Kamis, 29 April 2021

Ghazi, Sang Pejuang

 

Hari ini tepat tiga bulan usiamu, Nak. Ibu ingin menuliskan awal kisah perjalananmu hingga tiga bulan bersama kami.

Ghazi, begitu kami memanggilmu. Muhammad Ghazi El Madani, nama yang kami berikan untukmu. Ada do'a dan harapan dalam namamu itu. 


Ghazi, sang pejuang. 

Tak salah ayah memilihkan nama itu, Nak. Karena hidup ini adalah perjuangan. Dari awal kehadiranmu, telah kau lalui dengan sebuah perjuangan.

Tepat seminggu setelah ibu tahu bahwa ada engkau yang sedang berkembang di rahim ibu, ayahmu jatuh sakit. Kesakitan yang cukup berat. Kondisi ini yang membuat ibu harus bolak-balik membawa ayah ke fasilitas kesehatan. Setelah beberapa kali mendatangi dokter umum, akhirnya Ayah harus dirujuk ke dokter spesialis. Spesialis bedah. 


Malam itu dokter memutuskan ayahmu harus menjalani operasi 2 hari lagi. 

Dalam situasi yang masih pandemi, rumah sakit memberikan aturan yang ketat. Termasuk membatasi pendamping ataupun pembezuk. Sehingga hanya ibu saja yang diperbolehkan untuk mendampingi ayah. Disinilah perjuangan itu kau mulai, Nak. 

Berurusan dengan rumah sakit membuat ibu harus gesit untuk melengkapi semua kebutuhan administrasi. Saat itu ibu harus pergi kesana kemari untuk menyelesaikan semua administrasinya. Naik turun angkot. Gonta ganti ojek. Muntah - muntah dan rasa lelah harus ibu abaikan. Makanpun sedapatnya saja. Bahkan ibupun harus tidur dilantai beralaskan selembar tikar karena kondisi ruangan rawat inap tidak memilki fasilitas pendukung untuk pendamping pasien. 

Ada sedikit kekhawatiran dan tanya di dalam hati. Apakah engkau akan kuat dan bertahan menjalani beberapa hari kedepan?

Tapi dibalik semua kekawatiran itu, ibu selalu selipkan doa untukmu, Nak. Semoga engkau kuat dan bertahan di rahim ibu. 

Setelah ayahmu sembuh, ibupun segera memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Dan betapa bahagianya ibu, saat dokter mengatakan bahwa kau tumbuh dengan baik dan sempurna di rahim ibu. Alhamdulillah, atas segala kuasa Nya kaupun mampu melewati satu masa sulit itu, Nak.

Masa kehamilan yang ibu alami rasanya sangat menyenangkan. Hingga saat persalinan tiba, prosesnya pun sangat cepat. 

Saat itu hari jumat, ibu masih mengajar di sekolah. Perkiraan dokter kau akan lahir tiga minggu lagi. Tapi hari itu, setelah semua siswa pulang, ibu mulai merasakan "gelombang cinta" darimu. Pukul satu lewat, ibupun mengajak ayah untuk  ke klinik persalinan. Sepertinya engkau akan segera lahir, Nak. 

Sekitar pukul 14.00 wib, bidan memeriksa kondisi ibu, katanya ibu sudah masuk bukaan 7. Tidak lama lagi bayinya akan lahir. Alhamdulillah Allah berikan kelancaran dan ketenangan pada ibu di persalinan kali ini. Meski sakitnya tak bisa diungkapkan tapi ada ketenangan saat menjalaninya. Ketenangan yang membawa kekuatan.

Didetik-detik itu, ibu mengajakmu untuk sama-sama berjuang, agar engkau bisa segera menemukan jalan lahirmu. 

Dan Alhamdulillah tepat pukul 15.30 engkau lahir. Tapi nak, tangismu terdengar lemah, nafasmu pun belum normal. Kondisi ketuban yang begitu keruh membuat bidan khawatir. Akhirnya bidan memutuskan untuk merujukmu ke Rumah sakit agar segera mendapat penanganan khusus. 

Sore itu ibu sendirian di ruang perawatan. Rasa sakit pasca melahirkan yang masih tersisa menjadi teman ibu saat itu. Saat itu ibu lelah dan mengantuk. Rasanya ingin tidur sebentar saja. Tapu pikiran ibu jauh menerawang, apa yang terjadi denganmu nak?

Dalam segala kecemasan, terlafadz do'a - doa untuk segala kebaikanmu. 

Sehari setelahnya, ibu diperbolehkan pulang. Tapi tidak denganmu. Kau masih harus menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.  Hanya ayah yang diijinkan melihatmu.

Setiap ibu bertanya kepada ayah, "Gimana kondisinya, Yah?" ayah selalu menjawab "Sudah mulai membaik" hanya itu saja informasi yang ibu dapat. Meski tidak puas dengan jawaban ayah, tapi di dalam hati ibu ada keyakinan yang begitu besar bahwa kau akan baik-baik saja nak. 

Setelah tiga hari kau dirawat di NICU akhirnya dokter mengijinkan ibu untuk melihatmu. 

Ada perasaan bahagia, cemas, takut. Semuanya bercampur menjadi satu. Ibu sangat nervous. Dalam bayangan ibu, saat bertemu nanti ibu akan langsung memelukmu, dan berharap dokter memperbolehkanmu pulang bersama ibu. Tapi ternyata tak sesederhana itu. 

Saat pertama kali ibu melihatmu di inkubator, air mata ini langsung menetes tak tertahan lagi. Tak dapat ibu bayangkan nak, tubuh kecilmu dengan selang - selang dan jarum - jarum itu. Ingin segera ibu peluk tubuh mungilmu, Nak. Tapi kondisi belum memungkinkan. Perawatpun hanya mampu menenangkan ibu. Akhirnya ibu tahu, saat ayah mengatakan kau baik - baik saja, itu hanya untuk menenangkan ibu dan  menjaga agar ibu tetap berfikir positif. 

Dokterpun menjelaskan kondisimu. Cairan yang masuk ke paru-paru telah dikeluarkan, namun selang pernafasan belum bisa dilepaskan. Kadar bilirubin yang cukup tinggi membuatmu harus mendapatkan terapi sinar biru. Dokterpun mengijinkan ibu untuk menyusuimu. 

Keesokan harinya, ibu datang secara rutin 3 jam sekali untuk menyusuimu. 

Aahh nak, bahagia yang sangat luar biasa yang ibu rasakan saat pertama kali ibu menggendongmu. Kaupun dengan sangat cepat belajar menyusu langsung pada ibu. 

Menunggu seharian di rumah sakit tak masalah buat ibu asalkan ibu dapat selalu memberikan mu Asi secara langsung. Saat kau sedang menyusu, lamat-lamat ibu bisikkan ditelingamu "kuat dan sehat selalu, Nak. berjuanglah Ghaziku. Berjuanglah sekali lagi agar kita bisa berkumpul bersama di rumah"

Alhamdulillah, setelah tujuh hari di NICU, dokterpun memperbolehkan kau pulang. 

Mashaa Allah, Nak. Sujud syukur atas segala karunia dari Allah. Semua yang terjadi ini tentunya atas kehendak Nya. 

Dan hari ini tepat tiga bulan usiamu. Ibu dan ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu. 

Kedepan akan lebih banyak lagi jalan hidup yang harus kita perjuangkan. yang paling nampak didepan mata adalah berjuang bersama ibu menjalani hari - hari saat ibu sudah mulai masuk sekolah. 

Ya, ibu memilih untuk tetap mengajar di sekolah. Bukan ibu tak sayang padamu nak, hingga harus meninggalkan kau beberapa jam saat ibu sedang mengajar. 

Kelak, ibu akan bercerita kepadamu dan ayukmu, mengapa ibu  memilih untuk tetap menggeluti dunia pendidikan.

Ghaziku sayang. Jadilah kelak engkau seorang yang kuat, seorang yang tangguh dan selalu berjuang di jalan yang Allah ridhoi

29 Januari 2021 ~ 29 April 2021

Minggu, 07 Februari 2021

Tentang Namamu

 


Tidak serupa Ayuk-mu (yang sebelum kelahirannya ayah dan ibumu berdiskusi hebat ihwal nama yang hendak disematkan untuknya). Sebelum hadirmu ini, ayah dan ibumu tak ada musyawarah panjang tentang nama yang akan diberikannya buatmu. Hingga detik ini, ayah dan ibumu masih haqqul yakin bahwa nama itu sungguh sangat berarti, lebih dari sekadar untaian kata, ianya adalah sebuah do’a.

Muhammad Ghazi El Madani, adalah nama yang kami peruntukan buatmu, Nak. Muhammad berarti (manusia) yang terpuji. Terpuji dalam hal apapun; terpuji serupa si empu nama, Baginda Nabi SAW: ilmu, amal, perangai beliau jadi teladan. Do’a itulah yang kami semat dalam namamu ini, Nak.

  Alasan lain ayah menyematkan kata Muhammad, Bahasa Arab ini pada namamu, ianya simbol dari seorang muslim. Ayah percaya bahwa tiadalah orang yang menamai diri atau keluarganya dengan kata ini melainkan ia seorang muslim. Ayah teramat sangat yakin akan hal itu.  

  Kata Ghazi ini sengaja ayah adopsi dari beberapa nama pahlawan, panglima trah Ottoman, Turki Utsmani. Ada Ertugrul Ghazi dan Osman Ghazi. Mereka merupakan panglima, pendiri, pejuang Ottoman (akan ayah kisahkan padamu terkait panglima ini kelak). 

  Ghazi, Bahasa Arab ini mengandung arti (seorang) panglima. Ialah do’a ayah agar kau kelak, Nak menjadi panglima yang tetap membela ketauhidan mengikuti kata awal dalam rangkaian namamu ini. 

  El Madani, masih dalam Bahasa Arab mengandung arti Kemajuan; peradaban. Agar kau, Nak, menjadi seorang muslim yang tiada lupa akan identitasmu selaku muslim meski hidup di zaman modern. O iya, empat aksara paling belakang, Dani, juga akronim nama ayah dan ibumu, Danil Heni. Agar kelak, andai karibmu nanti menyapamu dengan panggilan ini, kau akan sentiasa mengingat bahwa kau terlahir dari rahim seorang ibu nan tegar-sabar, Heni dan ayahmu Danil. Jadi, Muhammad Ghazi El Madani berarti Yang Terpuji Panglima Peradaban.

Ghazi, panglimaku: Bukankah nama tersebut pilihan yang paling baik kami hadiahkan buatmu, Nak?

Minggu, 17 Januari 2021

SENANGNYA IKUT PRAMUKA



 Pramuka adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. pada waktu saya duduk di kelas 5, sekolah mengadakan kegiatan pramuka yaitu berkemah. Saya sangat senang, kami semua senang. Pramuka adalah kegiatan yang menyenangkan dan juga banyak pelajaran yang dapat di ambil seperti: tanggung jawab, mandiri, kerja keras, dan juga saling membantu satu sama lain.

Tibalah saat yang di tunggu. Pada hari sabtu pagi saya bangun lebih awal dari biasanya dan saya pun berpamitan kepada kedua orng tua saya dan juga minta doanya. Setelah itu saya diantar oleh ayah dan bunda ke sekolah karna kami semua berkumpul di sekolah. Setelah itu saya dan temen-temen lainnya disuruh oleh kakak pembinanya berkumpul di lapangan untuk mendengarkan arahan sebelum berangkat ke lokasi perkemahan. Dan setelah selesai mendengarkan pengarahan dari kakak pembinanya, kami langsung berkumpul berdasarkan kelompok masing-masing. Saya masuk kelompok angrek.

Sebelum menaiki bus, saya dan teman-teman yang lainnya berpamitan pada orang tua. Saya sedikit sedih karna jauh dari orang tua walau 2 hari. Tetapi, saya juga senang karna saya bisa lebih mandiri. Bus mulai berjalan. Di perjalanan kami bernyayi-nyayi dengan gembira dan juga kami mengeluarkan snek yang kami bawa untuk cemilan di atas bus.

Perjalan dari sekolah menuju perkemahan lumayan jauh. Lokasinya bukan di tengah-tengah kota. Melainkan di hutan. Wow, kami akan belajar langsung dari alam. Senangnya.

Kami sampai di lokasi perkemahan. Saya dan teman-teman Segera turun dari bus. Kami semua menuju lapangan perkemahan yang nantinya kami akan mendirikan tenda. Saya dan teman-teman berkumpul dengan kelompok masing-masing. Kami mengangkat barang-barang pribadi dan juga perlengkapan tenda kami. Sebelum mendirikan tenda tetap kakak pembina pramukanya memberikan arahan, agar kami tidak ada yang salah atau keliru.

 Setelah itu saya dan teman kelompok membuka tenda dari kantungnya. Kami disuruh belajar mengikat tali membuat simpul. Saya sedikit kesulitan untuk mengikatnya. Simpulnya itu lumayan rumit dan berliku-liku. Setelah saya perhatikan dengan teliti ternyata tidak begitu susah. Di dalam kelompok kami berbagi tugas. Teman saya mendirikan tenda dan saya kebagian tugas membuat tandu. Membuat tandu juga menggunakan simpul. Walaupun susah akhirnya tenda kami pun selesai  didirikan. Tandu yang saya buat juga selesai dengan rapi dan saya beserta teman satu kelompok kami berhasil mengerjakannya. Kami semua bahagia.

Setelah tenda selesai saya dan teman lainnya mengemasi barang barang yang kami bawa untuk di susun di dalam tenda yang kami dirikan tadi. Setelah selesai kami disuruh berkumpul kembali di lapangan. Sementara kakak pembinanya masak untuk kami makan siang. Dan tibalah waktunya sholat zuhur. Saya dan teman-teman mulai bersih-bersih dan mengambil air wudu. Kami semua akan melakukan sholat zuhur berjamah.

Waktunya kami makan siang bersama. Saya senang karna saya bisa belajar masak. Di rumah, saya tidak pernah masak kerna belum diperbolehkan sama bunda. Waktupun berlalu dari siang menuju malam. Dan seperti biasa, setiap jam sholat kami selalu sholat berjamaah. Pada saat sholat magrib kami bersolawat dan juga berzikir. Tanpa saya sadari saya memandang ke langit yang mulai gelap dan kelihatanya mendung. Saya sedikit takut karna sangat gelap dan terasa serem. (hihihi.... mungkin karna di hutan kali ya).

Tak lama kemudian hujan turun dengan sangat deras. Kami bergegas menuju tenda masing-masing.  Hujan yang turun tak kunjung reda. malah makin malam hujan makin deras. Lokasi perkemahan kami kebanjiran. Semua barang-barang jadi basah.  Semua kakak-kakak pembina mengintruksikan kapada kami semua untuk kembali pulang menuju sekolah. Kami semua sangat  bersyukur.

Sesampainya kami di sekolah kami langung disambut oleh orang tua kami yang cemas dengan keadaan kami. Alhamdulillah perlengkapan yang saya bawa tidak basah semua. Jadi, saya bisa berganti pakaian. Teman-teman yang bajunya basah semua, diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Karna saya ada baju yang kering, saya tetep memilih melanjutkan tidur di sekolah sampai pagi.

Inilah pertama kalinya saya merasakan pengalaman saat berkemah. Ada sedihnya, takutnya,  ada gembiranya juga. Bercampur semua rasa. Meski begitu, saya sangat senang sekali karna begitu banyak pengalaman yang saya dapat, yang tidak mungkin terlupakan.[]

 

Tentang Penulis

Mellisa Umairah lahir di Batam, 12 januari 2008. Saat ini dia tinggal di Perumahan Sierra Blok C No. 21. Hobinya menari dan melukis. Dia suka makan Pizza dan nasi goreng teri. Cita-citanya ingin menjadi Dokter gigi.


MENAPAKI NEGERI JIRAN

 


Ya, ke Negara Malaysia dan Negara Singapura selama tiga hari tanpa kedua orang tua. Dua negara yang secara jarak dekat dengan tempat tinggal ku, yaitu Batam-Indonesia bahkan ke sana pun tak harus naik pesawat terbang, cukup dengan menggunakan kapal laut yang jarak tempuh nya kurang lebih satu jam.

Perjalanan di mulai pada hari Senin, tanggal 16 Desember 2019. Saya bersama teman-teman dengan menggunakan dua bis besar kami berangkat dari sekolah kami tercinta menuju pelabuhan kapal ferry Harbour Bay Batu Ampar. Di awal perjalanan dari Harbour Bay,  kami menuju Negara Malaysia dengan menggunakan kapal ferry yang cukup besar. Sebelum masuk ke kapal, semua rombongan harus melalui loket imigrasi untuk cop/stamping passport yang menyatakan akan pergi ke luar negara Indonesia. Cop/stamping di passport ini  merupakan suatu izin dari negara setempat untuk menuju negara lainnya.

Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Meski di awal saya merasaakan sangat banyak keceriaan selama berada di atas kapal, akan tetapi ada hal yang kurang menyenangkan. Ya, ternyata di luar dugaanku: aku mabuk laut. Memang, aku belum terbiasa naik kapal dan mungkin inilah yang menyebabkan aku merasa mual dan mabuk. Hempasan gelombang air dan suasana dingin AC yang menyelimuti ruang kapal membuat diriku oleng dan pusing. Walaupun begitu, beruntung saya memiliki teman-teman yang dengan senang hati menolongku serta tim tour giude juga dengan sigap membantu agar segera pulih dan menikmati perjalanan kembali.

Tak berselang lama, kapal ferry kami pun bersandar di pelabuhan kapal ferry Negara Malaysia dan kami pun secara bergantian turun dari kapal ferry menuju loket imigrasi Negara Malaysia yang ada di pelabuhan tersebut. Inilah momen pertama kalinya saya dapat menginjakkan kaki di Negara Malaysia. Dengan bantuan tim tour giude yang lincah kami pun dengan cepat menuju ke bis yang telah tersedia di luar gedung pelabuhan tersebut. Cuaca terasa panas mengiringi perjalanan kami menuju kota Johor, salah satu kota yang ada di negara Malaysia. Canda tawa memenuhi ruang bis meski ada beberapa teman-teman yang kelelahan termasuk saya.

Selama perjalanan, mata kami terus mencari sesuatu pemandangan yang asing yang mungkin belum pernah kami lihat dan temui di Indonesia. Perjalanan pertama kami di negeri Malaysia ini dimulai dari sebuah Masjid Pink di kota Putra Jaya. Saat itu kami berkesempatan melaksanakan shalat Magrib dan Isya. Perjalanan kami lanjutkan ke Twin Tower (Menara Kembar) megah dan indah.

Selanjutnya kami menuju hotel tempat kami akan beristirahat yaitu Hotel Grand Plaza yang berada di Ibu kota Malaysia yaitu Kuala Lumpur. Di hari kedua perjalanan, saya bersama teman-teman mengunjungi Batu Caves Kuala Lumpur. Disana terdapat patung Ganesha yang sangat besar berwarna keemasan, disampingnya pula terdapat puluhan anak tangga yang di cat beraneka warna menuju ke dalam goa batu tersebut. Beberapa di antara kami ada yang sibuk berfoto dan bermain di area tersebut sehingga tak terasa waktu mulai siang dan kami pun bergegas menuju Choclate Kingdom dan Genting Highland dan menunaikan shalat magrib beserta isya di masjid Sultan Abu Bakar Johor Bahru Malaysia.

Terakhir kami pun beristirahat di hotel Berjaya Waterfront. Di hari terakhir perjalanan kami, masih di Malaysia kami mengunjungi Legoland Malaysia, di sini kami melihat banyak sekali hal-hal yang sangat menakjubkan dan kami sempat berswafoto bersama dengan teman-teman.

Setelah berfoto ria bersama kami pun di haruskan segera bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami menuju negara berikutnya yakni Singapura. Setelah melewati cek point perbatasan Malaysia dan Singapura kami pun disugukan keindahan pemandangan gedung-gedung tinggi negara Singapura. Banyak sekali pemandangan yang mengagumkan.

Tujuan terakhir kami adalah Pelabuhan kapal Ferry Negara Singapura yaitu Harbour Front. Sebuah pelabuhan internasional yang sangat ketat dan dijaga oleh banyak polisi. Setelah menyelesaikan urusan cop/stamping kami pun segera menaiki kapal ferry tujuan pelabuhan Batam Centre-Batam Indonesia. Perjalanan pun di mulai, hanya sekitar 40 menit kapal ferry kami pun sampai kembali ke negara tercintaku. Wajah yang pasi, badan yang letih dan mata yang lelah menjadi penutup perjalanan saya di negeri seberang.[]

Tentang Penulis

Muhammad Alif Rahmatulloh lahir di Jakarta, 23 April 2008. Bercita-cita ingin menjadi pemain bola dunia yang hafidz Qur’an. Motto hidupnya, “Jangan Mudah Menyerah”


TAMASYA KE LUAR NEGERI

 


Saat itu saya terlambat bangun pagi.  Waktu sudah menunjukkan pukul 05.45 wib. Saya keget. Seharusnya saya bangun pada pukul 05.30 wib. Segera saya mandi. Kemudian  langsung mencari baju dan celana. Saya memakai switer ala Atta Halilintar.

Sebelum kaki beranjak, saya memeriksa perlengkapan yang hendak saya bawa. (Oiya, kalian tahu, kan? Hari ini saya akan tamasya ke luar negeri, lho!) Perlengkapan saya oke dan tidak ada yang ketinggalan. Saya mengambil koper dan lansung pergi ke perhentian bus yang parkir di depan sekolah At-Taubah. Ada 2 bus yang akan membawa kami. Terlihat teman-teman sudah banyak yang masuk ke dalam tiap bus. Saya naik bus yang pertama. Mencari tempat duduk yang kosong. Saya sekursi dengan kawan saya yang bernama Al-Hadi Syaputra. Di tengah perjalanan menuju Pelabuhan Sekupang, Hadi muntah. Untung saja dia sudah menyiapkan kantong kresek. Kalo tidak, bisa-bisa terdampaklah saya, haha.

Kami semua turun dengan tertib dari bus. Kami semua masuk ke dalam pelabuhan untuk cek in. Setelah kami cek in, kami langsung menuju kapal. Di kapal, lagi-lagi saya sekursi dengan Hadi. Di samping kami ada juga Raihan, Arryan. Kami sangat senang. Selama di kapal, Hadi kembali merasakan mual dan muntah. Saya menyarankannya untuk membuang muntahnya ke toilet. Setelah Hadi selesai muntah di toilet, kami menikmati pemandangan laut yang indah sambil ber-wefie.

Kami menenggok ada pesawat terbang di atas langit. Kami memperhatikan dan mengamati pesawat terbang itu. Ternyata pesawat tersebut berangkat setiap 5 menit. Saya penasaran. Sayapun menanyakan kepada orang yang ada didekat saya,

“Om pesawat itu dari Negara mana?”

“Saya tidak bisa berbahasa Indonesia” jawab Om dalam Bahasa Inggris. Ups, okelah  saya akan berbahasa Inggris.

 

“Whare’s that plane from?“

”It’s from Singgapura” Saya berkata lagi apakah Om dari Singapura?

”Yeah, right I am from Singapura”

“Is Om from Batam on vation?”

“Not me to Batam to work”

“But wath’s your job there?“

“I worh as a toy seller”

“Do you  want  to go to Singapura  and what is your name? “

“Yes I want to go to Singapura and my name is Muhammad  Shofyan Aryangga”

“Oww your name is very good”

“Thank you om and what is your name Om?“

“My name is Kevin”

 

Tak terasa, kapal yang kami tumpangi berlabuh di Singapura. Destinasi pertama yang kami kunjungi di Singapura yaitu Bandara Changi. Bandaranya sangat cantik dan indah; ada air terjun buatan tertinggi di dunia. Kami disana berfoto grup. Setelah puas menikmati pemandangan yang sangat super indah tesebut, kami langsung pergi ketujuan ke dua yaitu Patung Merlion. Disana kami juga berfoto ria. Dari lokasi Patung Merlion yang sangat indah itu, kami melihat Hotel Marina Bay Sands. Hotel yang berbentuk kapal pada puncaknya. Selain hotel yang sangat indah, ada banyak juga gedung tinggi-tinggi berdiri di Singapura.

Dari Singapura kami menuju ke Negeri Jiran, Malaysia. Kami melewati imigrasi yang dijaga ketat sekali. Setelah diimigrasi selesai kami kembali menuju bus menuju Johor Bahru. Hari sudah larut malam. Sekitar satu jam perjalanan, kami merebahkan badan di hotel untuk istirahat.

Keesokan harinya kami menuju Menara Kembar, Petronas. Menara tertinggi di dunia itu berada di Kuala Lumpur. Menurut cerita, Menara Kembar ini pernah dinobatkan sebagai bangunan tertinggi didunia pada tahun 1998 – 2004 sebelum akhirnya dilampaui oleh Burj Khalifa dan Taipei 101. Kami berswafoto lagi dengan latar Petronas. Selanjutnya kami shalat jamak di masjid terbesar di Malaysia tepatnya di Selangor. Nama mesjidnya adalah Sultan Salahuddin Aziz’. Masjid ini adalah masjid terbesar dinegara bagian tersebut dan masjid terbesar kedua di Asia tenggara setelah Masjid  Istiqlal di Jakarta, Indonesia.

Berikutnya kami singgah di Toko Coklat. Di dalam toko, berjejer coklatnya yang banyak sekali. Coklat-coklat tersebut terdiri atas varian rasa: rasa coklat,  strawberry, vanilla, nanas, durian. Sayan membeli coklat batangan yang berasa almond seharga dua puluh lima ringgit. Perut sudah lapar, kami menuju restaurant untuk makan malam. Setelahnya, kami istirahat di hotel.

Hari berikutnya, setelah kami sarapan, kami dibawa bus menuju tujuan berikut yaitu Legoland. Disana leginya sangat banyak sekali. Ada lego yang besar, sedang dan  kecil. Ada rumah legonya yang besar sekali.  Kami tidak bermain lego karena tiket masuknya sangat mahal. Kami hanya bisa melihatya dari luar saja. Kami kembali cekrek-cekrek untuk berfoto.

Kami pergi ke masjid Pink di Putra Jaya untuk menunaikan sholat zhuhur jamaah. Masjid Putra Jaya ini menghadap ke Danau Putra Jaya yang sangat indah. Setelah itu, kami pergi ke dataran kemerdekaan Malaysia tepatnya di Kuala Lumpur. Dataran kemerdekaan ini berada di depan Banjuman Sultan Abdul Samad. Di tempat ini bendera Union Jack diturunkan dan bendera federasi Malaysia dikibarkan untuk pertama kalinya untuk pertama kalinya pada tengah malam pada tanggal 31 agustus 1957 sejak saat itu dataran merdeka menjadi tempat dirayakannya parade hari merdeka.

Kami menuju pelabuhan Malaysia untuk pulang menuju tanah air. Tiba di tanah air tercinta, di pelabuhan Batam Centre, saya menyiapkan barang-barang agar tidak ada yang tertinggal. Itulah cerita saat saya bertamasya ke luar negeri.[]

TENTANG PENULIS

Muhammad Shofyan Aryangga lahir di Batam pada tanggal 3 April  2007. Cita-cita ingin menjadi Polisi. Motto hidup, “Jangan pernah mudah menyerah. Railah cita-cita setinggi langit”


PERKEMAHAN YANG MENYENANGKAN

 


Pada hari sabtu pagi, saya dan teman - teman yang lain pergi Persami (Perkemahan Sabtu Minggu). Bis yang hendak membawa kami ke lokasi kemah baru saja datang. Kami segera naik ke bis. Sewaktu naik bis, di tangga bisnya saya hampir saja terjatuh karena bawaan barang saya sangat banyak dan berat. Untungnya keseimbangan badanku masih baik, kalau tidak bisa benar-benar jatuh deh saya. Perjalanannya melewati hutan. Ooo, saya baru tersadar, ternyata perkemahan ini diadakan dalam hutan. Hati saya sangat senang sekali. Karena baru pertama kali saya memasuki hutan dan baru kali pertama juga saya mengikuti perkemahan.

Sampai juga di tujuan. Saya, para guru dan teman - teman langsung masuk ke hutan. Kami berkumpul bersama regu masing - masing.  Nama regu kami adalah Regu Matahari. Kami mendirikan tenda bersama - bersama.

Tenda berdiri sudah. Kami langsung membentuk barisan untuk upacara pramuka. Setelah upacara, sayup-sayup azan berkumandang. Kami segera mengambil wudhu dan sholat zuhur berjama’ah. Bakda sholat zuhur, kami beristirahat di dalam  tenda dan  membereskan barang - barang kami. Lalu kami makan nasi bersama - sama.

Selesai makan, ada pengumuman dari TOA. Kamipun cepat turun ke lapangan untuk mengikuti lomba puzzel. Lombanya di mulai, kami dengan bergotong royong menyusun puzzel. Selama menyusun puzzel, kami kesusahan untuk menyusun gambar tersebut. Jadi regu kami kalah, tetapi kami tetap semangat dan tidak berputus asa.

Perlombaan puzzel pun berakhir dan kami kembali beristirahat. Sudah beberapa jam kemudian, menjelang sholat ashar, kami berwudhu dulu dan sholat sunah. Setelah sholat sunnah, baru kami melaksanakan sholat ashar berjamaah. Setelah sholat ashar, kami berdzikir dan berdoa. Setelah selesai berdzikir dan berdoa, kami istirahat sampai mau masuk waktu sholat maghrib. Setelah sholat maghrib, kami berkumpul di lapangan untuk melihat api unggun.

 Pada malam itu saya sangat bahagia sekali. Setelah itu kami lekas sholat isya, dan setelah sholat isya kami disuruh berkumpul di lapangan lagi, kami disuruh lomba yel - yel dan penta seni.

Saat regu kami yang menampilkan yel - yel dan penta seni, semua orang pada bertepuk tangan dan gembira. Akhirnya regu kamilah yang juara. Lagi-lagi saya sangat bahagia. Setelah lomba, kami di suruh untuk tidur. Saat semuanya tidur tidak ada suara yang terdengar lagi.

Sekitar jam 2 malam, kami di suruh bangun untuk mencari jejak. Saat kami sedang mencari jejak, kami sangat ketakutan dan suhu pada malam itu sangat dingin, tetapi kami tetap melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, dalam kegelapan malam terdengar ada suara yang sangat menakutkan. Kami berteriak sambil berlari. Ketika kami sedang berlari, sepatunya Aisyah Sahira terlepas dan terjatuh, padahal dia mau mengambil sepatunya, tetapi karena ada suara yang sangat menakutkan itu, dia tidak jadi mengambil sepatunya dan dia terus berlari. Kami sudah di pos 3. Kami bertanya kepada Ustad dan Ustadzah kenapa tadi ada suara yang menakutkan. Tetapi Ustadzahnya bilang,

"Dari tadi tidak ada suara yang  menakutkan" Kami jadi heran. Kami kembali ke dalam tenda untuk istirahat dan menunggu waktu masuk sholat subuh. Beberapa jam kemudian kami melaksanakan sholat subuh, setelah sholat subuh kami mencari jejak kembali. Kami mencari tulisan yang ada di pohon. Kami melewati parit dan ban yang ada lumpur. Baju olahraga kami menjadi kotor dan penuh dengan lumpur. Kami melewati rintangan, menambah kotornya pakaian kami. Kami membersihkan baju yang terkena lumpur menggunakan air parit. Air itu tidak kotor, jernih dan tidak bau. Kami melanjutkan kembali perjalanan kami. Di suatu tempat, kami berhenti sebentar. Kami menjawab pertanyaan dari ustad dan Ustadzah. Kami bisa menjawab pertanyaan dari ustad dan Ustadzah, lalu kami bisa melanjutkan perjalanan kembali.

Di perjalanan, kami menadapati jalannya buntu. Kami kira kami salah jalan, ternyata kami harus naik tangga untuk ke atas. dan satu persatu orang telah naik. kami langsung kembali ke tenda untuk mengambil baju ganti. Kami ngantri untuk mandi. Setelah semuanya mandi kami berkumpul untuk naik bis, dan pulang ke rumah masing - masing. []

 


Tentang Penulis

Lutfiyah Aisyah lahir di batam pada tanggal 07 November 2007. Dia memiliki hobi memasak. Dia suka makan ayam bakar. Saat ini dia tinggal di Taman Jaya Asri Blok C2 nomor 15. Cita - Citanya menjadi Guru Tahfidz. 


DALAM MEMILIH SAHABAT

 


Arti SAHABAT adalah orang yang paling dipercaya yang bias diajak cerita tentang masalah kita, yang ada saat kita bersuka ria ataupun berduka cita. Aku juga punya sahabat, kami selalu kompak. Terkadang kami juga berselisih paham. Namun, setelah itu kami langsung baikan kembali. Aku bersahabat dengan dua orang yaitu Amel dan Riri. Mereka adalah sahabat terbaik yang pernah aku temui. Amel itu lucu, cantik, pintar, agak pemarah dan terkadang dia suka ngambek. Hobinya berenang, cita –citanya ingin menjadi dokter.

Riri, orangnya baik, tidak sombong, suka mentraktir dan sering menolak kalau ditraktir. Jika ada makanan yang enak, dia selalu membagikan pada kami. Dia juga penyabar dan suka bikin lucu. Hobinya adalah memasak dan cita-citanya adalah menjadi dokter.

Itulah sahabatku. Walaupun mereka memiliki sifat yang berbeda-beda, tapi aku tetap menerima mereka apa adanya. Kami selalu bersama walaupun terkadang kami bertengkar. Kami selalu cepat baikan. Kita bersahabat harus saling akur dan rukun. Oh iya, aku lupa menceritakan tentangku sendiri. Menurut teman-temanku, Aku itu orangnya baik dan ramah, kadang-kadang suka marah, suka ngambek. Hobiku adalah berenang dan cita-citaku ingin menjadi dokter.

Itulah cerita tentang diriku dan sahabatku. Ingat! Pilihlah sahabat yang mampu mengajak kita pada perbuatan yang benar dan mengingatkan kita jika bersalah. Yang bias saling menasehati dan saling mengasihi. Sebenarnya boleh saja berteman dengan siapa saja. Tapi, sekali lagi, pilihlah sahabat yang benar ya. Masak iya, kalian mau bersahabat dengan anak geng motor, begal, preman, cabe-cabean, de el el. Pasti kalian gak mau, kan? Nanti kalian ketularan sifat-sifat mereka pula. Kita juga boleh memilih sahabat yang berbeda atau berlawanan jenis. Tapi harus ada aturannya. Juga nggak sembarangan atau melebihi batas. Nanti terjadi pula hal-hal yang tidak diinginkan. Benar, nggak?

Dalam bersahabat nggak boleh mengejek apalagi menyakiti hati sahabat kita sendiri. Ya, kalo sahabatnya nerima dengan tabah, kalo nggak? Yang ada akhirnya nanti bias sampai berantamlah, adu mulutlah, ngebacotlah. Nanti menjadi obrolan orang  lain. Kan gak enak. Maka dari itu,  kita janganlah suka menyakiti hati sahabat kita. Yang benar ajalah kalo bersahabat itu. Jangan kita sampai terjadi hal yang kusebutkan tadi. Oke, itu saja pesan-pesan dariku. Semoga bermanfaat dan kita mendapatkan hikmahnya dari bersahabat. Semoga kita menjadi atau memiliki sahabat yang terbaik. Kurang dan lebihnya saya minta maaf. Kalau ada kata-kata yang tidak menyenangkan jangan dimasukkan kedalam hati ya.[]



Tentang Penulis

Muthia Hezyrathul Khudsi lahir di Batam 31 Januari 2008. Memiliki hobi berenang. Cita-citanya ingin menjadi dokter. Saat ini tinggal di Perum. Citra Pandawa Asri Blok I1/20