Teror Diatas Ranjang
Sang surya kembali ke peraduannya. Langit jingga menghiasi ufuk barat. Cicit bayi ayam mengekor masuk kandang. Para kelelawar bersiap menghisap darah mangsanya. Suasana makin mencekam disaat lolongan anjing membahana ke seantero persada.
Aku masih mamatung diambang pintu. Isya telah usai kutunaikan. Perasaan "nano-nano" menemaniku. Aku galau? Oh tidak!!?
"Ciaat... Kreeak..." pintu kamar terbuka ketika otak memerintahkan tanganku untuk bertugas.
Langkahku terhenti. Gelegar petir muncul diluar sana. Suasana gelap menyapaku. Listrik padam.
Aku gelisah. Dinginnya malam merasuki sum-sum tulangku. Mataku setengah terpejam. Ku coba diam sejenak. Desiran angin mencium kulitku. Sekujur badanku menggigil.
Kurasakan sesuatu menjalar mengitari kaki sawoku. Aku diam. Tetap diam. Namun, lilitan itu makin kuat memeluk kakiku. Kehangatan menemani alat jalanku.
"Oh my god, Ular!"
benakku menganalisa, sementara diriku masih terbujur dalam kelam.
Hewan yang paling kutakuti didunia ialah ular- aku ngeri sekali bila harus berhadapan dengan reptil tak berkaki ini.
Ranjangku berderit keras. Ku melompat cepat. Secepat kilat. Kemudian lampu dikamarku kembali nyala. Indra penglihatanku mengamati ranjang. Tatapanku lama sekali focus disana. Lama, dan teramat lama. Mulutku terkunci. Tak satupun kata meluncur.
Kulihat diatas ranjang bergulung seekor hewan. Aku berdiri kaku.
"Ahaiy ternyata kamu kitty" senyumku pada kucing kesayanganku.
Hujan diluar membuatnya dingin dan tanpa permisi berbaring manja memeluk kakiku.
Meong-meong
Leave a Comment