Sabtu, 27 April 2013

HARI MINGGU SAYA NGGAK LIBUR



J
um’at ini pak Jalal, wali kelas II SDN Mulya Jaya berhalangan hadir. Mendadak saya masuk untuk menggantikan beliau. Tak ada persiapan sebelumnya membuat saya agak kewalahan. Kewalahan karena manajemen kelas yang belum tepat. Kecerdasan siswa yang menghuni kelas ini pada umumnya kinestetis. Berlarian sana-sini dan melompat-lompat sampai menaiki kursi. Hingga otak yang saya punya memberi perintah untuk menggemakan “tepuk diam”. Sepertinya senjata ini cukup ampuh untuk menarik perhatian 27 siswa ini. Kelas mulai tenang. 

“Nama-Nama Hari Dalam Sepekan” itulah yang saya ajarkan. Masih berhubungan dengan jadwal Bahasa Indonesia pagi ini. 

Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu

Perlahan, goresan kapur mengukirkan nama-nama hari dalam sepekan di blackboard yang terpampang manis di depan kelas. Sedikit demi sedikit barisan kata itu saya ubah menjadi bait-bait lagu.

Kini, tibalah saatnya saya menyuarakan lagu yang saya buat. Kelas hening, hanya suara saya yang berdendang terdengar. Dengan cermat, Para siswa mendengarkan tiap kata yang mengalir lewat lisan saya. Sorot matanya mengikuti setiap gerakan kaki dan ayunan tangan saya yang turut mengiringi syair lagu.

“Ayo, semuanya bernyanyi” suara saya lantang diikuti alunan lagu.

Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Hari Minggu Tak Sekolah
Rajin Belajar Biar Pandai
Anak Yang Pemalas Tidak Naik Kelas

“Horeee... skali lagi, Pak!” pinta anak-anak bersorak. Saya kabulkan permintaannya.
Syair lagu usai sudah dinyanyikan. Sebagian siswa telah menghafalnya. Saya tersenyum lega sembari mengarahkan kaki ke kursi yang tersandar manja pada dinding di depan kelas hendak duduk. Namun, langkah saya tertahan sebab telinga saya menangkap suara seorang anak memanggil  saya. Saya balikan badan.

“Pak, katanya hari minggu tak sekolah”

“Iya, benar...” saya menyahut.

“Tapi, tidak dengan saya, Pak!” bibirnya manyun.

“Kok bisa!” saya heran.

“Hari minggu Deasy tetap sekolah, Kok!” Bibirnya tambah Manyun ketika menyebutkan namanya.

“Sekolah dimana?” penuh selidik.

 “Sekolahnya di rumah nenek, Pak”

WHAT??? Sepertinya saya salah dengar dech.

“Dimana, nak?” saya menyakinkan.

“Deasy sekolahnya di rumah nenek. Belajar menanam kopi, jahe dan cabe di tempat nenek. Brarti hari minggu Deasy nggak libur dong!” senyumnya lebar.

Ups... kata-kata yang hendak saya ucapkan sirna seketika. Kirain apa, Hehehe. saya tertawa tertahan mendengar ungkapan polos sang bocah Deasy.  ۩