Minggu, 19 Januari 2014

Semua Siswa Pintar!


Adalah Hazelfati, seorang siswa yang duduk dibangku kelas I (satu) di sekolah tempatku magang. Jumpa pertama kali, hatiku tiada terpikat sedikitpun. Teman sejawatnya bilang bahwa dia “nakal” sekali. Mengusik Ketenangan teman-temannya terutama yang siswi. Lihat saja, dalam sekejap segera dia beranjak meninggalkan kursi. Berjalan sana-sini, menganggu teman-temannya yang lagi konsentrasi. Nggak mau nulis. Kalaupun ada, itupun lambat sekali. Eits, tunggu dulu. Selama kuhadir dikelasnya ini sebagai observer, kudapati ada yang berbeda dari diri Hazelfati. Walaupun digosipin nakal, Hazelfati seorang yang bertanggung jawab juga, coba perhatikan dipojok kelas sana, tempat dimana dia berada. Dia sedang berusaha menuntaskan tulisan yang ditugaskan guru padanya. Hmm, lambat  memang, namun tetap berusaha mengerjakan.
Kupelajari lagi tentang bocah yang kerap disapa Hazel ini, dia seorang yang kritis juga. Teringat olehku beberapa waktu  lalu, dia bertanya berbagai hal: tentang astronot, manusia langit, ular besar (anaconda), dan lain sebagainya. Kewalahan aku dibuatnya.
Tepat di penghujung pelajaran, guru bertanya  mengenai materi yang disajikan hari itu. Diluar dugaan, ternyata si cilik bernama lengkap Hazelfati Sofar Raisyah yang sering dianggap nakal itu mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan guru padanya. Bahkan, yang membuat hatiku jadi jatuh padanya ialah Hazelfati malah banyak bertanya hal-hal yang tidak disangka-sangka guru sebelumnya yang barangkali belum terpikir oleh anak seusianya.
Selain Hazelfati, ada juga siswa unik yang kujumpai di sekolah ini. Namanya Farrel, siswa kelas VI (enam). Beberapa waktu lalu, aku masuk kelasnya mengajar Pendidikan Agama Islam. Pertemuanku dengannya ini membuatku agak sanksi bahwa Farrel akan bisa mengikuti rangkaian materi ”Zakat” yang hendak kusampaikan. Pasalnya, bocah itu dari awal tidak pernah menyimak apa yang kusuguhkan. Dia sibuk sendiri dengan dunianya dan mengajak teman sepermainannya untuk bercerita ngalor-ngidul. Aku memelas dada dan menghela napas panjang melihat pemandangan kelas pagi itu. 
Diakhir pelajaran, ku berikan tes lisan untuk semua siswa. Tanya jawab seputar “Zakat” memenuhi ruangan kelas. Tibalah giliran Farrel mendapatkan tes lisan. Dan lagi-lagi aku dikagetkan oleh bocah yang kukira tak pernah memperhatikan penjelasanku itu, Farrel dengan gagah berani mempersembahkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang kuberi.
Berbeda dengan Hazelfati dan Farrel. Putri, teman sekelas Farrel itu seorang yang pendiam, selalu bersikap dan duduk manis saat pelajaran dijelaskan, tak banyak gerak beranjak dari kursinya, tidak suka bikin onar di kelas serta patuh dan taat pada ucapan sang guru. Dengan sikap yang ditampilkannya itu kukira dia murid yang pintar. Dan benar adanya, ternyata Putri memang siswi yang pintar. Dia memberikan jawaban yang sangat hebat siang itu.
***

Dalam ilmunya, ternyata kecerdasan dan gaya belajar setiap orang itu memang berbeda-beda. Ada siswa dengan kemampuan visual-nya dominan, yaitu mempelajari sesuatu dengan kapasitas untuk memikirkan imaji-imaji dan gambar, mampu melakukan visualisasi dengan tepat walau dalam bentuk abstrak. Orang dengan gaya belajar seperti ini berpotensi sekali untuk menjadi pematung, artist, penemu, architect, mekanik, tukang mesin, dan masinis. Kemudian ada kinestetik, yaitu gaya belajar dengan kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan terampil memegang alat-alat. Potensi yang dimiliki anak ini adalah menari, olah raga/tubuh, praktek langsung, acting. Potensi karir orang yang belajar dengan gaya kinestetik ini ialah atlit, guru olah raga, dancer, aktor, dan petugas pemadam kebakaran. Ini gayanya Hazelfati si lincah itu. Ada pula kecerdasan verbal-linguistic Intelligence, contohnya Farrel diatas. Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri keterampilan verbal yang berkembang dengan baik dan kepekaan terhadap suara, arti dan ritme kata-kata. Potensinya kira-kira dalam hal sastrawan, jurnalis, pengarang buku, guru, pengacara, politisi, dan penerjemah.
Sebagai seorang guru, kita perlu memahami hal tersebut. Memahami keunikan dan perbedaan setiap siswa dalam menangkap materi ajar merupakan hal yang urgen bagi setiap guru atau pendidik. Sehingga para guru mampu memberikan pelayanan dan perlakuan secara tepat saat pembelajaran dilangsungkan. Pelayanan dan perlakuan disini maksudnya ialah gaya mengajar guru yang harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
Mempelajari bagaimana memahami gaya/cara belajar siswa ini bertujuan untuk membantu kita memperkuat hubungan dengan mereka dan mempermudah materi ajar diterima dengan baik oleh mereka. Menurut Bobby DePotter, Presiden Learning Forum Super Camp dalam bukunya Quantum Learning, ada beberapa tahapan untuk mengetahui bagaimana gaya belajar yang dimiliki oleh siswa kita, salah satunya ialah dengan mengenali modalitas belajarnya, yakni sebagai modalitas visual, auditorial atau kinestetik (V-A-K). Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.
Menurut Dr. Howard Gardner gaya belajar siswa tercermin dari kecendrungan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kecerdasan yang dimaksud ialah sebagai berikut:
1.      Kecerdasan Lingutik adalah kemampuan menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam bicara, membaca, dan menulis. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator, pengacara, atau para pemimpin negara di dunia.
2.      Kecerdasan Matematis-logis adalah kemampuan menanggani bilangan, perhitungan, pola, serta pemikiran logis serta ilmiah. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh ilmuan dan filsuf.
3.      Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan melihat secara detail sehingga dapat menggunakan kemampuan ini untuk melihat segala objek yang diamati. Lebih dari itu, kecerdasan ini bisa merekam semua yang diamati dan mampu melukiskannya kembali. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para insinyur ( terutama arsitek), pilot, navigator, atau penemu.
4.      Kecerdasan musikal adalah kemampuan menyimpan nada atau irama musik dalam memori. Orang yang memiliki kecerdasan ini lebih mudah mengingat sesuatu jika diiringi dengan irama musik. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para musisi, seniman, atau budayawan.
5.      Kecerdasan kinestesis adalah kemampuan menggunakan anggota tubuh untuk segala kebutuhan atau kepentingan hidup. Dengan kecerdasan ini, seseorang bisa mewujudkan ide atau gagasannya melalui gerakan fisik. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh penari atau atlet.
6.      Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang-orang disekitarnya sehingga dia bisa merasakan secara emosional: temperamen, suasana hati, maksud, serta kehendak orang lain. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para sosiolog, psikolog atau konselor (konsultan).
7.      Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali lingkungan dan memperlakukannya secara proposional. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para neurolog, antropolog, arkeolog, atau pecinta lingkungan.
8.      Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan merasakan dan menghayati berbagai pengalaman rohani atas pelajaran atau pemahaman sesuai keyakinan kepada tuhan. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para ahli spiritual (sufi), rohaniawan (tokoh agama), atau filsuf.
Beberapa strategi/metode yang dapat diterapkan dalam kelas supaya materi ajar kita bisa diterima dengan baik oleh siswa dengan berbagai kecerdasan yang dimilikinya, strategi/metode ini merupakan  aplikasi dari kesesuaian gaya mengajar kita dengan gaya belajar siswa, yaitu:
1.      Untuk siswa dengan kecerdasan linguistik, dapat kita gunakan strategi atau metode bercerita, curah gagasan, menulis jurnal pribadi dan publikasi karya.
2.      Untuk siswa dengan kecerdasan matematis-logis, dapat kita gunakan strategi atau metode kalkulasi dan kuantifikasi, klasifikasi dan kategorisasi.
3.      Untuk siswa dengan kecerdasan spasial, dapat kita gunakan strategi atau metode visualisasi, warna, sketsa gagasan, simbol.
4.      Untuk siswa dengan kecerdasan kinestetis, dapat kita gunakan strategi atau metode respon tubuh, teater kelas.
5.      Untuk siswa dengan kecerdasan Musik, dapat kita gunakan strategi atau metode  Irama, lagu, rap, senandung.
6.      Untuk siswa dengan kecerdasan interpersonal, dapat kita gunakan strategi atau metode  berbagi rasa dengan teman, curhat, kerja kelompok, board games, simulasi.
7.      Untuk siswa dengan kecerdasan intrapersonal, dapat kita gunakan strategi atau metode  refleksi 1 menit, pelajaran VS pengalaman pribadi, merumuskan tujuan, memberi pilihan.
8.      Untuk siswa dengan kecerdasan naturalis, dapat kita gunakan strategi atau metode  jalan-jalan di alam terbuka, melihat ke luar jendela, tanaman sebagai dekorasi, membawa hewan piaraan ke sekolah.
9.      Untuk siswa dengan kecerdasan spiritual, dapat kita gunakan strategi atau metode  hakekat hidup, mati, neraka, syurga.

Tidak ada yang bodoh, semua siswa kita merupakan generasi-generasi yang pintar. Tinggal sekarang,  kita sebagai guru mau dan mampu menyesuaikan gaya mengajar kita dengan gaya belajar siswa. Sehingga tujuan pembelajaran yang telah kita tetapkan tercapai dengan maksimal. []

 *Dimuat di Inspirasi News Edisi Desember 2013








0 komentar: