MENAPAKI NEGERI JIRAN
Ya, ke Negara Malaysia dan Negara Singapura selama tiga hari tanpa kedua
orang tua. Dua negara yang secara jarak dekat dengan tempat tinggal ku, yaitu
Batam-Indonesia bahkan ke sana pun tak harus naik pesawat terbang, cukup dengan
menggunakan kapal laut yang
jarak tempuh nya kurang lebih satu jam.
Perjalanan
di mulai pada hari Senin, tanggal 16 Desember 2019. Saya bersama teman-teman
dengan menggunakan dua bis besar kami berangkat dari sekolah kami tercinta menuju pelabuhan kapal ferry
Harbour Bay Batu Ampar. Di awal perjalanan dari
Harbour Bay, kami menuju Negara Malaysia dengan menggunakan
kapal ferry yang cukup besar.
Sebelum masuk ke kapal, semua rombongan harus melalui loket imigrasi untuk
cop/stamping passport yang menyatakan akan pergi ke luar negara Indonesia.
Cop/stamping di passport ini merupakan
suatu izin dari negara setempat untuk menuju negara lainnya.
Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Meski di awal saya merasaakan sangat banyak keceriaan selama berada di atas kapal, akan tetapi ada hal yang kurang menyenangkan. Ya, ternyata di luar dugaanku: aku mabuk laut. Memang, aku belum terbiasa naik kapal dan mungkin inilah yang menyebabkan aku merasa mual dan mabuk. Hempasan gelombang air dan suasana dingin AC yang menyelimuti ruang kapal membuat diriku oleng dan pusing. Walaupun begitu, beruntung saya memiliki teman-teman yang dengan senang hati menolongku serta tim tour giude juga dengan sigap membantu agar segera pulih dan menikmati perjalanan kembali.
Tak
berselang lama, kapal ferry kami pun bersandar di pelabuhan kapal ferry Negara Malaysia dan kami pun
secara bergantian turun dari kapal ferry menuju loket imigrasi Negara Malaysia yang ada di
pelabuhan tersebut. Inilah momen pertama
kalinya saya dapat menginjakkan kaki di Negara Malaysia. Dengan
bantuan tim tour giude yang lincah kami pun dengan cepat menuju ke bis yang
telah tersedia di luar gedung pelabuhan tersebut. Cuaca terasa panas mengiringi
perjalanan kami menuju kota Johor,
salah satu kota yang ada di negara Malaysia. Canda tawa memenuhi ruang bis
meski ada beberapa teman-teman yang kelelahan termasuk saya.
Selama perjalanan, mata kami terus mencari sesuatu pemandangan
yang asing yang mungkin belum pernah kami lihat dan temui di Indonesia. Perjalanan
pertama kami di negeri Malaysia ini dimulai dari sebuah Masjid Pink di kota
Putra Jaya. Saat itu kami berkesempatan melaksanakan
shalat Magrib dan Isya. Perjalanan kami lanjutkan ke Twin Tower (Menara Kembar)
megah dan indah.
Selanjutnya kami menuju hotel tempat
kami akan beristirahat yaitu Hotel Grand Plaza yang berada di Ibu kota Malaysia
yaitu Kuala Lumpur. Di hari kedua perjalanan, saya bersama teman-teman
mengunjungi Batu Caves Kuala Lumpur. Disana terdapat patung Ganesha yang sangat
besar berwarna keemasan, disampingnya pula terdapat puluhan anak tangga yang di
cat beraneka warna menuju ke dalam goa batu tersebut. Beberapa di antara kami
ada yang sibuk berfoto dan bermain di area tersebut sehingga tak terasa waktu mulai
siang dan kami pun bergegas menuju Choclate Kingdom dan Genting Highland dan
menunaikan shalat magrib beserta isya di masjid Sultan Abu Bakar Johor Bahru
Malaysia.
Terakhir kami pun beristirahat di
hotel Berjaya Waterfront. Di hari terakhir perjalanan kami, masih di Malaysia
kami mengunjungi Legoland Malaysia, di sini kami melihat banyak sekali hal-hal
yang sangat menakjubkan dan kami sempat berswafoto bersama dengan teman-teman.
Setelah berfoto ria bersama kami pun
di haruskan segera bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami menuju negara
berikutnya yakni Singapura. Setelah melewati cek point perbatasan Malaysia dan
Singapura kami pun disugukan keindahan pemandangan gedung-gedung tinggi negara
Singapura. Banyak sekali pemandangan yang mengagumkan.
Tujuan terakhir kami adalah Pelabuhan
kapal Ferry Negara Singapura yaitu Harbour Front. Sebuah pelabuhan
internasional yang sangat ketat dan dijaga oleh banyak polisi. Setelah
menyelesaikan urusan cop/stamping kami pun segera menaiki kapal ferry tujuan
pelabuhan Batam Centre-Batam Indonesia. Perjalanan pun di mulai, hanya sekitar
40 menit kapal ferry kami pun sampai kembali ke negara tercintaku. Wajah yang
pasi, badan yang letih dan mata yang lelah menjadi penutup perjalanan saya di
negeri seberang.[]
Tentang Penulis
Muhammad Alif Rahmatulloh lahir di Jakarta, 23 April 2008.
Bercita-cita ingin menjadi pemain bola dunia yang hafidz Qur’an. Motto
hidupnya, “Jangan Mudah Menyerah”
Leave a Comment