Selasa, 08 Juli 2014

Piala Dunia ato Piala Akhirat



Siswa TK Insani Bumi Pengembangan Insani
Buka Bareng akhirnya terlaksana juga. Sempat tertunda tersebab aktivitas individu yang tak mempertemukan dalam SATU waktu. Sesuai kesepakatan. Kutuju Rumah Singgah yang tegak mendekati bibir pantai. Disanalah tempat ifthor jama'i diadakan.
Alhamdulillah. Maghrib telah didirikan. Perut tak lagi mendendangkan tembang kesayangannya, lagu keroncong. Sendawa timbul pula. Bincang-bincang menjelang isya dan taraweh.
Hening sejenak. Beberapa anak didik nyamperin dimana kami, mentor bersila. Diskusi berkeliaran tiada tema. Sempat juga menyinggung piala dunia. Dan, peserta didik pun menguntai kata.
"Ndak nonton Piala Dunia, Pak?!" Awe menampilkan wajah polos.
"Indak!" tanpa kata pengantar. Tegas terjawab. Awe dan teman-temannya saling pandang. Heran barangkali, kenapa saya tak hendak menyaksikan pesta dunia itu malam ini.
"Kenapa Pak?!" tu kan, benar. Iwan memburu tanya. Senyum tersungging. Menunjukan deretan gigi tersusun rapi
"Bapak ingin menonton Piala Akhirat" garis keningnya mengerut. Mereka diam, memasang tampang melongo. Saya geli dalam senyum.
"Piala akhirat?" suaranya berbisik.
"Syarat memperoleh Piala Akhirat itu, Sholat, Puasa, jadi anak sholeh!" simpel. Mereka ketawa. Seolah menebak plesetan.
"Pahala Akhirat, Paaakkkk!!!" berteriak.
Adzan.
"Berburu Piala Akhirat, Pak! Assalâmu'alaykum" Awe, Iwan beserta konco melambai tangan. ۩

0 komentar: