Kamis, 29 April 2021

Ghazi, Sang Pejuang

 

Hari ini tepat tiga bulan usiamu, Nak. Ibu ingin menuliskan awal kisah perjalananmu hingga tiga bulan bersama kami.

Ghazi, begitu kami memanggilmu. Muhammad Ghazi El Madani, nama yang kami berikan untukmu. Ada do'a dan harapan dalam namamu itu. 


Ghazi, sang pejuang. 

Tak salah ayah memilihkan nama itu, Nak. Karena hidup ini adalah perjuangan. Dari awal kehadiranmu, telah kau lalui dengan sebuah perjuangan.

Tepat seminggu setelah ibu tahu bahwa ada engkau yang sedang berkembang di rahim ibu, ayahmu jatuh sakit. Kesakitan yang cukup berat. Kondisi ini yang membuat ibu harus bolak-balik membawa ayah ke fasilitas kesehatan. Setelah beberapa kali mendatangi dokter umum, akhirnya Ayah harus dirujuk ke dokter spesialis. Spesialis bedah. 


Malam itu dokter memutuskan ayahmu harus menjalani operasi 2 hari lagi. 

Dalam situasi yang masih pandemi, rumah sakit memberikan aturan yang ketat. Termasuk membatasi pendamping ataupun pembezuk. Sehingga hanya ibu saja yang diperbolehkan untuk mendampingi ayah. Disinilah perjuangan itu kau mulai, Nak. 

Berurusan dengan rumah sakit membuat ibu harus gesit untuk melengkapi semua kebutuhan administrasi. Saat itu ibu harus pergi kesana kemari untuk menyelesaikan semua administrasinya. Naik turun angkot. Gonta ganti ojek. Muntah - muntah dan rasa lelah harus ibu abaikan. Makanpun sedapatnya saja. Bahkan ibupun harus tidur dilantai beralaskan selembar tikar karena kondisi ruangan rawat inap tidak memilki fasilitas pendukung untuk pendamping pasien. 

Ada sedikit kekhawatiran dan tanya di dalam hati. Apakah engkau akan kuat dan bertahan menjalani beberapa hari kedepan?

Tapi dibalik semua kekawatiran itu, ibu selalu selipkan doa untukmu, Nak. Semoga engkau kuat dan bertahan di rahim ibu. 

Setelah ayahmu sembuh, ibupun segera memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Dan betapa bahagianya ibu, saat dokter mengatakan bahwa kau tumbuh dengan baik dan sempurna di rahim ibu. Alhamdulillah, atas segala kuasa Nya kaupun mampu melewati satu masa sulit itu, Nak.

Masa kehamilan yang ibu alami rasanya sangat menyenangkan. Hingga saat persalinan tiba, prosesnya pun sangat cepat. 

Saat itu hari jumat, ibu masih mengajar di sekolah. Perkiraan dokter kau akan lahir tiga minggu lagi. Tapi hari itu, setelah semua siswa pulang, ibu mulai merasakan "gelombang cinta" darimu. Pukul satu lewat, ibupun mengajak ayah untuk  ke klinik persalinan. Sepertinya engkau akan segera lahir, Nak. 

Sekitar pukul 14.00 wib, bidan memeriksa kondisi ibu, katanya ibu sudah masuk bukaan 7. Tidak lama lagi bayinya akan lahir. Alhamdulillah Allah berikan kelancaran dan ketenangan pada ibu di persalinan kali ini. Meski sakitnya tak bisa diungkapkan tapi ada ketenangan saat menjalaninya. Ketenangan yang membawa kekuatan.

Didetik-detik itu, ibu mengajakmu untuk sama-sama berjuang, agar engkau bisa segera menemukan jalan lahirmu. 

Dan Alhamdulillah tepat pukul 15.30 engkau lahir. Tapi nak, tangismu terdengar lemah, nafasmu pun belum normal. Kondisi ketuban yang begitu keruh membuat bidan khawatir. Akhirnya bidan memutuskan untuk merujukmu ke Rumah sakit agar segera mendapat penanganan khusus. 

Sore itu ibu sendirian di ruang perawatan. Rasa sakit pasca melahirkan yang masih tersisa menjadi teman ibu saat itu. Saat itu ibu lelah dan mengantuk. Rasanya ingin tidur sebentar saja. Tapu pikiran ibu jauh menerawang, apa yang terjadi denganmu nak?

Dalam segala kecemasan, terlafadz do'a - doa untuk segala kebaikanmu. 

Sehari setelahnya, ibu diperbolehkan pulang. Tapi tidak denganmu. Kau masih harus menjalani pemeriksaan dan perawatan di rumah sakit.  Hanya ayah yang diijinkan melihatmu.

Setiap ibu bertanya kepada ayah, "Gimana kondisinya, Yah?" ayah selalu menjawab "Sudah mulai membaik" hanya itu saja informasi yang ibu dapat. Meski tidak puas dengan jawaban ayah, tapi di dalam hati ibu ada keyakinan yang begitu besar bahwa kau akan baik-baik saja nak. 

Setelah tiga hari kau dirawat di NICU akhirnya dokter mengijinkan ibu untuk melihatmu. 

Ada perasaan bahagia, cemas, takut. Semuanya bercampur menjadi satu. Ibu sangat nervous. Dalam bayangan ibu, saat bertemu nanti ibu akan langsung memelukmu, dan berharap dokter memperbolehkanmu pulang bersama ibu. Tapi ternyata tak sesederhana itu. 

Saat pertama kali ibu melihatmu di inkubator, air mata ini langsung menetes tak tertahan lagi. Tak dapat ibu bayangkan nak, tubuh kecilmu dengan selang - selang dan jarum - jarum itu. Ingin segera ibu peluk tubuh mungilmu, Nak. Tapi kondisi belum memungkinkan. Perawatpun hanya mampu menenangkan ibu. Akhirnya ibu tahu, saat ayah mengatakan kau baik - baik saja, itu hanya untuk menenangkan ibu dan  menjaga agar ibu tetap berfikir positif. 

Dokterpun menjelaskan kondisimu. Cairan yang masuk ke paru-paru telah dikeluarkan, namun selang pernafasan belum bisa dilepaskan. Kadar bilirubin yang cukup tinggi membuatmu harus mendapatkan terapi sinar biru. Dokterpun mengijinkan ibu untuk menyusuimu. 

Keesokan harinya, ibu datang secara rutin 3 jam sekali untuk menyusuimu. 

Aahh nak, bahagia yang sangat luar biasa yang ibu rasakan saat pertama kali ibu menggendongmu. Kaupun dengan sangat cepat belajar menyusu langsung pada ibu. 

Menunggu seharian di rumah sakit tak masalah buat ibu asalkan ibu dapat selalu memberikan mu Asi secara langsung. Saat kau sedang menyusu, lamat-lamat ibu bisikkan ditelingamu "kuat dan sehat selalu, Nak. berjuanglah Ghaziku. Berjuanglah sekali lagi agar kita bisa berkumpul bersama di rumah"

Alhamdulillah, setelah tujuh hari di NICU, dokterpun memperbolehkan kau pulang. 

Mashaa Allah, Nak. Sujud syukur atas segala karunia dari Allah. Semua yang terjadi ini tentunya atas kehendak Nya. 

Dan hari ini tepat tiga bulan usiamu. Ibu dan ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu. 

Kedepan akan lebih banyak lagi jalan hidup yang harus kita perjuangkan. yang paling nampak didepan mata adalah berjuang bersama ibu menjalani hari - hari saat ibu sudah mulai masuk sekolah. 

Ya, ibu memilih untuk tetap mengajar di sekolah. Bukan ibu tak sayang padamu nak, hingga harus meninggalkan kau beberapa jam saat ibu sedang mengajar. 

Kelak, ibu akan bercerita kepadamu dan ayukmu, mengapa ibu  memilih untuk tetap menggeluti dunia pendidikan.

Ghaziku sayang. Jadilah kelak engkau seorang yang kuat, seorang yang tangguh dan selalu berjuang di jalan yang Allah ridhoi

29 Januari 2021 ~ 29 April 2021

Minggu, 07 Februari 2021

Tentang Namamu

 


Tidak serupa Ayuk-mu (yang sebelum kelahirannya ayah dan ibumu berdiskusi hebat ihwal nama yang hendak disematkan untuknya). Sebelum hadirmu ini, ayah dan ibumu tak ada musyawarah panjang tentang nama yang akan diberikannya buatmu. Hingga detik ini, ayah dan ibumu masih haqqul yakin bahwa nama itu sungguh sangat berarti, lebih dari sekadar untaian kata, ianya adalah sebuah do’a.

Muhammad Ghazi El Madani, adalah nama yang kami peruntukan buatmu, Nak. Muhammad berarti (manusia) yang terpuji. Terpuji dalam hal apapun; terpuji serupa si empu nama, Baginda Nabi SAW: ilmu, amal, perangai beliau jadi teladan. Do’a itulah yang kami semat dalam namamu ini, Nak.

  Alasan lain ayah menyematkan kata Muhammad, Bahasa Arab ini pada namamu, ianya simbol dari seorang muslim. Ayah percaya bahwa tiadalah orang yang menamai diri atau keluarganya dengan kata ini melainkan ia seorang muslim. Ayah teramat sangat yakin akan hal itu.  

  Kata Ghazi ini sengaja ayah adopsi dari beberapa nama pahlawan, panglima trah Ottoman, Turki Utsmani. Ada Ertugrul Ghazi dan Osman Ghazi. Mereka merupakan panglima, pendiri, pejuang Ottoman (akan ayah kisahkan padamu terkait panglima ini kelak). 

  Ghazi, Bahasa Arab ini mengandung arti (seorang) panglima. Ialah do’a ayah agar kau kelak, Nak menjadi panglima yang tetap membela ketauhidan mengikuti kata awal dalam rangkaian namamu ini. 

  El Madani, masih dalam Bahasa Arab mengandung arti Kemajuan; peradaban. Agar kau, Nak, menjadi seorang muslim yang tiada lupa akan identitasmu selaku muslim meski hidup di zaman modern. O iya, empat aksara paling belakang, Dani, juga akronim nama ayah dan ibumu, Danil Heni. Agar kelak, andai karibmu nanti menyapamu dengan panggilan ini, kau akan sentiasa mengingat bahwa kau terlahir dari rahim seorang ibu nan tegar-sabar, Heni dan ayahmu Danil. Jadi, Muhammad Ghazi El Madani berarti Yang Terpuji Panglima Peradaban.

Ghazi, panglimaku: Bukankah nama tersebut pilihan yang paling baik kami hadiahkan buatmu, Nak?

Minggu, 17 Januari 2021

SENANGNYA IKUT PRAMUKA



 Pramuka adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. pada waktu saya duduk di kelas 5, sekolah mengadakan kegiatan pramuka yaitu berkemah. Saya sangat senang, kami semua senang. Pramuka adalah kegiatan yang menyenangkan dan juga banyak pelajaran yang dapat di ambil seperti: tanggung jawab, mandiri, kerja keras, dan juga saling membantu satu sama lain.

Tibalah saat yang di tunggu. Pada hari sabtu pagi saya bangun lebih awal dari biasanya dan saya pun berpamitan kepada kedua orng tua saya dan juga minta doanya. Setelah itu saya diantar oleh ayah dan bunda ke sekolah karna kami semua berkumpul di sekolah. Setelah itu saya dan temen-temen lainnya disuruh oleh kakak pembinanya berkumpul di lapangan untuk mendengarkan arahan sebelum berangkat ke lokasi perkemahan. Dan setelah selesai mendengarkan pengarahan dari kakak pembinanya, kami langsung berkumpul berdasarkan kelompok masing-masing. Saya masuk kelompok angrek.

Sebelum menaiki bus, saya dan teman-teman yang lainnya berpamitan pada orang tua. Saya sedikit sedih karna jauh dari orang tua walau 2 hari. Tetapi, saya juga senang karna saya bisa lebih mandiri. Bus mulai berjalan. Di perjalanan kami bernyayi-nyayi dengan gembira dan juga kami mengeluarkan snek yang kami bawa untuk cemilan di atas bus.

Perjalan dari sekolah menuju perkemahan lumayan jauh. Lokasinya bukan di tengah-tengah kota. Melainkan di hutan. Wow, kami akan belajar langsung dari alam. Senangnya.

Kami sampai di lokasi perkemahan. Saya dan teman-teman Segera turun dari bus. Kami semua menuju lapangan perkemahan yang nantinya kami akan mendirikan tenda. Saya dan teman-teman berkumpul dengan kelompok masing-masing. Kami mengangkat barang-barang pribadi dan juga perlengkapan tenda kami. Sebelum mendirikan tenda tetap kakak pembina pramukanya memberikan arahan, agar kami tidak ada yang salah atau keliru.

 Setelah itu saya dan teman kelompok membuka tenda dari kantungnya. Kami disuruh belajar mengikat tali membuat simpul. Saya sedikit kesulitan untuk mengikatnya. Simpulnya itu lumayan rumit dan berliku-liku. Setelah saya perhatikan dengan teliti ternyata tidak begitu susah. Di dalam kelompok kami berbagi tugas. Teman saya mendirikan tenda dan saya kebagian tugas membuat tandu. Membuat tandu juga menggunakan simpul. Walaupun susah akhirnya tenda kami pun selesai  didirikan. Tandu yang saya buat juga selesai dengan rapi dan saya beserta teman satu kelompok kami berhasil mengerjakannya. Kami semua bahagia.

Setelah tenda selesai saya dan teman lainnya mengemasi barang barang yang kami bawa untuk di susun di dalam tenda yang kami dirikan tadi. Setelah selesai kami disuruh berkumpul kembali di lapangan. Sementara kakak pembinanya masak untuk kami makan siang. Dan tibalah waktunya sholat zuhur. Saya dan teman-teman mulai bersih-bersih dan mengambil air wudu. Kami semua akan melakukan sholat zuhur berjamah.

Waktunya kami makan siang bersama. Saya senang karna saya bisa belajar masak. Di rumah, saya tidak pernah masak kerna belum diperbolehkan sama bunda. Waktupun berlalu dari siang menuju malam. Dan seperti biasa, setiap jam sholat kami selalu sholat berjamaah. Pada saat sholat magrib kami bersolawat dan juga berzikir. Tanpa saya sadari saya memandang ke langit yang mulai gelap dan kelihatanya mendung. Saya sedikit takut karna sangat gelap dan terasa serem. (hihihi.... mungkin karna di hutan kali ya).

Tak lama kemudian hujan turun dengan sangat deras. Kami bergegas menuju tenda masing-masing.  Hujan yang turun tak kunjung reda. malah makin malam hujan makin deras. Lokasi perkemahan kami kebanjiran. Semua barang-barang jadi basah.  Semua kakak-kakak pembina mengintruksikan kapada kami semua untuk kembali pulang menuju sekolah. Kami semua sangat  bersyukur.

Sesampainya kami di sekolah kami langung disambut oleh orang tua kami yang cemas dengan keadaan kami. Alhamdulillah perlengkapan yang saya bawa tidak basah semua. Jadi, saya bisa berganti pakaian. Teman-teman yang bajunya basah semua, diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Karna saya ada baju yang kering, saya tetep memilih melanjutkan tidur di sekolah sampai pagi.

Inilah pertama kalinya saya merasakan pengalaman saat berkemah. Ada sedihnya, takutnya,  ada gembiranya juga. Bercampur semua rasa. Meski begitu, saya sangat senang sekali karna begitu banyak pengalaman yang saya dapat, yang tidak mungkin terlupakan.[]

 

Tentang Penulis

Mellisa Umairah lahir di Batam, 12 januari 2008. Saat ini dia tinggal di Perumahan Sierra Blok C No. 21. Hobinya menari dan melukis. Dia suka makan Pizza dan nasi goreng teri. Cita-citanya ingin menjadi Dokter gigi.