Senin, 09 Februari 2015

Impian Dalam Setangkai Bunga



SEORANG PENDIDIK HARUS MAMPU MERACIK bumbu mata ajar hingga pembelajaran nikmat terasa. Pendidik mesti telaten dalam mengolah bakat dan kemampuan anak didiknya. Telaten dalam mengarahkan siswa untuk mewujudkan cita-cita mereka. Bagi seorang pembelajar, memiliki cita-cita bakal memberi energi tersendiri dalam proses belajar.

BOLA MATAKU MENYAPU SATU-PERSATU WAJAH ANAK DIDIK. Wajah itu bersinar menyirat semangat tiada tara. Air muka itu makin menyemangatiku. Tak kurang gagahnya dengan hari sebelumnya, pagi ini kuterangkan kembali gambaran singkat tentang pentingnya impian/ cita-cita dalam hidup. Kutunjuk dan kupinta para siswa menyebutkan cita-cita mereka. Kudapati ada yang hendak jadi polisi, guru, koki, dokter, pilot. Aduhai, bahkan ada pula yang masih belum memiliki cita-cita. Kusemangati mereka bahwa mulai detik ini semua kita haruslah mempunyai impian hidup. Apakah impian cuma satu? Oh, bukan! Bahkan kamu mesti memiliki puluhan, ratusan, hingga ribuan impian. Mereka mengangguk menyetujui. 
   
Tengoklah pemain sepak bola, kerja keras mereka di lapangan bukan cuma berlarian kesana kemari tak karuan tanpa ada suatu maksud, mereka mengarahkan bola ke gawang yang menjadi titik tujuan meng-gol-kan bola. Dan mereka haqqul yakin, bahwa dengan begitu tentunya akan membawa kemenangan bagi clubnya. Begitu pula dalam hidup ini, mesti ada impian, bolehlah dikata sebuah cita-cita. 

Kupinta mereka menunjukan alat dan bahan yang kukabari tiga hari sebelumnya. Terhidanglah diatas meja, ada kertas karton beragam warna, ada kertas origami, pewarna, spidol, gunting, double tip, stapler, lem, foto dan piring mungil berbahan steroform. Semua alat dan bahan tersebut bermaksud untuk membuat display kelas mengenai tujuan hidup-impian/cita-cita yang dimiliki peserta didik yang kuampu.

Kuajak mereka memulai aksi membuat impian mereka dalam sebatang bunga matahari. Bunga matahari? Ya, Bunga matahari! Pastilah bukan bunga matahari sebenarnya. Tapi bunga matahari buatan yang akan dibentuk dari alat dan bahan diatas. Oh...


Perlahan kujabarkan cara membuatnya. Mula-mula kertas karton atau kertas origami digunting membentuk kelopak bunga. Jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya impian/cita-cita yang bakal ditempel. Tiap satu kelopak bunga yang sudah dibuat dituliskan satu impian/cita-cita.

Persiapkan piring mungil berbahan steroform. Tempelkan satu-persatu kelopak bunga yang berisi impian tadi di pinggir piring hingga memenuhi bagian tepi piring. Bila sudah, tempelkan foto di bagian tengah piring. Kini, kamu telah mengitari cita-cita yang kamu punya. Itu maknanya ialah bahwa cita-cita tersebut bakalan wujud dalam waktu dekat. Tetaplah berusaha dan berdoa serta tawakal pada Sang Kuasa.

Semua siswa menempelkan tiap cita-cita mereka di background display yang kupersiapkan sehari sebelumnya. Taraaa lihatlah! Impianmu benar-benar nyata. Apakah kamu bakalan malas-malasan lagi dalam belajar?

Dalam buku catatan/diary, para siswa kuminta menuliskan komitmen dan hal-hal yang harus mereka lakukan untuk mencapai cita-cita mereka.

Tiap detik, selalu kuberharap, melalui display ini, siswaku akan mengetahui bahwa pembelajaran yang mereka lakukan setiap hari memiliki arah dan tujuan (purpose of learning). Inginku, semua siswa belajar berkomitmen pada diri sendiri untuk mencapai cita-citanya. Supaya display ini bisa menjadi pengingat serta pemotivasi siswa saat siswa merasa putus asa, misalnya dengan mengatakan, Kemarin sudah berjanji untuk jadi Arkeolog, kan? Apakah bisa seseorang menjadi Arkeolog yang dahsyat bila malas dia belajar?”

Love you so much 4 Zaid. ۩

0 komentar: