Guru Baik vs Guru Tidak Baik
“Guru yang baik
memang mahal harganya, tetapi guru yang tidak baik jauh lebih mahal karena
dampaknya adalah runtuhnya martabat bangsa” (Itje Chodidjah)
Air hujan dari genteng
atau atap jatuhnya akan menuju pelimbahan atau selokan. Begitulah kira-kira
perumpamaan seorang murid; segala ucapan, pikiran dan perilakunya tidak akan
jauh-jauh dari apa yang ditampilkan oleh gurunya, baik guru dirumahnya (dalam
hal ini orang tua) maupun guru yang mengajarnya di sekolah atau madrasah.
Pada zaman yang semakin
modren ini, mendapatkan guru yang
baik merupakan hal yang sangat istimewa. Bagaimana tidak, godaan gelombang
budaya yang mendera anak negri ini
tentunya akan berdampak pada budaya dan perilaku mereka sendiri. Bagus kalau
seandainya lingkungan/budaya yang menemani mereka adalah lingkungan yang
kondusif dan baik untuk perkembangan akhlaknya, bagaimana kalau lingkungan yang
mereka tempati adalah lingkungan yang akan menjemuskan dan merobohkan perilaku
baik mereka. Hal ini tentunya akan ikut andil juga untuk menjatuhkan harkat dan
martabat tanah air ini.
Guru yang baik memang
langka dan mahal harganya. Guru yang seperti ini mesti dicari karena lewat
merekalah kebaikan anak didik, kebaikan lingkungan dan kebaikan negara ini akan
tercipta. Guru yang tidak baik jauh lebih mahal. Karena mahalnya, sehingga kita
diharuskan untuk tidak memakai dan membelinya
karena dampaknya adalah runtuhnya martabat bangsa dan negara. Bagaimana jadinya
negara ini kalau guru yang tidak baik terus menerus dari tahun ke
tahun menghasilkan anak yang tidak terdidik dengan baik? Hancurlah bangsa ini
bukan?
Leave a Comment