HARI MINGGU SAYA NGGAK LIBUR
J
|
um’at ini
pak Jalal, wali kelas II SDN Mulya Jaya berhalangan hadir. Mendadak saya masuk
untuk menggantikan beliau. Tak ada persiapan sebelumnya membuat saya agak
kewalahan. Kewalahan karena manajemen kelas yang belum tepat. Kecerdasan siswa
yang menghuni kelas ini pada umumnya kinestetis. Berlarian sana-sini dan
melompat-lompat sampai menaiki kursi. Hingga otak yang saya punya memberi
perintah untuk menggemakan “tepuk diam”. Sepertinya senjata ini cukup ampuh
untuk menarik perhatian 27 siswa ini. Kelas mulai tenang.
“Nama-Nama
Hari Dalam Sepekan” itulah yang saya ajarkan. Masih berhubungan dengan jadwal
Bahasa Indonesia pagi ini.
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Perlahan, goresan
kapur mengukirkan nama-nama hari dalam sepekan di blackboard yang terpampang manis di depan kelas. Sedikit demi
sedikit barisan kata itu saya ubah menjadi bait-bait lagu.
Kini,
tibalah saatnya saya menyuarakan lagu yang saya buat. Kelas hening, hanya suara
saya yang berdendang terdengar. Dengan cermat, Para siswa mendengarkan tiap
kata yang mengalir lewat lisan saya. Sorot matanya mengikuti setiap gerakan
kaki dan ayunan tangan saya yang turut mengiringi syair lagu.
“Ayo,
semuanya bernyanyi” suara saya lantang diikuti alunan lagu.
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Hari Minggu Tak Sekolah
Rajin Belajar Biar Pandai
Anak Yang Pemalas Tidak Naik Kelas
“Horeee...
skali lagi, Pak!” pinta anak-anak bersorak. Saya kabulkan permintaannya.
Syair lagu
usai sudah dinyanyikan. Sebagian siswa telah menghafalnya. Saya tersenyum lega
sembari mengarahkan kaki ke kursi yang tersandar manja pada dinding di depan
kelas hendak duduk. Namun, langkah saya tertahan sebab telinga saya menangkap suara
seorang anak memanggil saya. Saya
balikan badan.
“Pak, katanya
hari minggu tak sekolah”
“Iya,
benar...” saya menyahut.
“Tapi, tidak
dengan saya, Pak!” bibirnya manyun.
“Kok bisa!”
saya heran.
“Hari
minggu Deasy tetap sekolah, Kok!” Bibirnya tambah Manyun ketika menyebutkan
namanya.
“Sekolah
dimana?” penuh selidik.
“Sekolahnya di rumah nenek, Pak”
WHAT???
Sepertinya saya salah dengar dech.
“Dimana,
nak?” saya menyakinkan.
“Deasy
sekolahnya di rumah nenek. Belajar menanam kopi, jahe dan cabe di tempat nenek.
Brarti hari minggu Deasy nggak libur dong!” senyumnya lebar.
Ups... kata-kata
yang hendak saya ucapkan sirna seketika. Kirain apa, Hehehe. saya tertawa
tertahan mendengar ungkapan polos sang bocah Deasy. ۩
Leave a Comment