Selasa, 10 Februari 2015

Jembatan Kertas




Apa yang akan terjadi bila selembar kertas menopang benda berat seperti botol minuman? Yap, itu botol pastinya akan roboh tersebab kertas yang tiada kuat menahan. Tapi, ada lho kertas yang dapat menopang dan menahan benda berat serupa botol minuman tadi. Bagaimana bisa ya?

Penasaran?

Kali ini Kid Scientist dari At-Taubah hendak unjuk aksi dalam eksperimen yang mereka namai JEMBATAN KERTAS. Cekidottt...

Sebelum aksi diperbuat, baiknya disiapin bahan dan alat berikut:
1. Kertas dua lembar
2. Botol minuman ato sebangsanya
3. Beberapa buku sebagai tiang jembatan

Ayo kita mulai!

Bentangkan kertas hingga menjadi jembatan diantara tumpukan buku yang kita bagi dua. Lalu taruh botol minuman atau sebangsanya diatas jembatan kertas tersebut. Upz! Botol jatuh. (Sedihnya...). Sekarang, lipatlah kertas seperti hendak membuat kipas. Bentangkan lagi kertas tersebut diantara tumpukan buku tadi yang kita buat sebagai tiang jembatan. Kemudian, coba letakan lagi botol tadi diatas jembatan kertas ini.

O em ji...!

Hebat! Jembatan kertas berlipat-lipat ini dapat menahan beban botol yang terisi air. Eh, kok bisa!?

Gini, lipatan kertas yang banyak membuat berat beban tersebar merata. Kekuatan kertas pun menjadi berlipat ganda. Omong-omong, pernahkah kamu melihat bagian dalam sebuah kardus? Ya, untuk menambah kekuatan kardus, di dasar kardus biasanya ditambahkan lembaran kertas yang bergelombang.

Udah tertunaikan penasaran mendasak dadanya, kan? Sekarang coba praktikan di habitat masing-masing. Jumpa lagi dengan percobaan unik lainnya cuma di At-Taubah Fun With Science. Daaa...

Senin, 09 Februari 2015

Impian Dalam Setangkai Bunga



SEORANG PENDIDIK HARUS MAMPU MERACIK bumbu mata ajar hingga pembelajaran nikmat terasa. Pendidik mesti telaten dalam mengolah bakat dan kemampuan anak didiknya. Telaten dalam mengarahkan siswa untuk mewujudkan cita-cita mereka. Bagi seorang pembelajar, memiliki cita-cita bakal memberi energi tersendiri dalam proses belajar.

BOLA MATAKU MENYAPU SATU-PERSATU WAJAH ANAK DIDIK. Wajah itu bersinar menyirat semangat tiada tara. Air muka itu makin menyemangatiku. Tak kurang gagahnya dengan hari sebelumnya, pagi ini kuterangkan kembali gambaran singkat tentang pentingnya impian/ cita-cita dalam hidup. Kutunjuk dan kupinta para siswa menyebutkan cita-cita mereka. Kudapati ada yang hendak jadi polisi, guru, koki, dokter, pilot. Aduhai, bahkan ada pula yang masih belum memiliki cita-cita. Kusemangati mereka bahwa mulai detik ini semua kita haruslah mempunyai impian hidup. Apakah impian cuma satu? Oh, bukan! Bahkan kamu mesti memiliki puluhan, ratusan, hingga ribuan impian. Mereka mengangguk menyetujui. 
   
Tengoklah pemain sepak bola, kerja keras mereka di lapangan bukan cuma berlarian kesana kemari tak karuan tanpa ada suatu maksud, mereka mengarahkan bola ke gawang yang menjadi titik tujuan meng-gol-kan bola. Dan mereka haqqul yakin, bahwa dengan begitu tentunya akan membawa kemenangan bagi clubnya. Begitu pula dalam hidup ini, mesti ada impian, bolehlah dikata sebuah cita-cita. 

Kupinta mereka menunjukan alat dan bahan yang kukabari tiga hari sebelumnya. Terhidanglah diatas meja, ada kertas karton beragam warna, ada kertas origami, pewarna, spidol, gunting, double tip, stapler, lem, foto dan piring mungil berbahan steroform. Semua alat dan bahan tersebut bermaksud untuk membuat display kelas mengenai tujuan hidup-impian/cita-cita yang dimiliki peserta didik yang kuampu.

Kuajak mereka memulai aksi membuat impian mereka dalam sebatang bunga matahari. Bunga matahari? Ya, Bunga matahari! Pastilah bukan bunga matahari sebenarnya. Tapi bunga matahari buatan yang akan dibentuk dari alat dan bahan diatas. Oh...


Perlahan kujabarkan cara membuatnya. Mula-mula kertas karton atau kertas origami digunting membentuk kelopak bunga. Jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya impian/cita-cita yang bakal ditempel. Tiap satu kelopak bunga yang sudah dibuat dituliskan satu impian/cita-cita.

Persiapkan piring mungil berbahan steroform. Tempelkan satu-persatu kelopak bunga yang berisi impian tadi di pinggir piring hingga memenuhi bagian tepi piring. Bila sudah, tempelkan foto di bagian tengah piring. Kini, kamu telah mengitari cita-cita yang kamu punya. Itu maknanya ialah bahwa cita-cita tersebut bakalan wujud dalam waktu dekat. Tetaplah berusaha dan berdoa serta tawakal pada Sang Kuasa.

Semua siswa menempelkan tiap cita-cita mereka di background display yang kupersiapkan sehari sebelumnya. Taraaa lihatlah! Impianmu benar-benar nyata. Apakah kamu bakalan malas-malasan lagi dalam belajar?

Dalam buku catatan/diary, para siswa kuminta menuliskan komitmen dan hal-hal yang harus mereka lakukan untuk mencapai cita-cita mereka.

Tiap detik, selalu kuberharap, melalui display ini, siswaku akan mengetahui bahwa pembelajaran yang mereka lakukan setiap hari memiliki arah dan tujuan (purpose of learning). Inginku, semua siswa belajar berkomitmen pada diri sendiri untuk mencapai cita-citanya. Supaya display ini bisa menjadi pengingat serta pemotivasi siswa saat siswa merasa putus asa, misalnya dengan mengatakan, Kemarin sudah berjanji untuk jadi Arkeolog, kan? Apakah bisa seseorang menjadi Arkeolog yang dahsyat bila malas dia belajar?”

Love you so much 4 Zaid. ۩

Meletusnya Gunung Api



           Allowww... Sobat Sains!
Kabar baik pastinya, kan? Sekarang udah sabtu lagi. Tentu semangatnya udah menggebu untuk menengok eksperimen simulasi gunung berapi yang hendak diperagakan At-Taubah Kid Scientist.

           Penasaran ya bagaimana cara membuat percobaan gunung berapi itu?

           Untuk membuat simulasi gunung berapi sebetulnya sangatlah mudah. Tidak perlu bahan yang mahal, sulit didapat dan cara yang rumit. Bahan-bahan dan langkah kerjanya akan dibahas di bawah ini. Cekidot... 🏃

Ini nih alat dan bahan yang mesti disiapin:
1.      Air
2.      Soda kue
3.      Cuka
4.      Sabun cair (shampo/sabun cuci piring/detergen)
5.      Pewarna makanan (kalau bisa warna merah)
6.      Pasir dan ato tanah liat
7.      Botol (Aqua ukuran kecil)

Follow me...

Buatlah sebuah gunung yang berbentuk kerucut dengan menggunakan botol dan adonan pasir dan atau tanah liat. Letakan botol di tengah (sebagai kawah), kemudian lapisi dengan adonan tadi. Boleh ditambah rerumputan sebagai miniatur dari sebuah hutan. Usahakan ujung botol/kawah jangan tertutup oleh adonan. Karena ujung botol akan dijadikan tempat untuk memasukkan bahan-bahan lainnya.

Masukan sedikit sabun cair dan soda kue kedalam botol/kawah gunung (sesuai selera ). 

Sudah? Jika sudah. Masukan cuka kedalam botol perlahan. Tengoklah, apa yang terjadi?

WHAT???

Gunung meletus!
Ada semburan dahsyat keluar dari kawah gunungnya. 

Itu erupsi namanya. Erupsi terjadi ketika cuka ditambahkan kedalam botol.

Kok bisa ya?!

Bisalah, sebab soda kue adalah sodium bikarbonat dan cuka adalah asam lemah. Campuran kedua bahan kimia ini akan membentuk karbon dioksida yang berbentuk gas. Karbon dioksida yang dihasilkan berusaha untuk keluar dari botol. Dengan adanya sabun cair, maka akan terbentuk gelembung-gelembung kecil. Sehingga erupsi yang terjadi menyerupai lava yang sebenarnya.

Gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh model gunung berapi ini sama dengan proses yang terjadi pada gunung berapi yang sebenarnya. Semakin banyak karbon dioksida, semakin besar tekanannya, semakin banyak lava, semakin besar pula erupsinya.

Oya, untung ingat!
Agar lebih menarik cuka atau air dapat diberi warna dengan pewarna makanan biar betul-betul serupa lava beneran bentuknya.

           Demikianlah moga bermanfaat. Ayo cuci tangan. Ketemu lagi di episod mendatang. Daaa...

Jam Bunga Matahari



Anak didik itu menghampiri saya di sebuah siang yang ganas. Melihat raut mukanya, ada hal yang hendak diutarakannya. Betul sekali prasangka saya. Dia menanyakan perihal waktu kiranya.

“Teacher, pukul berapa sekarang?” Ungkapnya sembari menebar senyum. Indra penglihatannya meloncat jatuh pada arloji dikiri saya. Jawaban tak langsung saya berikan. Senyumnya saya balas dengan senyum termanis yang pernah saya punya. Sekaligus senyum geli penuh tanya mendesak kepala.

“Itu… jam tanganmu bagus sekali. Coba tengok, pukul berapa sekarang?” saya balik bertanya, jauh dari maksud mengujinya. Saya tatap arloji Nixon yang bergelayutan ditangan kirinya. Arloji keren itu saya taksir pasti mahal harganya. Senyum sumringahnya menjelma cengengesan yang tak sukar saya ramalkan. Oh, tahulah saya kini. Rupanya anak didik saya yang cakep itu belum mahir mengartikan deretan angka yang ada pada jam tangannya. Perih sangat hati ini terasa. Saya belum berhasil mengajarkan tentang waktu padanya.

Beberapa masa telah terlewat. Ada tugas yang belum saya tuntaskan. Ya, mengajari anak didik membaca jam. Apa kata dunia bila saya tak ajarkan materi ini? Oh tidak… tidak…

Ini dia ide brilian menusuk benak. Taraaa… Jam Bunga Matahari hendak wujudkan diri.

Metode unik ini bertujuan untuk membantu peserta didik memahami dan mampu membaca jam, menit dan detik. Sasarannya peserta didik kelas 4 yang saya ampu. Bila menilik pada standar kompetensi (KTSP), rupanya metode ini harusnya sudah diajarkan pada peserta didik kelas dua semester  satu pada standar kompetensi  menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah, dengan kompetensi dasar menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam khususnya.

Di kelas 4 Zaid yang damai dimulailah aksi Jam Bunga Matahari.

Kita pelajari bersama yuk!

Ayo perlihatkan alat dan bahan yang sudah dibilangin kemarin: Satu buah jam dinding berbentuk lingkaran, Kertas manila, Kertas karton, Spidol, Isolasi kertas, Gunting.

Udah?

Begini cara membuatnya: Silakan siapkan alat dan bahan. Kertas manila digunting membentuk kelopak bunga berjumlah 12 kertas. Kemudian ada kertas tersebut tuliskan angka kelipatan 5 sampai kertas ke-11. Pada kertas yang ke-12 tuliskan angka 00. Angka-angka tersebut merepresentasikan menit ke berapa pada jarum panjang yang ada pada jam. Potongan kertas ini dinamakan “Bunga Menit”. 

Kertas karton digunting membentuk batang pohon dengan panjang secukupnya. Setelah itu, buatlah bentuk daun sebanyak dua lembar. Satu daun berukuran lebih panjang untuk merepresentasikan jarum panjang pada jam, yang berarti ukuran satuan untuk menit. Sedangkan daun satunya dibuat lebih pendek untuk merepresentasikan jarum pendek pada jam yang berarti ukuran satuan untuk jam. Tuliskan kata “MENIT” pada daun yang lebih panjang, dan tuliskan “JAM’’ pada daun yang lebih pendek.

Setelah semua bahan selesai dibuat. Tempelkan potongan Bunga Menit di seputar jam dinding. Kelopak Bunga Menit yang bertulisan angka 05 diletakkan di sisi angka 1 pada jam, angka 10 diletakkan di sisi angka 2, dan seterusnya. Setiap kelopak Bunga Menit merepresentasikan jumlah satuan menit pada jam.

Setelah selesai merangkai Bunga Menit, kemudian letakkan batang dan daun-daun di bawah jam sehingga berbentuk seperti sebuah pohon bunga matahari. 

Lalu… ya, SELESAI-lah.

Catatan Hikmah
Metode ini tidak hanya dapat membuat peserta didik bisa membaca jam, tetapi juga mengembangkan kreativitas dan melatih keterampilan motorik halus peserta didik. Selain itu, sambil mengajarkan membaca jam ini, pendidik juga bisa menyisipkan materi pembentukan karakter tentang pentingnya menghargai waktu. Bahwa orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang mampu menghargai waktu.

Selamat Berkarya.