Semesta Kepemimpinan Bersama Gurunda Drs. Erie Sudewo, M.Dm.

 


Di bawah langit Batam yang berselimut embun pagi, aku melangkah penuh asa. Wisma Batamindo menanti, sebuah tempat di mana ilmu kepemimpinan akan ditenun. 

Hari itu, Selasa 10 Desember 2024, menjadi saksi tekadku melangkah menuju sebuah perjalanan baru. Di sana, seorang pembawa hikmah, Gurunda Drs. Erie Sudewo, telah bersiap. Ia bukan sekadar nama, tetapi lentera yang menerangi jalan para pemimpin. Materi bertajuk Check Your Leadership mengundangku dalam perenungan mendalam.

Di ruang itu, berbagai instansi, perusahaan, dan sekolah berkumpul sebagai satu keluarga besar. Beragam latar belakang, dan pengalaman, menjadikan suasana pelatihan kian kaya makna. 

Erie Sudewo berdiri di depan, dengan senyum hangat dan sorot mata penuh pengalaman. Ia membawa wacana yang bukan sekadar ilmu, tetapi sebuah warisan. Gurunda ini dikenal sebagai penggerak filantropi, pelopor kebaikan yang menjelma nyata. Ia telah membangun Dompet Dhuafa dari akar, menjadi pohon rindang di tanah harapan. Integritas adalah mantra hidupnya, yang menginspirasi banyak pemimpin untuk bertindak jujur. Melalui kata-katanya, ia membangun kepemimpinan sebagai seni memberi dan melayani. Tak ada tempat bagi ego dalam diri seorang pemimpin, begitu ia berpesan.

"Pemimpin adalah panutan," katanya, suaranya mengalir seperti sungai kebijaksanaan.

"Ia harus mampu memberi contoh, bukan sekadar perintah kosong."

Pemimpin adalah panutan. Ia harus mampu memberi contoh, bukan sekadar perintah kosong.

 



Hatiku tergugah, seolah kata-katanya menembus dinding jiwaku yang tengah mencari. Aku diingatkan, menjadi pemimpin bukan tentang kehormatan, melainkan pengorbanan. Di setiap tarikan nafasnya, tersembunyi hikmah yang tak terhingga. 

Diskusi hangat bergulir, membangun suasana penuh rasa. Para peserta berbagi cerita, seolah dunia kepemimpinan adalah panggung bersama. Di sana, aku belajar tentang kepemimpinan sebagai perjalanan spiritual. 

Kepemimpinan sejati bukan soal kuasa, tetapi kemampuan memahami manusia.
Erie Sudewo bertanya retoris, "Apakah aku telah menjadi pemimpin yang aku inginkan?"

Pertanyaan itu menghantam dadaku, membuatku terdiam dalam introspeksi. Apakah aku telah memberi yang terbaik? Apakah aku telah menjadi teladan?  Gurunda itu mengingatkan, seorang pemimpin mesti rendah hati, tetapi teguh.  Ia seperti nahkoda yang memandu kapal di tengah badai, tegar meski angin menerjang. Ia menanamkan nilai bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab ilahi.



Di sela pelatihan, tawa dan canda ringan mengisi ruang, mencairkan ketegangan. Namun, setiap kata tetap berlandaskan ilmu, menjadikan suasana asyik tanpa kehilangan makna. Di sela-sela materi, aku menjalin relasi dengan banyak jiwa yang sama-sama haus ilmu.

Batam menjadi saksi pertemuan kami, di mana visi kami bersilangan dan saling menguatkan. Aku menyadari, pelatihan ini lebih dari sekadar berbagi ilmu. Gurunda Erie Sudewo mengajarkanku bahwa kepemimpinan adalah seni melukis masa depan. Dengan tinta kasih sayang dan kuas tanggung jawab, pemimpin membangun dunia yang lebih baik.

Dalam setiap pesan yang disampaikan, aku merasakan getaran cinta untuk umat.  Dompet Dhuafa adalah bukti nyata dedikasinya, sebuah oase bagi kaum dhuafa.  Aku bertanya pada diriku sendiri, bisakah aku menjadi pemimpin seperti itu? 

Jam terus bergulir, dan pelatihan hampir usai. Namun, dalam hatiku, benih-benih harapan baru telah tertanam. Gurunda Erie Sudewo menutup pelatihan dengan pesan mendalam.

"Jadilah pemimpin yang menyalakan lentera di tengah gelap," katanya.

Kata-kata itu bergema, seperti gaung doa yang tak pernah putus. Aku melangkah keluar dari Wisma Batamindo, membawa hikmah dalam hatiku. Langit siang menyambutku, seolah mengucapkan selamat atas perjalanan baruku. Dalam pikiranku, aku telah merancang langkah untuk memimpin dengan lebih bijaksana.  Relasi yang kudapat di pelatihan ini adalah aset berharga untuk masa depan. Ilmu yang kuperoleh menjadi modal yang tak ternilai.

Aku merenung, betapa pentingnya pelatihan seperti ini bagi para pemimpin muda. Gurunda Erie Sudewo telah menunjukkan jalan, kini giliran kami untuk melangkah. Aku sadar, menjadi pemimpin adalah perjalanan tanpa akhir, penuh tantangan dan peluang. Tapi, aku yakin dengan hikmah yang telah kuterima, aku mampu melangkah lebih mantap.

Wisma Batamindo telah menjadi saksi sebuah titik balik dalam hidupku. Hari itu adalah hari yang penuh makna, menandai awal dari bab baru dalam kisah hidupku. Dengan tekad yang diperbarui, aku berjanji pada diriku sendiri untuk menjadi pemimpin yang lebih baik. Kepemimpinan bukan lagi sekadar kata, melainkan panggilan jiwa yang kudengar dengan jelas.

Gurunda Erie Sudewo, terima kasih atas lentera yang telah kau nyalakan dalam hatiku. Semoga, dengan langkah kecilku ini, aku bisa menjadi bagian dari perubahan besar dunia.[]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.