Minggu, 13 Januari 2013

Guru Baik vs Guru Tidak Baik



“Guru yang baik memang mahal harganya, tetapi guru yang tidak baik jauh lebih mahal karena dampaknya adalah runtuhnya martabat bangsa” (Itje Chodidjah)

Air hujan dari genteng atau atap jatuhnya akan menuju pelimbahan atau selokan. Begitulah kira-kira perumpamaan seorang murid; segala ucapan, pikiran dan perilakunya tidak akan jauh-jauh dari apa yang ditampilkan oleh gurunya, baik guru dirumahnya (dalam hal ini orang tua) maupun guru yang mengajarnya di sekolah atau madrasah.  

Pada zaman yang semakin modren ini, mendapatkan guru yang baik merupakan hal yang sangat istimewa. Bagaimana tidak, godaan gelombang budaya yang mendera anak  negri ini tentunya akan berdampak pada budaya dan perilaku mereka sendiri. Bagus kalau seandainya lingkungan/budaya yang menemani mereka adalah lingkungan yang kondusif dan baik untuk perkembangan akhlaknya, bagaimana kalau lingkungan yang mereka tempati adalah lingkungan yang akan menjemuskan dan merobohkan perilaku baik mereka. Hal ini tentunya akan ikut andil juga untuk menjatuhkan harkat dan martabat tanah air ini.

Guru yang baik memang langka dan mahal harganya. Guru yang seperti ini mesti dicari karena lewat merekalah kebaikan anak didik, kebaikan lingkungan dan kebaikan negara ini akan tercipta. Guru yang tidak baik jauh lebih mahal. Karena mahalnya, sehingga kita diharuskan untuk tidak memakai dan membelinya karena dampaknya adalah runtuhnya martabat bangsa dan negara. Bagaimana jadinya negara ini kalau guru yang tidak baik terus menerus dari tahun ke tahun menghasilkan anak yang tidak terdidik dengan baik? Hancurlah bangsa ini bukan?

0 komentar: