Kamis, 16 Februari 2017

Tendangan 5 Bulan



Bila suatu masa kau dapati seseorang melebarkan kedua kakinya mengarah ke samping dengan kedua tangannya terbuka sejajar dada, dalam dunia persilatan dia tengah memasang kuda-kuda tengah namanya, Nak. Semisalnya di Perguruan Tapak Suci, bila punggung tangan dibuat serupa lintasan melingkar mengarah keluar yang dipergunakan untuk menangkis lawan, ini namanya Jurus Mawar. Ada pula namanya Jurus Harimau Membuka Jalan, ianya memanfaatkan telapak kaki yang hendak menyasar perut lawan. Beragam macamnya jurus yang berlaku dalam perguruan ini.

Begitu pula halnya, ternyata dalam dirimu telah ada jurus alami yang diciptakan oleh Allah, Nak. Tendangan Lima Bulan, demikianlah ayah menyebutnya. Jurus yang kau perbuat di usiamu yang kelima purnama ini, sebagai pertanda bahwa dirimu makin bertumbuh dalam rahim ibumu, Nak.

Semula, ayah tiada tahu apa yang tengah mendera ibumu. Pada subuh yang masih buta itu, dalam sibuknya beberes menyiapkan sarapan, tetiba ibumu menjerit tunjukkan mimik meringgis kesakitan. Dugaan ayah, jemari ibumu tergores pisau saat mengupas Alium cepa. Tampak sebutir dua buah tetesan peluh berguling melintasi pipi ibumu. Iba hati menengoknya. Ayah cobalah mendekati ibumu, berkehendak mengungkapkan sebait empati. Namun, apa yang ayah peroleh, Nak? Pameran senyum yang ayah dapatkan dari ibumu. Bukan lagi mimik meringgis kesakitan yang tadi ditampilkan. Dahi ayah mengernyit dibuatnya.

“Ada tendangan, Da…” papar ibumu menghapus tanda tanya di benak ayah. Lipatan epidermis di dahi ayah makin bertambah, kini dibarengi lengkungan bibir ke bawah. Tendangan? Siapakah yang menendang? Rasanya ayah tidak ada memperbuat tendangan terhadap ibumu, Nak. Lalu, ibumu mengajak bola mata ayah mengarah ke bawah sembari mengelus perutnya.

“Dari sinilah pangkal tendangan itu, Da” kembali senyum ibumu mengusir ringisan yang tadi mendatanginya. Kini, pahamlah ayah bahwa ada jurus tendangan lima bulan yang tengah berlaku. Jurus yang kau bikin tersebut membuat ibumu terkejut alang kepalang, Nak. Semenjak itu, acapkali ibumu terkaget sebab gerakan tendanganmu, Nak.

“Tendangannya kerap terasa saat berehat, lho Da” ucap ibumu menjelang indra penglihatan ayah terlelap.

“Makin kencang lagi sewaktu Hani melantunkan ayat-Nya, atau Uda yang tengah ngaji, atau sewaktu kita menyimak murathal”

“Barangkali dia suka mendengarnya, Han…” ayah menjawab jabaran ibumu.

***

Menjelang ke peraduan.

“Uda, sini…” lambaian tangan itu menggoda ayah untuk menghampirinya. Ibumu menempelkan telapak tangan ayah di permukaan kulit perutnya.

“Coba bacakan satu surat untuknya, Da” pinta ibumu. Ayah mafhum maksud ibumu. Mulailah belahan bibir ayah mendaras Alfatihah diikuti beragam surat di penghujung juz Al-Qur’an. Seiring surat dilafazkan, lamat-lamat ayah rasakan gerak aktifmu, Nak. Kakimu menendang telapak ayah. Sedangkan ibumu kerap dikejutkan sembari menarik dua garis simetris kiri-kanan di bibirnya. Sesekali tampak pola telapak mungilmu membentuk di elastisnya kulit perut ibumu. Ooo, tendangan itu… Ada rasa yang sukar diucap bergelayutan di palung hati ayah dan ibumu, Nak. Bahagia yang tiada dapat dikira lagi. Sehat selalu ya, Nak.[]

Sumber Gambar Ilustrasi

0 komentar: