Semua Siswa Pintar!
Adalah Hazelfati, seorang siswa yang duduk dibangku kelas I (satu) di sekolah tempatku magang. Jumpa pertama kali, hatiku tiada terpikat sedikitpun. Teman sejawatnya bilang bahwa dia “nakal” sekali. Mengusik Ketenangan teman-temannya terutama yang siswi. Lihat saja, dalam sekejap segera dia beranjak meninggalkan kursi. Berjalan sana-sini, menganggu teman-temannya yang lagi konsentrasi. Nggak mau nulis. Kalaupun ada, itupun lambat sekali. Eits, tunggu dulu. Selama kuhadir dikelasnya ini sebagai observer, kudapati ada yang berbeda dari diri Hazelfati. Walaupun digosipin nakal, Hazelfati seorang yang bertanggung jawab juga, coba perhatikan dipojok kelas sana, tempat dimana dia berada. Dia sedang berusaha menuntaskan tulisan yang ditugaskan guru padanya. Hmm, lambat memang, namun tetap berusaha mengerjakan.
Kupelajari lagi tentang bocah yang
kerap disapa Hazel ini, dia seorang yang kritis juga. Teringat olehku beberapa waktu lalu, dia bertanya berbagai hal: tentang
astronot, manusia langit, ular besar (anaconda), dan lain sebagainya. Kewalahan
aku dibuatnya.
Tepat di penghujung pelajaran, guru
bertanya mengenai materi yang disajikan
hari itu. Diluar dugaan, ternyata si cilik bernama lengkap Hazelfati Sofar
Raisyah yang sering dianggap nakal itu mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
guru padanya. Bahkan, yang membuat hatiku jadi jatuh padanya ialah Hazelfati
malah banyak bertanya hal-hal yang tidak disangka-sangka guru sebelumnya yang
barangkali belum terpikir oleh anak seusianya.
Selain Hazelfati, ada juga siswa
unik yang kujumpai di sekolah ini. Namanya Farrel, siswa kelas VI (enam).
Beberapa waktu lalu, aku masuk kelasnya mengajar Pendidikan Agama Islam.
Pertemuanku dengannya ini membuatku agak sanksi bahwa Farrel akan bisa mengikuti
rangkaian materi ”Zakat” yang hendak kusampaikan. Pasalnya, bocah itu dari awal
tidak pernah menyimak apa yang kusuguhkan. Dia sibuk sendiri dengan dunianya
dan mengajak teman sepermainannya untuk bercerita ngalor-ngidul. Aku
memelas dada dan menghela napas panjang melihat pemandangan kelas pagi itu.
Diakhir pelajaran, ku berikan tes
lisan untuk semua siswa. Tanya jawab seputar “Zakat” memenuhi ruangan kelas.
Tibalah giliran Farrel mendapatkan tes lisan. Dan lagi-lagi aku dikagetkan oleh
bocah yang kukira tak pernah memperhatikan penjelasanku itu, Farrel dengan
gagah berani mempersembahkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang
kuberi.
Berbeda dengan Hazelfati dan Farrel.
Putri, teman sekelas Farrel itu seorang yang pendiam, selalu bersikap dan duduk
manis saat pelajaran dijelaskan, tak banyak gerak beranjak dari kursinya, tidak
suka bikin onar di kelas serta patuh dan taat pada ucapan sang guru. Dengan
sikap yang ditampilkannya itu kukira dia murid yang pintar. Dan benar adanya,
ternyata Putri memang siswi yang pintar. Dia memberikan jawaban yang sangat hebat
siang itu.
***
Dalam ilmunya, ternyata kecerdasan
dan gaya belajar setiap orang itu memang berbeda-beda. Ada siswa dengan
kemampuan visual-nya dominan, yaitu mempelajari sesuatu dengan kapasitas untuk
memikirkan imaji-imaji dan gambar, mampu melakukan visualisasi dengan tepat
walau dalam bentuk abstrak. Orang dengan gaya belajar seperti ini berpotensi
sekali untuk menjadi pematung, artist, penemu, architect, mekanik,
tukang mesin, dan masinis. Kemudian ada kinestetik, yaitu gaya belajar dengan
kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan terampil memegang alat-alat.
Potensi yang dimiliki anak ini adalah menari, olah raga/tubuh, praktek
langsung, acting. Potensi karir orang
yang belajar dengan gaya kinestetik ini ialah atlit, guru olah raga, dancer, aktor, dan petugas pemadam
kebakaran. Ini gayanya Hazelfati si lincah itu. Ada pula kecerdasan verbal-linguistic
Intelligence, contohnya Farrel diatas. Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri
keterampilan verbal yang berkembang dengan baik dan kepekaan terhadap suara,
arti dan ritme kata-kata. Potensinya kira-kira dalam hal sastrawan, jurnalis,
pengarang buku, guru, pengacara, politisi, dan penerjemah.
Sebagai
seorang guru, kita perlu memahami hal tersebut. Memahami keunikan dan perbedaan
setiap siswa dalam menangkap materi ajar merupakan hal yang urgen bagi setiap
guru atau pendidik. Sehingga para guru mampu memberikan pelayanan dan perlakuan
secara tepat saat pembelajaran dilangsungkan. Pelayanan dan perlakuan disini
maksudnya ialah gaya mengajar guru yang harus disesuaikan dengan gaya belajar
siswa.
Mempelajari
bagaimana memahami gaya/cara belajar siswa ini bertujuan untuk membantu kita
memperkuat hubungan dengan mereka dan mempermudah materi ajar diterima dengan
baik oleh mereka. Menurut Bobby DePotter, Presiden Learning Forum Super Camp dalam bukunya Quantum Learning, ada beberapa tahapan untuk mengetahui bagaimana
gaya belajar yang dimiliki oleh siswa kita, salah satunya ialah dengan mengenali
modalitas belajarnya, yakni sebagai modalitas visual, auditorial atau
kinestetik (V-A-K). Orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar
auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik
belajar lewat gerak dan sentuhan.
Menurut
Dr. Howard Gardner gaya belajar siswa tercermin dari kecendrungan kecerdasan
yang dimiliki oleh siswa tersebut. Kecerdasan yang dimaksud ialah sebagai
berikut:
1. Kecerdasan Lingutik adalah kemampuan menyusun
pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten
melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam bicara, membaca,
dan menulis. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator,
pengacara, atau para pemimpin negara di dunia.
2. Kecerdasan Matematis-logis adalah kemampuan
menanggani bilangan, perhitungan, pola, serta pemikiran logis serta ilmiah.
Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh ilmuan dan filsuf.
3. Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan melihat
secara detail sehingga dapat menggunakan kemampuan ini untuk melihat segala
objek yang diamati. Lebih dari itu, kecerdasan ini bisa merekam semua yang
diamati dan mampu melukiskannya kembali. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh
para insinyur ( terutama arsitek), pilot, navigator, atau penemu.
4. Kecerdasan musikal adalah kemampuan menyimpan nada
atau irama musik dalam memori. Orang yang memiliki kecerdasan ini lebih mudah
mengingat sesuatu jika diiringi dengan irama musik. Biasanya, kecerdasan ini
dimiliki oleh para musisi, seniman, atau budayawan.
5. Kecerdasan kinestesis adalah kemampuan menggunakan
anggota tubuh untuk segala kebutuhan atau kepentingan hidup. Dengan kecerdasan
ini, seseorang bisa mewujudkan ide atau gagasannya melalui gerakan fisik.
Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh penari atau atlet.
6. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang
untuk berhubungan dengan orang-orang disekitarnya sehingga dia bisa merasakan
secara emosional: temperamen, suasana hati, maksud, serta kehendak orang lain.
Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para sosiolog, psikolog atau konselor
(konsultan).
7. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali
lingkungan dan memperlakukannya secara proposional. Biasanya kecerdasan ini
dimiliki oleh para neurolog, antropolog, arkeolog, atau pecinta lingkungan.
8. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan merasakan
dan menghayati berbagai pengalaman rohani atas pelajaran atau pemahaman sesuai
keyakinan kepada tuhan. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para ahli
spiritual (sufi), rohaniawan (tokoh agama), atau filsuf.
Beberapa
strategi/metode yang dapat diterapkan dalam kelas supaya materi ajar kita bisa
diterima dengan baik oleh siswa dengan berbagai kecerdasan yang dimilikinya,
strategi/metode ini merupakan aplikasi
dari kesesuaian gaya mengajar kita dengan gaya belajar siswa, yaitu:
1.
Untuk siswa
dengan kecerdasan linguistik, dapat kita gunakan strategi atau metode
bercerita, curah gagasan, menulis jurnal pribadi dan publikasi karya.
2.
Untuk siswa
dengan kecerdasan matematis-logis, dapat kita gunakan strategi atau metode
kalkulasi dan kuantifikasi, klasifikasi dan kategorisasi.
3.
Untuk siswa
dengan kecerdasan spasial, dapat kita gunakan strategi atau metode visualisasi,
warna, sketsa gagasan, simbol.
4.
Untuk siswa
dengan kecerdasan kinestetis, dapat kita gunakan strategi atau metode respon
tubuh, teater kelas.
5.
Untuk siswa
dengan kecerdasan Musik, dapat kita gunakan strategi atau metode Irama, lagu, rap, senandung.
6.
Untuk siswa
dengan kecerdasan interpersonal, dapat kita gunakan strategi atau metode berbagi rasa dengan teman, curhat, kerja
kelompok, board games, simulasi.
7.
Untuk siswa
dengan kecerdasan intrapersonal, dapat kita gunakan strategi atau metode refleksi 1 menit, pelajaran VS pengalaman
pribadi, merumuskan tujuan, memberi pilihan.
8.
Untuk siswa
dengan kecerdasan naturalis, dapat kita gunakan strategi atau metode jalan-jalan di alam terbuka, melihat ke luar
jendela, tanaman sebagai dekorasi, membawa hewan piaraan ke sekolah.
9.
Untuk siswa
dengan kecerdasan spiritual, dapat kita gunakan strategi atau metode hakekat hidup, mati, neraka, syurga.
Tidak
ada yang bodoh, semua siswa kita merupakan generasi-generasi yang pintar.
Tinggal sekarang, kita sebagai guru mau
dan mampu menyesuaikan gaya mengajar kita dengan gaya belajar siswa. Sehingga
tujuan pembelajaran yang telah kita tetapkan tercapai dengan maksimal. []
*Dimuat di Inspirasi News Edisi Desember 2013
Leave a Comment