Minggu, 10 Mei 2015

Kendaraan Seorang Bijak



Seorang pemuda memenuhi Panggilan rukun Islam kelima membulatkan tekadnya mengarungi padang pasir yg terik.

“Mudah - mudahan aku selamat sampai Makkah, Dan, segera melihat Baitullah yang selama ini aku rindukan.”

Namun, ditengah perjalanan ia melihat lelaki tua yang berjalan sendirian.

“Wahai Bapak Tua, Bapak mau pergi ke mana ?” 

 “In syaa Allah, aku akan ke Baitullah,”
“Benarkah ?!"
 “Betul Nak, aku akan melaksanakan ibadah haji,” 
“Maa sya Allah, Baitullah itu jauh sekali dari sini. Bagaimana kalau Bapak tersesat atau mati kelaparan? Lagi pula, semua orang yang kesana harus naik kendaraan. Kalau tidak naik unta, bisa naik kuda. Kalau berjalan kaki seperti Bapak, kapan Bapak bisa sampai ke sana ?”
 “Aku juga berkendaraan,”
“Apa Bapak yakin kalau Bapak memakai kendaraan ?”
 “Kau tidak melihat kendaraanku ?” 
“Kalau begitu, apa kendaraan yang Bapak pakai ?”.
 “Kalau aku melewati jalan yang mudah, lurus, dan datar, kugunakan kendaraan bernama Syukur. Jika aku melewati jalan yang sulit dan mendaki, kugunakan kendaraan bernama Sabar, Jika takdir menimpa dan aku tidak sampai ke tujuan, kugunakan kendaraan Ridha. Kalau aku tersesat atau menemui jalan buntu, kugunakan kendaraan Tawakkal. Itulah kendaraanku menuju Baitullah,” 

Subhanallah

“Maukah Bapak naik kendaraanku ? Kita dapat pergi ke Baitullah bersama-sama,”
 “Terima kasih Nak, Allah sudah menyediakan kendaraan untukku. Aku tak boleh menyia-nyiakannya"

Ternyata, orang tua itu adalah Ibrahim bin Adham, seorang ulama yang terkenal dengan kebijaksanaannya.

=-)< Refleksi Hikmah :
Untuk menempuh perjalanan kehidupan yang kita lalui ini. Bukan mobil mewah yang kita butuhkan sebagai kendaraan kita. Bukan pula harta melimpah yang kita butuhkan untuk bekal mengarungi kehidupan ini.

Cukup hati yang lapang, yang dapat menampung segala kemungkinan keadaan. Menyediakan bahan bakar Syukur, Sabar, Ridha dan Tawakkal. Hidup akan terasa lebihindah😄

0 komentar: