Rabu, 25 Januari 2017

Testpack


"Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)." (QS. Al-Mukminun: 12-13)


11 Oktober 2016

Langit digelayuti awan kelabu saat matahari mulai berkemas. Awan yang tengah ber-kondensasi itu perlahan disapu angin membentuk semacam arak-arakan marapulai dan anak dara. Arak-arakan tersebut lalu saling berdempetan, menyatu dan memadat serupa lorongan goa tanpa pelita. Tak berselang lama, awan pekat tersebut menggeliat mual, memuntahkan buliran air yang dikandungnya. Petang dipeluk ramainya rinai.

Saban magrib, bakda melunaskan muraja’ah ayat suci-Nya, ayah kerap ngalor-ngidul dengan ibumu, Nak. Biasanya sembari makan malam; bercakap perihal apa pun,termasuk membicarakan tentangmu. Tiada serupa senja sebelumnya, magrib ini ayah termenung tiada sebab, bagai bujang galau yang tiada tetap hatinya. Mengobati ketidaktetapan hati ini, ayah bawalah badan berbaring, tergolek-golek barang sejenak menanti isya memanggil.

“Uda!” panggilan sayang ibumu mengguncang tubuh ayah di tengah malam yang menua. Kelopak mata ayah sedikit tersingkap. Berkali-kali ibumu mengguncang tubuh sembari memanggil ayah, berkehendak agar ayah mencampakkan selimut dan menunaikan isya yang terlewat. Ayah bergeming. Belahan pipi ayah dikecup mesra ibumu. Ayah menggeliat. Dikecup lagi dan nada ibumu setengah bersorak…

“Tengoklah, Da!” seru ibumu menyodorkan testpack. Indra penglihatan ayah nyalang menatap tanda dua garis merah pada salah satu sisi alat tes kandungan yang petang lalu ayah beli. Girang hati ayah tiadalah dapat ditakar. Pun ibumu, rekah senyumnya.

Agaknya hampir se-sapta purnama ayah dan ibumu menanti tanda-tanda akan kehadiranmu, Nak. Tak berlebihanlah bila bahagia ini buncah sesaat setelah mengetahui bahwa dirimu tengah tumbuh dalam rahim ibumu. Rasa sangsi tetap menggelayuti hati ayah, juga ibumu. Bagaimana tidak, tiga purnama lalu, saat ayah menerima penghargaan dari disdik (ah, ayahmu memanglah ya…hehe) ibumu empat hari “telat,” selepas itu “bulannya” datang lagi mengunjunginya. Sebelum itu pernah pula ibumu “telat” mendekati sepekan lebih sehari, esoknya kembali “bulan” itu menghampirinya. Saat ini bahagia ayah dan ibumu ditingkahi kegusaran tiada menentu.

Ayah dan ibumu kembali mendatangi apotek di belakang pasar. Ibumu meminta agar ayah saja yang membelinya. Ah, masak ayah? Rona ayah tak yakin. Ibumu maklum.

“Ini bisa langsung dipakai lho, Mbak” kedengaran penjual menunjukan barang yang dipinta ibumu.

“Dan bisa kebaca langsung hasilnya, tidak harus menunggu pagi” penjual itu menyakinkan. Lirikan mata ibu membidik ayah meminta persetujuan. Akhirnya testpack kedua bersiap dicoba. Di rumah, pekikan ibumu memecah gendang telinga. Ayah dibuat shock setengah hidup. Rupanya testpack tersenyum memamerkan tanda dua garis merah disebalik badannya. []