Minggu, 11 November 2012

Pahlawan dalam Catatanku



Setelah Ashar tadi, aku istirahat sejenak sambil menikmati semilir angin di teras Masjid kampus. Mataku melayang kesana-kemari hingga jatuh pada satu titik pandang yang membuatku menatapnya lama.
Sebuah buku tergeletak pasrah tak jauh dari tempatku duduk. Kaki yang semula kulunjurkan kuubah menjadi sila yang membuatku merasakan "PW~ posisi wuenak" dan kudekati si buku.

Cover buku itu berhiaskan lukisan pemandangan. Walaupun terbuat dari crayon sederhana, tetapi mewah retina ini memandangnya. Disekelilingku sepi. Tak seorangpun. Tanpa izin, aku bolak-balik sang buku yang sedari tadi bermanja-manja ditangan.

Satu lagi yang membuatku jatuh hati, judul buku yang tertera ialah,

"Catatan Harianku."

lagi-lagi ditulis dengan tulisan tangan sederhana. Penasaranku kembali memuncak. Ku buka perlahan buku lembar demi lembar.
Kubaca. Kupahami dengan seksama. Tentunya tanpa izin pemilik... ^,^

Diary tersebut bercerita tentang aktivitas dan kejadian-kejadian unik dari si pemilik buku. Aku terkagum. Terharu, terutama pada sesi cerita "tentang seorang ibu" yang menurut si penulis, pahlawan sejati ialah ibu yang berjuang keras tanpa kenal lelah dan rela berkorban tanpa pamrih demi kebaikan masa depan seorang anak.

Kukatupkan bibirku. Keduanya bersatu menyembunyikan barisan gigi yang selalu begitu. Mataku berkaca-kaca. Sejenak ku merenung. Menginap-inapkan isi buku. Bayangan bunda menari dipelupuk mata. Tanpa aba-aba rindu memenuhi dada...



Tiba-tiba pundakku di tepuk seseorang. Aku terkejut alang kepalang. Renunanganku buyar. Ku kembali ke alam nyata.

Aku gugup. Bocah didepanku. Didepan buku, tersenyum lebar. Giginya berbaris terlihat.

Perlahan dia ambil sikap duduk dan mencoba menirukan cara dudukku.
Aku meminta maaf setelah kuketahui bocah lelaki itulah pemilik diary. Dia mengangguk dengan mimik wajah yang khas pertanda menerima permohonan maafku.

Sebelum pamit, aku sempat menanyakan,

"Kenapa harus mempunyai catatan harian?"
diceritakanlah panjang lebar mengenai hobi dan cita-citanya yang ingin menjadi seorang penulis terkenal di seluruh penjuru negri.

"Haruskah dibawa kemana-mana? Dan kenapa ibu adalah pahlawan?"
lanjutku sembari melirik buku diary ditangannya.

"Kalo tidak dari sekarang menulis, kapan lagi Ustadz... Dan ibuku adalah motivasi dan inspirasi dalam hidupku"

tawa kecilnya singgah dikupingku. Aku makin kagum pada Akhmad Selo Aji si pemilik diary. Dalam hati ku berdo'a semoga impiannya terwujud dan berharap kubisa membaca karya yang diciptakannya.

*Akhmad Selo Aji merupakan siswa Smart yang saat ini tengah menduduki bangku kelas VII SMP

0 komentar: