Bunga di Taman Hatinya
Rasanya susah
dibayangkan bila keadaan disekitar kita jauh dari kata bersih. Sampah
berserakan dimana-mana. Tata ruang yang acak-acakan. Semua tak teratur membuat
kita tidak kerasan berlama-lama pada kondisi seperti itu. Beda kalau kita
memasuki Bumi Pengembangan Insani (BPI), salah satu jejaring Dompet Dhuafa
Republika yang berkhidmat kepada peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
melalui pemberdayaan dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf (ZISWAF) dalam
bidang pendidikan. Dari luar saja penglihatan kita sudah dimanjakan dengan
keadaan yang bersih dan asri, itulah
kesan pertamanya. Dengan tanaman perdu yang dipangkas rapi dan ditata secara
apik membuat mata tak jenuh memandangnya. Siapakah gerangan yang berperan dalam
hal ini?
Adalah Yusuf, salah seorang gardener yang berjasa
menjaga tanaman dan taman agar tetap adem,
nyaman dan tetap lestari. Lelaki kelahiran 5 November 1974 ini telah alang
melintang mengabdikan diri di BPI semenjak enam bulan lalu.
“Yah... sembari
menambah pengalaman Mas. Lagian kalau
kerja disini (BPI) jarak perjalanannya jadi tidak begitu jauh dari rumah” ujar
lelaki yang pernah bekerja di PT Menfori Nusantara dan PT Inagrog Jampang.
Didampingi oleh Idawati, sang istri. Bapak yang
kerap disapa Yusuf ini hidup bahagia di Desa Nagrog Jampang. Mereka dikarunia
dua orang putri. Pak Yusuf bangga memiliki mereka semua. Tak heran kalau semua
yang dilakukannya selalu dibelakangnya ada istri dan anaknya yang menjadi
penyemangat.
“Semuanya ini demi anak istri Mas. Juga yang saya
lakukan ini kan termasuk ibadah.
Bukannya Rasulullah Saw pernah mengajarkan kepada kita bahwa kebersihan
sebahagian dari iman?” Jawabnya saat ditanya alasannya kenapa bekerja di BPI.
Sebagai gardener
yang ditempatkan di bidang pertamanan, pak Yusuf dengan giatnya menjalani tugasnya
selama tujuh jam setiap harinya. Tiada keluh dan kesah yang terpampang di air
mukanya. Dia menikmati dan menekuni sekali tugasnya. Dengan senyum tersungging,
alumnus D1 IPB prodi usaha tani ini memaparkan rahasianya.
“Apapun itu kalau dijalani dengan hati yang senang
dan ikhlas, bukan karena paksaan dan tekanan dari orang lain akan memunculkan
perasaan yang senang dan bahagia. Sehingga pekerjaan yang kita perbuat tak
terkejar waktu”
Dimanapun dan kapanpun, setiap kali mau berbuat
sesuatu tentu ada kendalanya. Begitu
pula halnya dengan pak Yusuf. Selama bekerja di BPI pasti ada kendalanya
walau itu bisa dikatakan kendala yang tidak begitu berarti yang dihadapi olehnya.
“Sebetulnya hanya masalah komunikasi saja yang menjaga hambatannya. Namun,
ketika itu telah dibicarakan, yah... kelar juga” katanya sambil menawan tawa.
Selain senang menjalani hari-harinya dilingkungan
BPI, bapak ini juga merasakan adanya keberkahan dan kedekatannya dengan sang
pencipta. “Aura religiusnya terasa sangat disini” kata bapak yang selalu tampak
tiap Dhuhur shalat berjamaah di masjid Al-Insan.
Disini, Di BPI ini dia temukan tidak hanya taman
yang dipenuhi bunga-bunga. Tapi bunga keimanan itu sekarang ikut bersemi di
taman hatinya.
Leave a Comment