Annida: Cahaya Kecil yang Menulis Takdirnya
Annida, begitu kami memanggilnya, sebuah nama yang dipilih dengan hati-hati, penuh doa dan harapan. Sejak lahirnya sang adik, panggilannya pun bertambah menjadi Ayuk Nida, panggilan penuh kehangatan dan kasih sayang. Nama itu, Annida, bukan sekadar kumpulan huruf, tetapi juga singkatan dari Anak Heni Danil, sebuah tautan yang erat antara orang tuanya dan warisan yang ingin mereka sematkan pada putri pertama mereka.
Lebih dari tujuh tahun lalu, di saat matahari sore terbenam dengan sinarnya yang lembut, Abaknya memberikan nama ini sebagai doa yang terukir di langit hati. Bagi kedua orang tuanya yang semasa muda gemar membaca, Annida bukanlah nama yang asing. Majalah bertajuk "Annida" menjadi sahabat mereka dalam meluaskan pandangan dan memperkaya pengetahuan. Dari sanalah muncul ide untuk memberikan nama tersebut kepada buah hati mereka, dengan harapan bahwa suatu hari nanti, Annida akan menjadi sosok yang cerdas, berwawasan luas, dan menjadi cahaya bagi dunia dengan ilmunya.
Seperti sebuah majalah yang memuat tulisan dan pengetahuan, Annida pun lahir dengan semangat yang tak terpisahkan dari dunia kata. Seolah alam semesta telah berbisik, merestui nama itu sebagai lentera yang menerangi perjalanan hidupnya. Dunia tulis-menulis, literasi, dan segala hal yang berkaitan dengan bahasa menjadi harapan tersembunyi yang tersimpan dalam namanya. Harapan agar Annida kelak akan tumbuh sebagai seseorang yang mampu menulis cerita hidupnya dengan tinta kebijaksanaan, dan membaca dunia dengan pandangan penuh makna.
Seiring berjalannya waktu, bakat Annida mulai menunjukkan sinarnya. Di usianya yang masih begitu belia, sebelum genap berusia tiga tahun, ia sudah mulai menenun cerita dari apa yang pernah dilihat dan didengar. Ia menciptakan dunia imajinasi dengan tokoh-tokoh yang hidup di benaknya, memutar kisah-kisah yang tak pernah berakhir di kepalanya yang selalu penuh ide. Setiap cerita yang ia hasilkan seperti potongan mozaik yang lambat laun membentuk gambaran besar tentang dirinya yang penuh imajinasi dan antusiasme.
Ketertarikan Annida pada dunia membaca pun terlihat sejak dini. Buku-buku menjadi teman setianya, menjadi hadiah yang ia pilih dengan senang hati ketika diberi kesempatan. Sementara anak-anak lain mungkin memilih mainan, Annida lebih suka menyusuri halaman-halaman buku sebelum tidur, membiarkan huruf-huruf di sana membawanya ke dunia yang jauh di luar jangkauan imajinasinya sendiri. Buku-buku itu tidak hanya menjadi teman, tetapi juga guru yang membisikkan pengetahuan dengan lembut di telinga malam.
Di masa PAUD, kegemaran Annida menceritakan kembali apa yang dialaminya semakin menonjol. Ia menikmati setiap kesempatan untuk berbagi cerita tentang hari-harinya di sekolah, merangkai ulang kejadian-kejadian kecil menjadi kisah yang menghibur. Di akhir masa belajarnya di PAUD, kesempatan untuk menjadi MC saat perpisahan sekolah menjadi ajang baginya untuk menyalurkan bakat dan keberaniannya. Ada semangat yang tak terbendung dalam dirinya, sebuah gairah yang terpancar dari sorot matanya saat ia berlatih mengucapkan setiap kalimat dengan percaya diri.
Selain menjadi MC, Annida juga mengikuti lomba baca puisi. Lembaran puisi itu seperti mantra yang ia bawa ke mana-mana, dihapalnya berulang kali hingga setiap kata meresap ke dalam jiwanya. Tekadnya membuahkan hasil, Annida meraih juara pertama, dan kegembiraannya menjadi pembelajaran bagi orang tuanya, bahwa usaha dan doa akan selalu sejalan. Kemenangan itu bukan sekadar prestasi, tetapi bukti bahwa langkah kecilnya mulai membawa perubahan besar.
Saat memasuki bangku kelas satu SD, Annida semakin menunjukkan minatnya pada dunia bahasa dan cerita. Ketika pelajaran matematika terasa kaku dan sulit, ia menemukan kenyamanan dalam pelajaran bahasa yang baginya adalah tempat bermain tanpa batas. Kesenangannya mendengar dongeng dan cerita menjadi hiburan tersendiri, seperti sebuah pintu yang terbuka lebar, mengundangnya masuk ke dunia penuh keajaiban.
Bakat linguistik yang semakin berkembang membuat orang tuanya mulai berpikir tentang arah yang tepat untuk Annida. Mereka menyadari bahwa bukan tugas mereka untuk membentuknya menjadi sesuatu yang tak sesuai dengan keinginannya. Orang tua Annida memilih untuk memberi dukungan pada apa yang ia cintai, memberikan ruang baginya untuk mengeksplorasi segala hal yang positif dan bermanfaat, sembari menjaga agar ia tetap berada dalam koridor nilai-nilai agama yang kokoh.
Purnama yang lalu, Annida ikut serta dalam lomba pidato di sekolahnya. Ia meminta bantuan untuk menyusun teks pidato, namun tak lupa menambahkan sendiri kalimat-kalimat yang menurutnya akan membuat pidatonya lebih hidup. Ia juga menghapus bagian-bagian yang sulit diucapkannya, menunjukkan ketelitian dan kedewasaan dalam mempersiapkan sesuatu yang penting baginya. Kerja keras dan doanya terbayar, Annida kembali membawa pulang sebuah piala. Namun bagi kedua orang tuanya, piala itu hanyalah sekadar simbol. Yang lebih penting adalah proses, bagaimana Annida belajar untuk bersungguh-sungguh, dan bagaimana ia mengembangkan daya juangnya.
Untuk Annida, hasil bukanlah tujuan akhir. Setiap tantangan yang dihadapinya adalah sebuah perjalanan, sebuah proses yang akan membentuk karakter dan kepribadian. Keberanian untuk mencoba, tekad untuk bangkit setiap kali jatuh, dan semangat untuk terus belajar adalah hadiah terbaik yang bisa ia dapatkan dari setiap pencapaiannya. Annida diajarkan untuk tak terjebak dalam ilusi kesempurnaan, tetapi selalu berusaha dengan penuh keikhlasan.
Anakku, lakukanlah apa yang membuatmu bahagia, yang membuatmu merasa hidup. Namun jangan pernah lupa, bahwa dalam setiap langkah harus selalu ada koridor nilai-nilai yang menjadi panduan. Biarkan kebebasan itu terbingkai oleh iman, biarkan setiap impianmu terjaga oleh doa.
Perjalananmu masih panjang, Nak. Mata dan tangan kami, Ibu dan Abakmu, mungkin tidak akan selalu ada untuk menyertaimu dalam setiap langkah. Namun, doa kami akan selalu menyelimuti setiap hembusan nafasmu, dan kepada Allah kami menitipkanmu. Semoga Dia memberikan perlindungan dan penjagaan terbaik, agar engkau selalu melangkah di jalan yang diridhoi-Nya.
Gali dan asahlah bakatmu, jangan takut untuk melesat tinggi. Setiap potensi yang kamu miliki adalah anugerah yang harus dikembangkan, agar kelak bisa bermanfaat tidak hanya bagi dirimu sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarmu. Jangan pernah ragu untuk berlari mengejar mimpi, karena setiap perjalanan selalu dimulai dengan langkah pertama.
Annida, bagi kami engkau adalah seperti bintang di langit malam, bercahaya terang namun tetap anggun dalam diamnya. Engkau adalah lentera kecil yang terus berusaha menerangi sekitarnya, meski kadang harus menghadapi angin yang berhembus kencang. Tidak apa-apa, Nak, teruslah bersinar, karena cahayamu adalah bukti bahwa engkau sedang berjuang.
Ada banyak hal yang mungkin akan menguji kesabaran dan keteguhanmu di masa depan. Akan ada waktu ketika rasa lelah menghampiri, dan ketika harapan tampak begitu jauh. Saat itu, ingatlah bahwa setiap perjuangan tidak akan pernah sia-sia. Tuhan selalu melihat setiap tetes keringat dan setiap doa yang terucap.
Annida, namamu terukir di hati kami seperti doa yang tak pernah putus. Engkau adalah bukti bahwa cinta dan harapan bisa menjelma menjadi sosok nyata, yang tumbuh, belajar, dan mengepakkan sayapnya. Setiap kali engkau melangkah maju, engkau membawa serta mimpi-mimpi kami, harapan kami, dan semua doa-doa yang terucap dalam kesunyian.
Teruslah belajar, Nak. Tidak hanya dari buku-buku dan guru-gurumu, tetapi juga dari setiap pengalaman yang kamu temui. Buka matamu lebar-lebar, dengarkan suara dunia, dan rangkullah kehidupan dengan kedua tanganmu. Jadilah seseorang yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijaksana. Jadilah sosok yang mampu merangkul perbedaan dengan hati yang terbuka.
Kami percaya bahwa engkau bisa menjadi apa pun yang engkau inginkan, selama engkau mau berusaha dan berdoa. Kami akan selalu ada di sini, mendukung setiap langkahmu, merayakan setiap pencapaian, dan menguatkan setiap kali engkau merasa ragu.
Annida, nama itu kini bukan lagi sekadar doa atau harapan. Ia telah menjadi bagian dari dirimu, yang hidup dalam setiap gerak-gerikmu, dalam setiap kata-katamu. Engkau adalah Annida, cahayamu adalah warisan yang akan kau tinggalkan, dan ilmunya akan menjadi jejak yang kelak akan dikenang.
Teruslah tumbuh dan berkembang, Nak. Jadilah seperti air yang mengalir, membawa kesejukan bagi siapa saja yang membutuhkan. Jadilah seperti angin yang lembut, menyentuh hati dengan sentuhan halus. Kami, Ibu dan Abakmu, selalu ada di sini, dengan doa yang tak pernah putus
Ibu dan Abak sayang Annida💕
Klik link pidato Annida
Leave a Comment