Kamis, 29 November 2012

Pengalaman Pertama

Jampang, 28 November 2012

Berjuta semangat kudapati di Kelas IV SDN X 05, ada Aidil yang menampilkan dijewer gurunya pertama kali kumasuki kelas, Jeremi Nathaniel; siswa ganteng yang ambil perhatian dengan coba ngajakin temannya bertengkar, Andre; si super aktif yang berharap kudatang lagi di kelasnya, Adelia; Si cantik yang pendiam tapi pinter akibatnya kuhadiahkan kelompoknya nilai 1000, Si Dafa; sang penguasa kelas- ketua kelas, Nofita; perempuan misteri dimataku, dan banyak lagi yang hampir semua nama murid di kelas "antik" ini ku sudah hapal namanya dalam dua hari. Syukurku, Tq SGI-DD.
di bawah ini potretnya, kuambil usai sekolah...





Menanti Jawaban Aidil (Part II)



29 November 2012
KEESOKAN HARINYA...

"Aidil, boleh tunggu sbentar, Nak!!?"
Pintaku pada si empunya jeweran, kaku. Dia menganggukan kepala seraya berucap "Yah, Pak!" tanpa menoleh padaku.

Gerombolan bocah serba unik di kelas ini telah menghilang satu persatu ditelan dinding kelas antik yang usai ku "obrak-abrik". Hanya aku dan Aidil sekarang menghuni kelas. Aku masih penasaran dengan misteri wajah yang disuguhkannya untukku siang kemarin. Kaki kuarahkan ke meja guru, tanganku sibuk dengan kertas-kertas dan buku yang sudah antre untuk disusun dalam tas. Ujung mataku melihat Aidil mengekorku dibelakang.

"Aidil, kesukaannya apa?"
kukeluarkan jurus basa-basiku. Dia tersenyum manis, semanis kulit hitam yang dimilikinya.

"Sepak bola!"
suaranya lantang dibarengi senyum tanpa menatapku.

"Jagoannya sapa hayoo!?"

"Messi"


"Ohh Lionel Andrés Messi itu yah! yang lahir di Rosario, 24 Juni 1987 itu kan!? Dia seorang pemain sepak bola Argentina yang saat ini bermain untuk FC Barcelona dan merupakan kapten tim nasional sepak bola Argentina, bermain sebagai penyerang, betul kan???"
ilmu bolaku keluar juga (dikit doank ^_^b).

Dia mengiyakan. Lalu, kutanya dimana dia tinggal, disebutkannya salah satu daerah di Kecamatan Remang ini (aku lupa namanya apa, B-) ).

“Yes… Tak ada pemberontakan, semua pertanyaanku dijawab lancar. Ini artinya kuberhasil memikat hatinya tanpa hambatan.” girang hatiku.

Nah, saatnya pertanyaan soal jeweran Kemarin? ,Oops tunggu dulu. Baiknya kupakai "pertanyaan perantara".

"Kalo Aidil pulang dan pergi kesekolah sama siapa?"

Mendengar pertanyaan yang kuajukan. Tiba-tiba dia diam. Aku pun turut diam. Ulah kami membuat ruangan ikut-ikutan diam. Kusangka dia diam sebab pertanyaan yang kuberikan. Namun tidak!, matanya mengarah pada jendela dekat pintu kelas. Tatapannya lama berhenti disana. Ku loncatkan pula bola mata yang kupunya kearah yang sama. Sosok tubuh berkerudung berdiri tanpa ekspresi. Aliran darahku tak stabil.

"Aduh Aidil! Knapa belum pulang?"
suara wanita itu setengah berteriak.

"Maaf Pak, anak ini memang N***l”
terang bu guru (yang menghadiahkan jeweran sama Aidil) tanpa kupinta. Dia melangkah menuju kami.

Oh god, pupus sudah inginku dengan jawaban Aidil" gerutuku dihati. Aidil berlalu pergi meninggalkan kelas mendengar lengkingan gurunya. Sedang aku menanti jawaban itu. Tak enak bila kutanya langsung pada gurunya tentang jeweran di telinga kiri Aidil. Sebab "Dia" sendiri yang menjewer... :p

Aidil, Si Pemilik Jeweran (Part I)

28 November 2012

Satu jam saja kumenemani kelas IV SDN X 05. Banyak kisah dan pengalaman serta pelajaran yang kuterima.

Rabu. Aku dan teman-teman melakukan observasi kelas. Hari "yang ditunggu-tunggu" para pejuang pendidikan ini~SGI4. Ada yang senang hingga lompat-lompat tak karuan, ada teman tertawa lebar dan tersenyam-senyum (tak tahu kenapa?).

Berbeda denganku. Sedari pagi, aku banyak diam. Aku tak kenal dengan rasa yang kupunya; bahagiakah?, sedih?, takut?, rindu?, entahlah!
Semuanya campur aduk dalam dada.

Hiruk pikuk ruangan kelas memenuhi gendang telingaku saat aku dan tiga temanku: Anugrah, Taufik dan Zulfa memasuki kelas empat.

Anak didik yang berjumlah 43 orang ini tengah "menikmati" pelajaran Metamorfosis Hewan (IPA). Geli rasanya melihat tingkah pola bocah-bocah tanpa dosa ini. Mereka sibuk dengan dunianya sendiri yang membuat guru didepan kelas sana kewalahan. Yah... Kewalahan menghadapi liarnya gerak dan suara harapan bangsa ini.

Aku pilih duduk bersemedi disalah satu pojok kelas yang dindingnya berwarna-warni tak beraturan. Sepanjang corat-coret tak berbentuk itu dihinggapi banyak poster-poster yang tak menarik minatku. Beberapanya ada yang miring sana-sini, bahkan ada pula yang sobak-sobek. Tak jauh dihadapanku, menganga lemari yang mengeluarkan busa-busa tumpukan buku yang berserakan tak tersusun sama sekali.


Kram menyengat kakiku. Kuinjakan kelantai. Dingin kurasa. Kaus hitam yang menempeli kakiku basah bawahannya.

"Pantesan ada kain pel lantai berdiri tegap yang sesekali menari-menari diajak tangan Rival (salah seorang murid) mencoba mengurangi kuyupnya lantai" batinku.

"nggak tau dari mana datangnya ini air, bocor kale lotengnya" jelas Rival sesaat setelah kutanya kenapa lantai kelasnya basah. Kudongakan kepala. Ada bekas-bekas menghitam menghiasi loteng kelas pas diatas kepalaku. Barangkali itu karna hujan yang turun semalam hingga lantainya turut banjir?

Teriakan guru perempuan didepan kelas tak mampu mengalahkan bahanaan suara siswanya. Guru yang (barangkali) sudah sepuh itu mendekati posisiku berada. Kukira bu guru menghampiriku. Ternyata dia berhenti dibangku salah seorang siswanya yang ada didepanku. Ku perhatikan, sepertinya ada yang ditanyakan pada si murid. Raut wajahnya marah, sementara bocah lelaki tak peduli ucapan bu gurunya. Tak ada angin ataupun badai, anak hitam manis itu “dianugrahkan” jeweran dikuping kirinya. Seperti Dan Ki (komandan kompi) di angkatan darat (AD) dengan aba-aba cepat, keras dan “tegas”, si anak diperintahkan berdiri didepan kelas.

Aku masih bertanya-tanya kenapa dia harus berdiri dan dijewer? cuma diam yang bisa kuperbuat, sesuai dengan tugasku sebagai observator.

Bel pertanda berakhirnya pelajaran menggema. Wajah murung yang sedari tadi kusaksikan berbinar cerah. Bahagia sekali tampaknya. Seolah mimik wajah itu berkata "Hore, pelajaran usai!"

Bagai burung dalam sangkar, para siswa tak sabaran berhamburan keluar kelas. Bak Kaizen milikinya negri Sakura, mereka berdesakan meluncur kencang meninggalkan ruangan “tanpa makna”. Aku kembali sibuk dengan tugasku.. Bla.. Bla.. Bla..

Dalam kesibukanku. Tak kuduga, tangan mungil tersodor kehadapanku. Dia ingin menyalamiku. Ku sambut dengan genggaman erat. Senyumku lebar.

"Knapa dijewer?"

Tanyaku tiba-tiba pada Aidil si pemilik jeweran yang barusan kukenal. Dia jawab dengan senyuman. Berat lisannya mengutarakan jawaban pasti. Kurasa dia perlu beradapatasi lebih jauh lagi denganku. Kuakui pula bahwa aku telah melakukan kesalahan dalam penyelidikan, salah karena tak punya strategi dalam bertanya. "haduh!" sesalku. Aku paham maksud senyum itu. Kulepaskan genggaman tangan Aidil perlahan. Dia berlalu meninggalkan ruang kelas yang telah kosong dengan kebahagiaan. Diambang pintu, Aidil membalikan badan menoleh padaku. Deg.. Darahku berdesir. Wajahnya menyembunyikan sesuatu yang ku tak tahu apakah itu...

Bersambung... Baca sini)

Minggu, 25 November 2012

Sekolah Guru Indonesia dan Tujuan Hidup



Serupa dengan nama dan lika-liku kehidupannya, orang ini memang “Aneh”. Aneh? Betul sekali!!! Dia memang aneh. Simak yah...

Nama lengkapnya Asrulla, tanpa abjad “H”. Sering teman-temannya protes “ kenapa tidak pake ‘H’? Asrullah gitu!? kan lebih bagus dan enak diucapkan?”. Pria kelahiran Sikeli (Sulawesi Tenggara) 27 Oktober 1989 ini mempunyai alasan tersendiri tentang hal itu.

“Sebetulnya, nama saya itu pake H awalnya. Namun, saat menuliskan di Akte kelahiran, sang bidan kehabisan tinta pena-nya. Jadilah namaku seperti saat ini. Hahaha..Huck,, Huck!!!” Gurauan si penggila Brain Gym diakhiri batuk saking semangatnya ketika ditanya. (Khasyiean dech Loe! Hahaha. :D).

Sang peraih titel Sarjana Sastra di Universitas Hasanuddin Makasar ini teramat mencintai dunia ke-AKUNTANSI-an, hal ini selaras dengan impiannya yakni menjadi seorang pengusaha rumah makan. Tetapi, jalan hidup membawanya ke alam “bahasa inggris” di bangku perkuliahan. “Saya tidak menyangka akan berkecimpung dengan bahasa inggris. Namun, sudahlah! Barangkali inilah yang terbaik” jawaban fans Rasulullah Saw ini lagi-lagi diikuti dengan senyuman ceria sesuai hobinya untuk memberi senyum pada semua (Skalian aje senyum-senyum sendiri :p).

Sewaktu ditanya kenapa terdampar di Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa Bogor (SGI-DD). Penikmat bacaan Hypnotherapy ini menjelaskan bahwa selain bercita-cita menjadi seorang pengusaha yang sukses, si bungsu dari enam bersaudara ini mempunyai impian menjadi seorang konsultan di bidang pendidikan. Nah, keinginannya tersebut sejalan dengan visi dan misi yang dimiliki oleh Sekolah Guru Indonesia. Sebab itulah dia memutuskan untuk ikut serta memajukan pendidikan (berkarakter) dengan wadahnya SGI.

“Saya berharap, kehadiran saya di SGI angkatan empat ini mampu menebarkan banyak manfaat untuk umat dan bangsa khususnya di dunia pendidikan” tutupnya dengan aksen khas di ujung kalimat.

Bukan Lagi Guru Tanpa Tanda Jasa



Beberapa hari lalu, kami-mahasiswa Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI-DD) angkatan empat dikabari bahwa akan adanya peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada Ahad, (25 November).

"Karena Hari Guru Nasional tahun ini bertepatan dengan hari libur, maka perayaannya kita tunda menjadi Selasa, 27 November di Aula Buya Hamka Mesjid Agung Al-Azhar (Jl. Sisimangaraja, No.1 Kebayoran Baru JakSel)" Staf Kurikulum SGI-DD, Najmi Ridha Syabani mengumumkan.

Acara yang dirangkai dalam bentuk Talkshow dan Seminar bertemakan "Bangkit Guruku, Bangkit Bangsaku" bersama Itje Chodidjah (Praktisi dan Pengamat Pendidikan), Wulan Sari (Pendiri Sekolah di Komunitas Sampah Bantar Gebang) dan Seminar "Pemanfaatan TIK sebagai sarana dan prasarana belajar mengajar yang arif dan bijaksana" bersama Nugraha Romadhan (Ketua Djaladuddin Pane Foundation) sekalian launching Buku "Peluh Penawar Rindumu, Indonesia" karyanya Tien Asmara P dan mahasiswa SGI angkatan dua dan tiga.

Aku dan teman-teman manggut-manggut. Tapi, betapa terkejutnya, ketika kutahu bahwa lirik Hymne guru yang turut akan dikumandangkan saat acara nanti telah mengalami revisi alias perubahan. Penasaranku muncul, Ternyata benar...

Semenjak 25 November 2008 silam, Lagu berjudul Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang ditetapkan sebagai hymne guru sejak tahun 1994 itu telah mengalami revisi, khususnya pada lirik terakhir yang berbunyi "Pahlawan tanpa tanda jasa" dirubah menjadi "Pahlawan Pembangun Insan Cendikia". Perubahan syair merupakan hasil negosiasi Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, PGRI, dan penciptanya, Sartono.


Hmmm... Baguslah kalo diubah, kukira sesuai kenyataan saat ini. Guru itu- memang "Pahlawan tanpa tanda jasa", saking tanpa tanda jasanya, "penghargaan" terhadap guru di persada ini minim kukira, padahal kemajuan suatu negara indikator utamanya ialah pendidikan anak bangsanya, dan kualitas pendidikan tersebut tergatung oleh peran gurunya. (maaf) Seolah Peranan guru "tidak ada artinya." Juga, dengan adanya guru sebagai "Pahlawan Pembangun Insan Cendikia" kuharap moga para guru mampu membimbing siswa menuju insan cendikia yang berakhlak mulia sebagaimana yang slama ini kuimpikan.

Inilah lirik terbarunya kawan...

Hymne Guru

Terpujilah, wahai engkau, ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku
Semua baktimu, akan kuukir, di dalam hatiku
Sbagai prasasti, terimakasihku, tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk, dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan pembangun insan cendekia

Jumat, 16 November 2012

Pahlawan Di Mataku


Hari Pahlawan???
Siapa yang kagak tau dengan hari pahlawan...

Hayo kapan itu hari pahlawan???
Yap... tepat sekali kauan... 10 November...

Hmm...
Ternyata banyak orang yang memiliki versi tersendiri dalam mengartikan apa itu pahlawan dan siapa pahlawan sejati.
Mari kita dengar pendapat orang-orang tentang Pahlawan.!!!

Ibuku, Guruku dan Pahlawanku


“Seorang ibu yang berjuang keras demi masa depan anaknya adalah pahlawan sejati dalam hidupku”
Pendapat Rezki, putra Lampung yang saat ini berada di bangku kelas 3A Sekolah Smart EI.


“Bagiku... Guru (SGI) juga pahlawan, sebab menjadi perantara ilmu bagi anak-anak dhuafa yang sebetulnya tidak kalah encer otaknya ketimbang orang kota sana”
Tambah doi asal Makasar bernama lengkap M. Reza Alamsyah ini, juga siswa Smart EI kelas 3A.

Tak jauh beda dengan Reza, menurut Toto Hidayat pahlawan sejati adalah Guru yang sentiasa memberi dan terus memberi ilmu.


“Yang patut digugu dan ditiru itu ialah guru dan guru adalah pahlawan kehidupan”
Ujar pria asal Soebank yang saat ini menjabat “Chairman” di Paviliun empat SGI4-DD.

Semua Orang adalah Pahlawan



Lain dari biasanya, pendapat Mitra Pargantin tentang pahlawan bahwa “semua orang yang berbuat baik untuk umat adalah pahlawan” ujar putra Ranah Minang ini sembari tertawa khas.

Bung Karno dan Bung Hatta




“Kami pikir Bung Karno dan Bung Hatta adalah pahlawan sejati yang turut memperjuangkan kemerdekaan republik ini”

Ucap dua siswa Smart 1A ini hampir serempak. Arman dan Qomaruddin.

“Hmm... apa yah??? Pahlawan bagiku ialah yang tanpa jasa itu lho! Yap, Guru. Tambahnya lagi Bung Karno juga pahlawan sejati hehehe...”
Ngenyir Bimo, siswa Smart 1A.


Nah,,, guys!!!
Itulah pendapat mereka...
Buatmu... pahlawan sejatimu sapa??? ^_^ (Udanil).

Militeri Super Camp Refleksi Daerah Penempatan


Gunung Bunder-(SGI4-DD): Sore tadi (Sabtu, 06.10.2012) acara Militery Super Camp (MSC) resmi ditutup. Upacara penutupan yang diikuti mahasiswa SGI ini berjalan hikmat & lancar meskipun gerimis juga turut menyertai.

MSC merupakan rangkaian agenda penyambtan & pembinaan mahasiswa SGI-DD Angkatan ke-4. Agenda ini telah berjalan semenjak Rabu (03.10.2012) di kampus SGI-DD, BPI, Parung, Bogor yang diawali dengan out bond, lalu dihari ke-2 sampai ke-4 dilanjutkan di Taman Nasional Halimun Salak, Bogor Jabar.

Upacara penutupan dihadiri oleh Bapak Aslam Syah Muda selaku Marketing Communication SGI-DD sekaligus bertindak sebagai pembina upacara. Selain itu, upacara juga dihadiri oleh Tim Daya Muda Parung yang menjadi instruktur/trainer selama MSC berlangsung.

Dalam amanatnya, pria yang akrab dipanggil Bapak Aslam ini menyampaikan bahwa nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran yang diperoleh selama mengikuti MSC hendaknya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dimulai dari saat ini juga. Sebab hal demikian merupakan cerminan dari kondisi pada saat penempatan nanti.

"Jangan sampai dibuang begitu saja lah" tambah bapak berkaca mata tersebut.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu tujuan Sekolah Guru Indonesia ialah tersedianya guru profesional & berkarakter untuk mengabdi di sekolah dhuafa di daerah tertinggal, terdepan & terluar Indonesia. Dengan demikian, sebelum mahasiswa diterjunkan kelapangan diperlukan kesiapan fisik dan mental, dan melalui MSC ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Ayah

Pelepas penat kat Monas Sama Priyatno Nugroho

Mataku tak beranjak dari tatapannya. Konsentrasi tercurah penuh pada buku yang ada dihadapan muka. Serenede di radio yang kuputar membawa suasana berbeda. Ku merasa bahagia. Ranjang yang kutiduri tersenyum oleh keelokkan tingkahku yang tak banyak kilah. Namun, tersadar. semuanya buyar oleh celetukkan Nasyeed yang menggema dari speaker radio mungil tak jauh dari ranjangku. Kusingkirkan sejenak buku ditangan. Telingaku sekarang yang berkosentrasi pada alunan tembang. ku cuma diam. hidup di perantauan tatkala mendengar lagu ini membuat air di bendungan pelupuk "retina" tiba-tiba tumpah. Yap, bukan akunya yang cengeng, tapi entahlah!!!

inilah syair pengobat rindu di dada.


Ayah

Terbayang lagi kini...
Saat ayah tercinta
Melepas kepergianku
Walau ada gundah terhias di wajahmu
Namun senyummu tetap tabah

Di saat aku jauh...
Ketulusan cintamu terpatri di sanubari
Doa keikhlasan mengalir tuk hidupku
Membuat langkahku pun tertuju

Ayah... Kini ku bersimpuh di pusaramu
Maafkan anakmu tak sempat bahagiakanmu
Ayah... Di saat segalanya tlah ku rengkuh...
Engkau telah pergi tuk selamanya..

Reef:
Ya Robbi, ku mohon padaMu
Ampunilah segala dosanya
Ya Robbi ku pinta padaMu
JadikanLah ia ahli syurgaMu

Izinkan nanti, kami berkumpul kembali
Bahagia bersamanya di syurgaMu
Izinkan nanti kami berkumpul kembali
Bahagia bersamanya di surgaMu..

(Nasyeed By, Stars 5)
Download nasyidnya disini

Wujudkan Prestasi dan Gapai Ridho Ilahi di Bulan Muharram 1434 H ini


Jampang (SGI4-DD) - Bertepatan dengan pergantian tahun baru Islam, 1 Muharam 1434 H, Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI-DD) angkatan keempat bekerja sama dengan Organisasi Akademika SMART Ekselensia Indonesia (OASE) mengadakan tabligh akbar bertajuk “Dengan Semangat Hijrah, Gali Potensi, Raih Prestasi dan Gapai Ridho Ilahi.”

Bertempat di Aula Sekolah SMART EI Bogor acara yang diadakan malam Jum’at (15 November 2012) ini berjalan lancar dan meriah. Dihadiri oleh Manager Program SGI-DD, Bapak Abdul Halim, Bagian Kurikulum SGI-DD Bapak Amru Asykari, Kepala Sekolah SMP Smart EI, Ustadz Abdul Fatah, pelajar SGI-DD dan Smart serta (tokoh) masyarakat sekitar Jampang. Dalam sambutannya, Toto Hidayat selaku ketua panitia mengatakan bahwa acara ini diangkatkan sebagai bukti cinta seorang muslim kepada sang Khalik dan Rasul-Nya serta sebagai refleksi hidup kita untuk selalu berhijrah dari hal yang belum baik menjadi pribadi yang lebih baik.

“Disamping menyiarkan Islam, acara ini juga bertujuan untuk menghijrahkan pribadi kita menuju yang lebih baik lagi.” Tutur pria asal Subang ini.


Turut serta Ustadz Abdul Fatah dalam penyampaian kata sambutannya “Penting mengadakan kegiatan syiar islam seperti ini (Peringatan 1 Muharram 1434 H, red) yang dapat menghiasi diri kita dengan akhlak baik, sehingga adab dan cara bicara kita akan terkendali. Ingatlah bahwa bila kita ingin memiliki ‘nilai jual’ yang tinggi, perbaiki akhlak karena akhlak adalah aksesoris kehidupan”


Puncak tabligh akbar ini ialah penyampaian tausyah oleh Ustadz Ramdan Juniarsyah, M. Ag . Dalam tausyahnya, Ustadz yang akrab disapa Raju ini menguraikan tentang bagaimana kita sebagai pribadi muslim mesti tahu apa potensi yang ada dalam diri masing-masing kita. Kemudian berusaha meraih prestasi sebanyak-banyaknya sesuai potensi yang kita punya dan semua yang kita lakukan itu merupakan perwujudan rasa syukur (ibadah) kita kepada Allah Swt demi menggapai ridho dari-Nya. (Udanil)



Minggu, 11 November 2012

Pahlawan dalam Catatanku



Setelah Ashar tadi, aku istirahat sejenak sambil menikmati semilir angin di teras Masjid kampus. Mataku melayang kesana-kemari hingga jatuh pada satu titik pandang yang membuatku menatapnya lama.
Sebuah buku tergeletak pasrah tak jauh dari tempatku duduk. Kaki yang semula kulunjurkan kuubah menjadi sila yang membuatku merasakan "PW~ posisi wuenak" dan kudekati si buku.

Cover buku itu berhiaskan lukisan pemandangan. Walaupun terbuat dari crayon sederhana, tetapi mewah retina ini memandangnya. Disekelilingku sepi. Tak seorangpun. Tanpa izin, aku bolak-balik sang buku yang sedari tadi bermanja-manja ditangan.

Satu lagi yang membuatku jatuh hati, judul buku yang tertera ialah,

"Catatan Harianku."

lagi-lagi ditulis dengan tulisan tangan sederhana. Penasaranku kembali memuncak. Ku buka perlahan buku lembar demi lembar.
Kubaca. Kupahami dengan seksama. Tentunya tanpa izin pemilik... ^,^

Diary tersebut bercerita tentang aktivitas dan kejadian-kejadian unik dari si pemilik buku. Aku terkagum. Terharu, terutama pada sesi cerita "tentang seorang ibu" yang menurut si penulis, pahlawan sejati ialah ibu yang berjuang keras tanpa kenal lelah dan rela berkorban tanpa pamrih demi kebaikan masa depan seorang anak.

Kukatupkan bibirku. Keduanya bersatu menyembunyikan barisan gigi yang selalu begitu. Mataku berkaca-kaca. Sejenak ku merenung. Menginap-inapkan isi buku. Bayangan bunda menari dipelupuk mata. Tanpa aba-aba rindu memenuhi dada...



Tiba-tiba pundakku di tepuk seseorang. Aku terkejut alang kepalang. Renunanganku buyar. Ku kembali ke alam nyata.

Aku gugup. Bocah didepanku. Didepan buku, tersenyum lebar. Giginya berbaris terlihat.

Perlahan dia ambil sikap duduk dan mencoba menirukan cara dudukku.
Aku meminta maaf setelah kuketahui bocah lelaki itulah pemilik diary. Dia mengangguk dengan mimik wajah yang khas pertanda menerima permohonan maafku.

Sebelum pamit, aku sempat menanyakan,

"Kenapa harus mempunyai catatan harian?"
diceritakanlah panjang lebar mengenai hobi dan cita-citanya yang ingin menjadi seorang penulis terkenal di seluruh penjuru negri.

"Haruskah dibawa kemana-mana? Dan kenapa ibu adalah pahlawan?"
lanjutku sembari melirik buku diary ditangannya.

"Kalo tidak dari sekarang menulis, kapan lagi Ustadz... Dan ibuku adalah motivasi dan inspirasi dalam hidupku"

tawa kecilnya singgah dikupingku. Aku makin kagum pada Akhmad Selo Aji si pemilik diary. Dalam hati ku berdo'a semoga impiannya terwujud dan berharap kubisa membaca karya yang diciptakannya.

*Akhmad Selo Aji merupakan siswa Smart yang saat ini tengah menduduki bangku kelas VII SMP

Minggu, 04 November 2012

Mengarungi Dunia Persilatan


"Uda..! Ada festival silat nich..!"

Info surprise menggema dari ujung handphone. Wajahku berseri-seri. Bayangan swimming pool berangsur-angsur meninggalkan anganku.

Dua hari ini hatiku merasa rindu bermain air~ Berenang. Tapi, belum kutemukan waktu dan lokasi yang tepat untuk melepas rindu pada hobiku yang satu ini. Di kota hujan ini sebenarnya banyak sich tempat yang bisa untukku "menceburkan" diri didalamnya. Namun, hatiku tidak "ngeh" dengan suasananya sebab pria dan wanitanya masih bercampur aduk dalam satu kolam pemandian. Nggak lucu banget bila ku ikut nimbrung dikerumunan kaum hawa yang tak mau tahu akan derajatnya yang mulia dengan memamerkan auratnya pada khalayak ramai.


"Ayo Uda..!"

Ajak Alex masih diseberang telpon. Kuberanjak dari kamar sepi bersama Boby- pria asal Bandung yang tak ingin ketinggalan menyaksikan festival di luar sana.

Senyum sang surya menyemangatiku. Pertunjukan silat dengan alunan musiknya menggoda mataku menikmatinya. Kelopaknya tak berkedip melihat aksi jurus yang dikeluarkan oleh pesilat tangguh didepanku. Aku larut dalam takjub. Tak sadar dengan suasana dikiri-kanan. Hanya konsentrasi penuh yang kupunya. Makin lama; gerakan, jurus, kuda-kuda pesilat membuat otakku mencerna sesuatu. Menggali apa yang tersirat dalam pencak silat.

Tak butuh waktu lama, benakku berhasil menemukan sesuatu dibalik silat.

"Dalam persilatan terkandung nilai-nilai mental spiritual, karena mampu membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Kemudian dalam silat ada nilai seni budaya yang menampilkan musik dan busana tradisional. Lalu silat dapat memupuk sikap kepercayaan dan ketekunan diri. Karena melibatkan otot-otot tubuh dan juga pikiran, maka dalam pencak silat juga terkandung nilai olah raganya."

Diam-diam hatiku ikut menambahkan,

"Silat mampu menyambung kasih sayang.
Alasannya karena silat itu (Minang, Silek) berarti menyambung dan rahim artinya kasih sayang."

"Barangkali kata Silat tersebutlah yang menjadi pangkal istilah silatuhrahim."
tambah hatiku.

Bibirku melebar sama panjang ke kiri dan ke kanan. Sekarang wajahku dipenuhi senyum puas.

"Meskipun rinduku untuk berenang di perairan tak terwujud, tapi ku tlah berhasil mendapatkan hikmah dari pikiranku yang berenang mengarungi dunia persilatan."


Sabtu, 03 November 2012

Jalur Kereta Api

Resonansi Jiwa Classy fm (19 September 2005)

Sekelompok anak kecil sedang bermain di dua jalur kereta api. Jalur pertama adalah jalur aktif, sementara jalur kedua sudah tidak aktif lagi. Hanya seorang anak yang bermain dijalur yang tidak aktif. Sedangkan yang lainnya bermain di jalur yang aktif. Dan tiba-tiba terlihat kereta mendekat dengan kecepatan yang sangat tinggi.

***

Sahabat...

Jika anda kebetulan berada ditengah persimpangan yang mengatur arah kereta api tersebut, apa kira-kira yang akan anda lakukan?
Apakah anda akan memindahkan arah kereta kearah jalur yang sudah tidak aktif, kemudian menyelamatkan sebagian besar anak yang sedang bermain.

Namun, bila hal ini anda perbuat, berarti anda mengorbankan seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif, atau anda akan membiarkan kereta dijalur yang sudah semestinya.

Ya, benar..!

Sebagian besar orang akan memilih untuk memindahkan arah kereta dan mengorbankan satu jiwa.

Barangkali anda mempunyai pilihan yang sama? Karena dengan menyelamatkan banyak anak dan hanya kehilangan satu anak saja adalah sebuah keputusan yang rasional dan dapat disahkan baik secara moral maupun emosional.

Tapi sadarkah kita bahwa anak yang bermain di jalur tidak aktif berada dipihak yang benar sebab ia telah memilih bermain ditempat aman. Haruskah dia dikorbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain ditempat yang berbahaya?

Adilkah ini?

Dilema semacam ini terjadi disekitar kita, disetiap saat.
Di kantorkah?, dimasyarakat, didunia politik, terutama dalam demokrasi.
Pihak minoritas harus dikorbankan oleh pihak mayoritas.
Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut.

Teror Diatas Ranjang

Sang surya kembali ke peraduannya. Langit jingga menghiasi ufuk barat. Cicit bayi ayam mengekor masuk kandang. Para kelelawar bersiap menghisap darah mangsanya. Suasana makin mencekam disaat lolongan anjing membahana ke seantero persada.


Aku masih mamatung diambang pintu. Isya telah usai kutunaikan. Perasaan "nano-nano" menemaniku. Aku galau? Oh tidak!!?

"Ciaat... Kreeak..." pintu kamar terbuka ketika otak memerintahkan tanganku untuk bertugas.
Langkahku terhenti. Gelegar petir muncul diluar sana. Suasana gelap menyapaku. Listrik padam.

Aku gelisah. Dinginnya malam merasuki sum-sum tulangku. Mataku setengah terpejam. Ku coba diam sejenak. Desiran angin mencium kulitku. Sekujur badanku menggigil.

Kurasakan sesuatu menjalar mengitari kaki sawoku. Aku diam. Tetap diam. Namun, lilitan itu makin kuat memeluk kakiku. Kehangatan menemani alat jalanku.

"Oh my god, Ular!"
benakku menganalisa, sementara diriku masih terbujur dalam kelam.



Hewan yang paling kutakuti didunia ialah ular- aku ngeri sekali bila harus berhadapan dengan reptil tak berkaki ini.

Ranjangku berderit keras. Ku melompat cepat. Secepat kilat. Kemudian lampu dikamarku kembali nyala. Indra penglihatanku mengamati ranjang. Tatapanku lama sekali focus disana. Lama, dan teramat lama. Mulutku terkunci. Tak satupun kata meluncur.

Kulihat diatas ranjang bergulung seekor hewan. Aku berdiri kaku.

"Ahaiy ternyata kamu kitty" senyumku pada kucing kesayanganku.
Hujan diluar membuatnya dingin dan tanpa permisi berbaring manja memeluk kakiku.
Meong-meong


ANDAI HARI INI AKU DIMAKAMKAN



Karya : Remy Soetansyah
1 Mei 2012

Hari ini ku mati,
Perlahan...
Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan...
Semua pergi meninggalkanku...

Masih terdengar jelas langkah² terakhir mereka,
Aku sendirian,
Di tempat gelap yg tak pernah terbayang,
Sendiri,
Menunggu pertanyaan malaikat...

Belahan hati,
Belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa² lagi bagi mereka...

Sanak keluarga menangis,
Sangat pedih,
Aku pun demikian,
Tak kalah sedih...

Tetapi aku tetap sendiri,
Disini, menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap,
Dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar² harus sendiri...

Ya Allah...
Jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan,
Jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMU,
Utk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pd mereka...

Yg selama ini telah merasakan zalimku,
Yg selama ini sengsara karena aku,
Tersakiti karena aku...

Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan,
Yg bahkan kumakan,
Ya Allah beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Utk berbakti kpd Ayah & Ibu tercinta...

Teringat kata² kasar & keras yg menyakitkan hati mereka,
Maafkan aku Ayah & Ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,

Beri juga ya Allah aku waktu utk berkumpul dgn keluargaku,
Menyenangkan saudara²ku..
Utk sungguh² beramal soleh.

Aku sungguh ingin bersujud dihadapan-Mu lebih lama lagi..
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yg pernah kuraih dulu,
Tak ada artinya sama sekali...

Mengapa kusia²kan waktu hidup yg hanya sekali itu...?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu...

Aku dimakamkan hari ini,
Dan ketika semua menjadi tak termaafkan,
Dan ketika semua menjadi terlambat,
Dan ketika aku harus sendiri...
Utk waktu yg tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan di Padang Mashar...

Puisi Almarhum "Bang Remy Soetansyah," wartawan senior. wafat 30 Oktober 2012
Share from Ust. Denny Salaki

Jumat, 02 November 2012

I Have a Dream



" Berani Bermimpi harus berani mewujudkannya " (Danil Gusrianto)

" Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu " (Andrae Hirata)

" Sesungguhnya Allah swt sesuai dengan hati hambaNya " (Hadits Qudsi)