“Yang Lagi Shoum, Mulutnya Bau, Kenapa Pak?”
Senyum Santri Birrul Walidain |
Gerimis tak diundang
datang, menghalangi senyum sang mentari pagi. Huda berkemas-kemas. Dandanannya
rapi, setelan kameja kuning dipadukan celana hitam ditambah dasi melingkari
lehernya membuat Huda semakin mempesona. Wangi parfum hinggap dihidungnya.
Penuh percaya diri dilangkahkan kakinya bergegas menuju sekolah tempatnya mengajar.
Sekitar 15 menit dari
rumah, akhirnya Huda menginjakan kaki di sekolah tercinta. Dia disambut bahagia
oleh para siswanya. Teng... teng... teng... pertanda pelajaran akan dimulai.
Huda masuk kelas. Dibarengi oleh senyum, disapanya para siswa yang tak sabaran
mendengar suara merdu Huda menguraikan pelajaran. Tengah asiknya menerangkan
pelajaran, Huda dipanggil oleh salah seorang anak didiknya. Dia duduk di bangku
paling pojok. Huda menghampiri.
“Bapak... Untuk cemilan pagi ini saya membawa roti bakar”
Ujar bocah lincah nan
bijak itu. Huda cuma tersenyum menanggapi ucapan siswanya. Lelaki cilik itu
puas karena merasa telah diperhatikan. Huda kembali ke depan kelas untuk
melanjutkan uraian pelajarannya.
Pukul 10.00 tepat,
waktunya istirahat. Huda mempersilahkan siswanya menikmati cemilan yang mereka siapkan dari rumah masing-masing. Lagi-lagi
Huda dipanggil oleh bocah yang “Caper”, cari perhatian tadi. Sekarang Huda
ditawari bekal yang si bocah bawa. Dengan halus Huda menolak sebab dia lagi
menjalankan ibadah Shoum.
“Sekarang kan bukan bulan
Ramadhon, Pak?”
Kilah si bocah membujuk
agar Huda bersedia menemaninya menikmati cemilan.
“Iya, Bapak lagi Shoum
Sunah.”
“Emangnya ada yah Pak
Shoum selain ramadhon? Kapan aja tuch Pak?”
Huda dijejeri pertanyaan
oleh siswa kelas satu SD itu. Dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh si cilik, Huda menerangkan tentang puasa sunah senin dan kamis. Si anak
mengangguk-anggukan kepala pertanda mengerti. Diam sejenak. Tak lama, Huda dikagetkan oleh pernyataan
polos si bocah.
“Bapak, kenapa Mulut bapak
bau!!?” Katanya setengah berteriak. Huda diam mendadak, mukanya merah malu.
Untung muridnya yang lain tidak begitu memperhatikan ungkapan Hazel, si bocah
yang masih polos tersebut.
“Itu karena Bapak Shoum.
Selama shoum, mulut kita tidak
digunakan untuk mengunyah. Alhasil air ludah terbendung dan terjadilah bau mulut. Di pandangan manusia memang mulut kita Bau, namun di pandangan Alloh Swt bau itu sangat Harum.
Sebegitunya Alloh Swt membalasi orang-orang yang sedang shoum ” Keterangan Huda
sederhana. Diliriknya si bocah. Manggut-manggut. Huda tersenyum lagi
menghilangkan rasa malu bau mulutnya.
Hazel kini mengerti kenapa mulut orang yang sedang
shoum itu bau. Dia berlari kedalam kerumunan teman-temannya yang asik bermain
“Injit-injit semut” dan dengan senangnya mengabari kawan-kawannya ilmu yang
barusan diperolehnya dari pak gurunya, Huda. Sementara itu, Huda ketawa geli mengingat bau mulutnya mengalahkan bau parfum yang
menghinggapi tubuh dan bajunya.
Leave a Comment