PUTUS SINYAL, SAMBUNG SILATURAHIM
B
|
anyak orang barangkali belum kenal
dengan negri eksotik yang tertanam kokoh di Pulau Andalas. Negri yang menyimpan
sejuta harapan. Negri yang masih menjadi bagian dari bumi persada ini, Lampung.
Pun bagiku, Jangankan kenal atau hendak mengunjunginya, Terbayang saja dalam
pikiranku pun tidak pernah. Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa (SGI-DD)-lah yang
membawaku ke daerah yang super indah ini.
Mulya Jaya, itulah nama negri eksotik itu, salah
satu perkampungan “transmigran” yang berada di Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten
Way Kanan. Dihuni oleh suku Jawa, Sunda dan Ogan (Palembang). 60 Km Jaraknya dari
Baradatu, salah satu kota kecil yang merupakan kecamatan paling ramai di Way
Kanan. Sekitar 1,5 jam bila ditempuh dengan motor.
Sesuai namanya, wilayah ini memanglah (bakalan)
Mulia dan Jaya, mulia karena sikap tenggang rasa dan kebersamaan penduduk yang masih
terjaga, ditunjukkan dalam berbagai kegiatan misalnya gotong royong dalam
berbagai hal mulai dari pembenahan jalan kampung hingga membantu memanen hasil
kebun, hal inilah yang menjadikan hubungan kekerabatan yang erat antar penduduk.
Kemudian jaya sebab potensi sumber daya alamnya yang melimpah; coklat, kopi,
karet, jahe dan cabe. Yah... jika dua hal ini masih dipertahankan, dalam waktu
dekat wilayah ini akan menjadi mulia dan jaya sesuai keinginan warganya yang
bersemangat untuk maju.
Daerah dengan 434
KK ini terdiri dari tujuh dusun,
yakni dusun Rindu Hati, Tanjung Aman,
Tanjung Jaya, Sinar Terang, Sinar Jaya, Sinar Mulya dan Sinar Jawa. Nah, diantara
dusun Sinar Jaya dan Sinar Jawa inilah aku tinggal, tepatnya di SDN Mulya Jaya.
Tahun lalu, di wilayah yang memiliki luas 1.333 Ha ini masih dalam “kegelapan”.
Gelap karena memang belum adanya penerangan listrik yang menjamah kawasan
dengan jumlah penduduk ± 1.996 jiwa
ini. Ditambah lagi oleh akses transportasinya yang sulit, membuat Mulya Jaya
makin jauh dari keramaian. Barulah semenjak awal tahun 2013 lalu warga bisa
memanfaatkan akses jalan yang “lancar” dan dialiri listrik 24 jam non stop yang
bersumber dari PLN Rebang Tangkas.
![]() |
Berpose di Depan Istanaku SDN Mulya Jaya |
Tidak seperti perkotaan, akses komunikasi di Mulya
Jaya sangat terbatas, hanya dua provider saja yang dapat digunakan disini. Itupun
diperoleh dengan perjuangan yang tak tanggung-tanggung, harus memanjat pohon hingga ketinggian tertentu dan hanya pada pohon
dan titik-titik serta waktu-waktu tertentu saja bisa mendapati sinyalnya.
Seperti malam ini. Warga Mulya Jaya lagi ngumpul di
lapangan kecil di sudut istana tempatku tinggal. Semula kukira ada acara
kondangan atau pasar malam ala Mulya Jaya. Ternyata bukan. Untuk apa lagi kalau
bukan mencari sinyal agar bisa menjalin komunikasi di dunia maya sana. Akupun ikut
nimbrung.
Hingga larut malam aku ditemani oleh sahut-menyahut
suara speaker ponsel memenuhi lapangan tanpa penerangan malam ini. Geli rasanya
melihat gaya setiap orang bercakap-cakap di dunia mayanya sendiri. Ada yang
berteriak-teriak layaknya orang gila sebab sinyal komunikasi
putus-nyambung-putus-nyambung, ada yang bersunggut-sunggut ulah digangguin
nyamuk segede orang di bawah pohon bersinyal dalam semak-semak. Bahkan ada yang
berjuang setengah hidup setelah terjerembab jatuh gara-gara memanjat pohon
keramat demi meraih satu sinyal.
![]() |
Seorang Warga di Pohon Sinyal |
Aku tertawa tertahan
sekaligus salut. Setiap kejadian memang
ada hikmahnya. Sungguhpun dalam keterbatasan, tak menyurutkan semangat
warga khususnya pemuda Mulya Jaya untuk menjalin komunikasi dengan dunia luar
sana. Dan dalam peristiwa langka inilah aku berkenalan dan mendapati banyak teman
yang akan mengantarkanku menuju Baradatu nantinya. (Hehehehe). Ah, memanglah putus
sinyal, sambung silaturahim.۩
Leave a Comment