LOGIS LOGIKA...
Purnama di
penghujung Januari di tahun 2013 ini membuatku banyak berpikir tentang hidup
dan lika-likunya yang sedang kujalani. Otak kiri yang mendominasi segala
aktivitas sehari-hari membawaku untuk selalu berpikir secara logis. Yah... semuanya
musti sesuai dengan logika. Benar juga khan, apapun yang hendak dilakukan
sebaiknya masuk akal biar tak kesasar nantinya hehehe. Barangkali kedewasaan
itu telah tertambat disanubariku sehingga kumampu berpikir seperti itu.
Ini kisah
mengenai diriku. Bukan cerita orang lain, apalagi kisah khayalan. Sekali lagi
bukan. Dan ini tentang logika kawan. Berikut alurnya.
Suatu siang, Aku
dibuat bingung. Tak seperti biasanya Asisten dosen yang dikenal dengan sikap
manisnya mendadak marah-marah. Setelah ditelusuri penyebabnya karena
keterlambatan yang dibuat oleh mahasiswanya (tidak termasuk aku lho :D ). Si Asdos ngomel-ngomel , hal-hal yang tak patut dan tabu meluncur deras
lewat lisannya.
“Bukankah Saya
telah berkali-kali mengingatkan agar kalian datang tepat waktu!!?”
Teriakannya
membahana mengisi ruangan yang mulai beku dengan ketegangan yang tercipta. Aku
paling tidak suka dengan suasana seperti ini. Serasa di neraka kawan. Tapi tak
mengapalah, untuk saat ini terpaksa kupingku bertahan dengan ucapan yang jauh
dari nasihat itu. Kubertahan dalam kebekuan panasnya marah.
“Bukankah Saya
telah berkali-kali mengingatkan agar kalian datang tepat waktu!!?”
Diulanginya
ucapan yang sama. Ups tunggu dulu, kupikir benar juga yah. Dia telah berulang
kali mengingatkan. Tapi dibenak ini ada hal lain yang terpikirkan olehku.
“Mengapa kalau
masalah duniawi semisal kuliah ini aku merasa takut dimarahi dan diperingatkan
oleh seorang manusia seperti Asdos ini? Aku bergegas memenuhi pekikannya untuk
segera hadir di ruang perkuliahan. Sementara kalau ada panggilan Alloh Swt
lewat adzan yang berkumandang aku terlalu sering berleha-leha dan tak tergesa-gesa layaknya dipanggil sang Asdos?
Kenapa aku tak takut dengan teguran dari sang khalik yang pastinya lebih keras
peringatannya?”
Aku tercenung.
Logikaku bermain. Ternyata benar juga kawan. Terlalu sering kita takut dengan
manusia ketimbang dengan sang Pencipta manusia itu sendiri. Terlalu sering diri
ini merasa malu bila ketahuan oleh manusia dikala kita bermaksiat ketimbang
malu kepada Alloh Swt. Bahkan tak sedikit di zaman ini rasa malu itu telah
menjauh pergi entah kemana, sehingga maksiat itu dilakukan terang-terangan oleh
makhluk bernama manusia. Termasuk kita? Iya... termasuk kita.
Kawan...
Kita tentunya
akan jengkel dan kesal disertai marah-marah tatkala kita tahu benda yang kita
cintai dipinjam dan dirusak oleh si peminjam, bukan? Sekarang coba pikir.
Berpikir logis kawan. Panca indra yang
kita nikmati saat ini pemberian Alloh Swt, Bukan? Kemanakah kita arahkan
penglihatan yang sehat itu? Apakah untuk melihat ayat-ayat-Nya? Untuk apakah
gendang telinga yang kita punya digunakan, apakah untuk mendengarkan
ayat-ayat-Nya? Lisan yang sehat ini kita gunakan untuk menggosipkah? Ataukah
untuk melapadzkan nasihat sesuai syari’at-Nya? Tangan, kaki, nikmat sehat dan
iman yang dianugrahi oleh Alloh Swt kemanakah kita arahkan? Sudahkah sesuai digunakan
sesuai dengan ajaran-Nya?
Hmm... Jangan
heran kawan kalau banyak teguran Alloh Swt atau barangkali adzab-Nya yang
mendera kita disebabkan kelalaian kita untuk mengingati-Nya lewat nikmat yang
diberi-Nya kawan. Berpikir logis kawan dan kenali Tuhan yang menciptakanmu
kawan.
Leave a Comment