Kamis, 03 Januari 2013

Guru dan Tamtsilnya

Pantai Cimunuk Bayah Banten


Ditemani deraian hujan yang sedari tadi membasahi bumi. Duduk menyepi di kamar sunyi sambil menikmati lantunan murotal-nya Syekh Al-Ghomidiy.

Bukan mengkhayal, hanya merasakan secara mendalam suasana sore di negri awan- Tambleg, Banten.

Dengan tangan menopang dagu, menatap kubah Masjid Al-Qadar dari celah jendela secara malu-malu. Pikiranku melayang jauh, teringat seseorang yang telah lama tak bertemu.

Mataku tetap melihat ke puncak kubah yang setia ditemani simbol bulan sabit. Menatapnya sampai nanar menumbuhkan rasa rindu pada Masjid Nurul Ilmi yang berdiri kokoh di kampus hijau Universitas Andalas, Padang.

Disana segalanya bermula: Duduk melingkar, telinga fokus mendengar, menyimak petuah guru sekali sepekan.

Begitupun sore itu, aku tak sabar menanti hadirnya sang guru. Setelah bergilir mengalunkan firman sang Kuasa, sang guru kemudian menguraikan sebuah kisah;

"Suatu ketika, seorang sahabat bertanya pada Rasulullah Saw,

'Wahai Rasul, uraikan padaku perbandingan antara dunia dan akhirat!'

'Akhirat itu tidak sebanding dengan dunia ini,' jawab Rasul singkat. Si penanya mengernyitkan kening merasa tak puas atas jawaban yang diberi. Lalu bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Dan Rasul Saw pun menjawab,

'Akhirat itu tak terbatas!'

Tak puas juga atas jawaban Rasul Saw, sahabat ini mengajukan pertanyaan yang sama. Kemudian Rasul Saw memberikan sebuah tamtsil mengenai perbandingan dunia dan akhirat:

Tersebutlah dalam tamtsilnya bahwa sebuah kapal tengah berlayar di samudra luas. Cuaca cerah, tanpa ombak yang besar, badai tiada, matahari bersinar lembut, sepoi angin menerpa begitu sejuk. Memberikan ketenangan dan kedamaian semua penumpang dalam kapal itu.

Ditengah samudra, terlihat burung surga (Sebagian ulama menyebutnya Jibril) berputar-putar bak sang akrobatik memainkan aksinya. Semua mata penumpang kapal tertuju pada burung tersebut. Makin lama, aksinya makin memikat hati. Saat berputar diatas kapal, burung tersebut meluncur kepermukaan air, lalu terbang melayang di udara bebas dan menghilang tak terlihat lagi.

Kemudian Nabi Saw bertanya pada sahabat tadi,

'Apakah kaki burung yang turun ke permukaan samudra tadi basah?'

'Ya...' Jawab sahabat.

'Manakah yang banyak, air yang terbawa terbang oleh burung atau air yang tertinggal di samudra?' Tanya Rasul lagi.

'Ya jelaslah air yang tertinggal di samudra yang banyak duhai kekasih Allah'

'Nah, demikianlah perbandingan dunia dengan akhirat; dunia ibarat air dikaki burung tadi dan akhirat ibarat air yang tertinggal di samudra luas.'

Sahabat,

Masih tak bersemangatkah berbuat untuk akhirat? Akhirat begitu besar rahmat dan nikmatnya dibanding dunia fana ini.

Kembalilah tata hidupmu. Jangan pesimis, ayo optimis!
Jangan putus asa, ayo semangat!"

Sang guru menutup nasehatnya sore itu diselingi tangisan sendu hujan di luar sana.

0 komentar: