak gempal itu menawarkan.
Hmm… Waveboard?
“Oke. Pinjam dan ajarin Bapak ya!” senyum renyah, menerima tawaran. Dengan senang hati bocah berkaos merah meminjamkan waveboardnya. Sesuai petuah yang diwejangkan, kutempelkan kaki kiri di papan bagian depan. Sementara kaki kanan menyiapkan diri mendorong dari belakang.
Deg-degan. Semua menahan napas melihat aksi yang hendak kutampilkan. Kurasakan aura sekitar mulai tidak nyaman. Keringat dingin bergulir membanjiri tubuh. Aku gugup. Kuakui, aku belum pernah memainkan makhluk yang satu ini. Kalau papan yang bernama skateboard, aku pernah mengajaknya bercengkrama. Dan memainkannya mudah.
“Satu… Dua… Tiga… Ayo, Pak!” koor siswa serempak.
“Allahu Akbar… Allahu Akbar!” adzan menggema. Papan gagal meluncur.  Berpura kupasang tampang kecewa.  Padahal dalam lubuk hati terdalam berteriak Alhamdulillah. Raldi, lelaki cilik itu serius membaca raut kecewa yang hinggap di wajah.
“Don’t be sad Teacher! Besok kan Ahad. Paginya kita latihan, gimana?” Raldi  menghibur. Aku mengangguk, menurut bagai kanak-kanak habis kehilangan mainan. #bersambung
***

Rabu, 24 September 2014

Apa Pula Itu Hukum Archimedes?

Siswa At-Taubah Membuktikan Hukum Archimedes
Telur Mengapung, Melayang, dan Tenggelam


Sabtu, semangat belajar slalu!
Sapa yang bisa jalan diatas air?
Hmm... napa bengong?
Wiro Sableng aja bisa, haha. Itu boongan ya.

Tau laut Hitam ato Laut Mati? Nah, disana kita kan terapung meski tak pandai brenang, hihi.

Betulkah?

Simak nih, mentemen At-Taubah hendak berbagi elmu nih. Elmu kanuragan yang diwariskan dari Om Archimedes. Om ini yang mengeluarkan fatwa na mengenai massa jenis suatu zat. Yang dikenal dengan Hukum Archimedes. Paham?

Yuk kita buktiin. Siapin dulu tiga butir telur ayam, yang mentah yah. Tiga buah gelas, yang bisa tembus pandang, haha. Sendok, garam, dan air.

Tuangkan air sebanyak 3/4 kedalam gelas. Masukin sebutir telur dalam tiap gelas. Gelas pertama dikasih 3 sendok garam. Gelas dua 5 sendok garam. Gelas 3 tak usah ditaburi garam. Aduk air yang diseraki garam tadi. Lalu, tunggulah keajaiban apa yang kan datang!

Lihatlah, telur di gelas pertama akan melayang. Di gelas kedua telur mengapung. Sedangkan di gelas ketiga telur tak beranjak dari dasar gelas alias tenggelam.

Wow... keyen!
Kok bisa ya?

Ini ta jabarin. Bila massa jenis suatu benda lebih tinggi dibanding massa jenis air, maka benda tersebut akan tenggelam. Kalo massa jenis benda rendah ketimbang massa jenis air, maka benda akan mengapung. Jika massa jenis benda sama dengan massa jenis air, benda akan melayang. Itu bunyi hukum Archimedes lho mentemen.

Tapi kok penampakkan telur pada ketiga gelas tersebut beda? Padahal sama-sama berada dalam air?

Sama dalam air sih iya. Tapi, zat garamnya beda. Ingat perlakuan pertama kita tadi.

Garam berfungsi menaikan massa jenis air. Makin banyak kandungan garam, maka massa jenis benda rendah. Akibatnya benda akan terapung.
Hebat, bukan? Science mang keyen.
ada pertanyaan?
Kalo tak. Udahan dulu ya. Fun with science. Nantikan episode selanjutnya. Daaaa

Tornado dalam botol

Siswa At-Taubah Ekperimen Membuat Tornado

Huffttt.... akhirnya usai juga! 

Alhamdulillah, percobaan yang satu ini menyita waktu dan membakar ribuan kalori (lebay  Udah gitu, praktik ini belum berhasil sepenuhnya. 
But, never mind. Yang penting kita udah mendapat pengalaman, tul nggak? 

Oke class, kita hendak berbagi lagi di jam terakhir ini. masih di fun science. 

Hmm, Tornado biasanya berbahaya, merusak bahkan sering menimbulkan korban jiwa, tapi kali ini kita bisa membuat tornado sendiri dalam botol lo kawan-kawan… 

Lagian bisa pula kita mainkan setiap saat. 

mau tau caranya???….

Ayo kita coba,,, !!!

Yang perlu kawan-kawan siapkan adalah :
-Dua buah botol minuman ukuran 1.5 liter
- Gunting / Cutter
- Lakban
- Air

Caranya... caranya??? 

Caranya is very easy,,,

* Isi salah satu botol dengan air sampai dua pertiga penuh.

* Susunlah dua buah botol menjadi seperti bentuk “jam pasir”

* Agar air dapat mengalir, buatlah lubang di kedua tutup botol, dengan diameter sekitar setengah diameter tutup botol.
* Ikatkan / rekatkan kedua tutup botol dengan lakban.
* Balikkan botol, lalu putar-putar lah botol tersebut. Kemudian biarkan air mengalir ke bawah. Catat waktu yang diperlukan hingga air habis.
* Agar lebih menarik bisa ditambahkan pewarna dan glitter glue, agar seolah-olah terlihat seperti puing-puing yang runtuh,,, 

Wuih... di kelas kita ada tifan! Aih, bukan, itu Tornado.

Kok bisa ya?? 

Bisalah. 

Gerakan berputar-putar tadi akan membentuk pusaran pada air layaknya tornado. Bentuk tornado ini memungkinkan air turun lebih cepat ke botol yang kosong yang ada di bawah, karena ada pemisahan antara kolom udara yang naik dari bawah ke atas dengan kolom air yang turun dari atas ke bawah. Githu.... 

Ada yg mo bertanya?

Hening.

Kalo tak.

Duduk siap! Hap. 

Berdo'a selese dan Sila balek ke habitat singmasing. 
Oia, dicoba ulang di dapur na ye. Daaaaa

Sabtu, 30 Agustus 2014

Kapan-kapan Kita Wawancara Lagi Ya…

Siswa Zaid Berperan Selaku Wartawan di Kantin Sekolah


Hingga pagi buta, masih bolak-balik RPP dan bahan ajar. Mempersiapkan diri hendak berbagi ilmu sama siswa Kelas Zaid.
Sebetulnya, pembelajaran dalam sub tema dua ini aksinya pekan depan. Tapi, tak mengapa toh kalau berpenat diri jauh-jauh hari daripada pening saat hari H nanti?
Di subuh damai itu, ide datang. Tibanya seiiring inspirasi dari Ariani, teman sekelas di Sekolah Guru Indonesia. Guru model yang pernah setahun mengabdi di pedalaman Kalimantan. Bude Ani, panggilan akrab Ariani sempat membintangi sebuah film dokumenter, Lentera Indonesia. Tak heranlah kalau Bude ini nanti akan nonggol di kotak persegi dialiri listrik tersebut.
Dari tipi, tampak Bude Ani menerapkan pembelajaran langsung pada siswanya. Dia mengajak anak didiknya yang masih es de mewawancarai murid sekolah menengah di dusun tetangga. Metode yang pernah diterapkan Bude Ani hendak kuterapkan pula di kelasku.
Mentari memamerkan senyumnya pada jagad raya. Menyemangati diri dan hati. Siswa dengan kostum kuning pucat tak sabar menanti kehadiranku. Tepat depan pintu bergantian kusalami tangan mungil nan polos. Senyum tak lepas dari wajah ceria mereka. Semangatku makin buncah.
Muraja’ah dan do’a menjelang pembelajaran berlalu. Bergantian kusapa tiap kelompok yang kubentuk pekan lalu.
“Siapa yang hobi nonton tv?” apersepsi dijalankan. Membumbung semua tangan menerobos angkasa. Satu persatu lisan bocah memaparkan apa yang kerap ditontonnya. Film kartun umumnya.
“Siapa yang suka nonton berita?” apersepsi masih berjalan. Tak banyak lagi tangan itu membumbung. Hanya hitungan jari.
“Apa sebutan untuk orang yang pekerjaannya mencari berita atau informasi untuk disampaikan pada orang banyak?” Pertanyaan pemancing. Tak ada yang mengangkat tangan. Yang ada Cuma keheningan pagi. Kuulangi pertanyaan yang sama. Tetap nihil. Diam dan masih belum ada yang menunjuk. Tetiba, di pojok kiri sana, satu tangan terangkat malu-malu.
“Wartawan atau Reporter ya Pak?” bocah berkerudung kuning belum yakin dengan jawabannya. Perlahan menurunkan tangan.
“Reporter! Yap. Benar sekali, Nisa! Reporter merupakan wartawan yang bertugas meliput peristiwa dan mengumpulkan bahan berita.” Pujiku dengan dua jempol.
“Nah, hari ini kira-kira kita akan membahas apa ya?” tanyaku lagi.
“Reporter. Ups, Wartawan atau wawancara ya Pak!”  Nisa menjawab mendahului teman lainnya. Di kelas Nisa memang salah satu siswa yang menonjol.
Sembari membagikan lembaran kerja siswa di tiap kelompok, kuterangkan tujuan dan manfaat pelajaran.
Enam kelompok terbentuk. Tiap kelompok terdiri dari empat hingga enam siswa. Kelompok satu hendak mewawancarai petugas perpustakaan. Kelompok dua dan lima  mewawancarai pedagang kantin. Kelompok lainnya akan beraksi dengan guru yang ada di kantor. Tugas siswa pada tematik Bahasa Indonesia dan IPS kali ini ialah menanyakan berbagai hal yang terkait profesi narasumber. Juga diharapkan siswa paham bagaimana cara berkomunikasi secara sopan dan santun dengan orang yang lebih tua.
“Oke. Semua siap?!”
“Belum Pak!” sanggah Nabil yang sibuk menempelkan pulpen pada wajahnya.
“Apa itu Bil?” kening mengernyit.
“Ini loh Pak, microphone biar suara saya keras sewaktu wawancara nanti” Nabil terkekeh. Owh, microphone buatan dari pulpen tanda semangat. Geleng-geleng. Senyumku tetap merekah.
“ Dalam hitungan keempat, silahkan tiap kelompok berperang di medan yang sudah ditentukan” istilah perangku menyemangati.
“Go!” semua siswa berhamburan menyerbu lapak masing-masing. Melakukan aksi sesuai instruksi.
Semua kasak-kusuk. Tertawa. Terdiam. Malu. Kaku, dan berbagai ekspresi kusaksikan dari bocah kelas empat es de itu. Masih banyak yang gugup menyusun kata berhadapan dengan narasumber. Tak apalah. Ini pelajaran dan pengalaman bagi mereka.
20 menit terlewati. Siswa memasuki kelas untuk presentasi hasil wawancaranya. Bermula dari kelompok satu.
“Pak, asik sekali. Kami dikasih permen sama petugas pustaka.” Bangga Hafidz.
“Kok bisa dikasih?”
“Karena kami ngomongnya sopan”
“Tepuk salut!”
“Siapa yang berkata sopan saat wawancara tadi?” tanyaku. Semua tangan terancung. Kujabarkan pentingnya berkata baik dan sopan. Siswa manggut.
“Apa yang kalian rasakan hari ini?”
“Senang pak!” teriak Nabil yang tak bisa tenang di kursi.
“Napa?”
“Karena saya dapat mewawancarai ibuk kantin dan ini pengalaman pertama saya Pak.”
“Saya juga Pak!” Alya yang biasa membisu buka lisan.
“Saya terharu sama Ibu kantin yang bangun dini hari mempersiapkan dagangannya”
“Pak… pak!” Kutolehkan muka kearah Albar yang memanggil.
“Masak saya disuruh baca ayat Al-Qur’an sebelum wawancara oleh Pak Anam” pak Anam adalah guru Tahfidz. Narasumber kelompok Albar.
“Baguslah itu. Ketimbang diperintah bersihin toilet?” candaku.
Hari ini semua siswa bersuara. Siswa perempuan tak lagi mengunci lisannya. Lega dada kurasa. Tepuk salut mengakhiri pelajaran.
Kutuju meja Iqbal memintanya memimpin do’a bersiap pulang. Tenang.
“Ada yang ingin bertanya lagi” kataku.
“Pak, sangat senang sekali hari ini. Kapan-kapan kita wawancara lagi ya. Kalau bisa sama Bule” Usulan Nabil, Si Kinestetor ulung diikuti suara huhuhu teman-temannya. Sedangku tersenyum geli melihat microphone dari pulpen menggantung tak karuan di wajah polosnya.۩


Minggu, 13 Juli 2014

Bahagiamu, Bahagiaku jua



Satu persatu teman-teman mengabari
 telah masang toga dalam pesta wisuda es dua yang jadi impian mereka.
Dan aku bahagia

Satu persatu dari sahabat
memberitakan bahwa mereka telah beroleh kerja sesuai selera mereka di tempat yang mereka suka Dan aku pun bahagia

Satu persatu teman-teman
 memberi tahu bahwa di bulan ini, menjelang ramadhan tiba mereka akan menikah dengan pujaan hati yang dicinta
 Aku pun ikut berbahagia

Satu persatu sahabatku
menceritakan bahwa mereka telah dikarunia momongan yang selama ini mereka damba
 Wah bahagianya

Baiklah kawan,
aku tahu kalian mengajakku untuk berbahagia pula kan?

Terima kasih
Aku mengerti
 Bahagia itu simple,
 saat teman bahagia,  kita mesti turut berbahagia pula
berharap keciprak kebahagiaan yang sama
 Untung-untung lebih
 Aseg_salam bahagia